Hm...sorry berat kalo malah jadi ada spoilernya ya...sometimes I can't help it :)
First we have Alvin and the Chipmunks: The Squeakquel
Waktu film Alvin and the Chipmunks pertama kali muncul (main di bioskop) gue enggak tertarik sama sekali. Alasannya klise. Bukan buatan Disney salah satunya. Dan lagi, pas ngeliat trailernya, gue emang enggak tertarik. Males aja gitu nonton para chipmunks ini berbuat kekacauan...jadi ya gue skipped nonton ini film. Meskipun harus gue akui, suara mereka emang lucu banget :)
Nah begitu the squeakquel ini muncul, entah mengapa gue langsung tertarik. Gue tertarik dengan the Chippetes. Gila!! Ngeliat mereka nyanyiin lagunya Beyonce, All the Single Ladies, dengan suara chipmunks mau enggak mau pasti bikin siapapun yang denger ketawa terbahak-bahak. Belum lagi ngeliat liukan badan mereka...wuih...Beyonce juga kalah kali hahaha...
Jadi kali ini, gue nonton Alvin and the Chipmunks: The Squeakquel. Untungnya, Alvin and the Chipmunks yang kesatu main di Star Movies, jadi paling enggak gue tau lah awal mulanya tuh chipmunks jadi penyanyi gimana (meskipun gue enggak gitu ngikutin juga sih).
Gue nonton ini filma bersama dengan Sufei (my partner in crime) di Plaza Indonesia XXI, yang kemudian disambung dengan film Sherlock Holmes (review berikutnya). Hari itu, hari Selasa, nyaris hanya kita berdua yang nonton, tapi toh kemudian muncul beberapa orang lainnya :)
Gue kasih nilai...7 out of 10 lah. Menghibur, lucu, dilengkapi dengan lagu-lagu yang keren-keren (the chippettes juga menyanyikan lagu Katie Perry, Hot and Cold!!!), tidak lupa dengan tokoh yang jahat, konflik diantara para chipmunks, dan tentunya happy end.
Karena target audience-nya adalah anak-anak, jadi memang jalan ceritanya sederhana dan konflik yang ditampilkan pun juga tidak terlalu njelimet. Selain itu, film ini punya nilai/mengajarkan sesuatu juga sih untuk penonton (dalam hal ini mungkin anak-anak ya), tentang pentingnya keluarga, kebersamaan. Sederhana, tapi yah..cukup dalam lah. Sekali lagi, menurut gue peran orang tua cukup diperlukan, meskipun enggak terlalu sih :) karena yah ini film cukup asik untuk dinikmati begitu saja.
Berikutnya, Sherlock Holmes. Gue cuma bisa bilang, WOW!! It's a must see movie!! Gue beruntung bisa liat nih film dua kali, dan rasanya baru kali ini gue enggak merasa bosen or merasa pingin buru-buru pindah scene. Not this movie. Bahkan Avatar pun gue masih merasakan ada bagian yang enggak mau gue liat (bukan karena adegannya jelek, tapi mungkin karena adegannya lebih ke conversation, jadi rada males aja hehehe).
Setelah nonton Sherlock Holmes untuk kedua kali, gue menyadari bahwa SANGAT BANYAK sekali kata-kata Sherlock yang bagus!! Bukan karena kata-kata yang diucapkan itu merupakan nasihat or apa, tapi gimana ya...kata-kata yang diucapkan tuh bukan sekedar percakapan biasa. You have to see it to know what I mean :)
Terutama buat yang ngerti Bahasa Inggris, please listen to the words he was saying. Jangan hanya bergantung pada teks yang ada, karena ada beberapa yang menurut gue kurang tepat. Tidak salah, hanya kurang tepat. Dan pay attention! Film ini punya ritme yang cepat. Jadi, ketinggalan satu kata or satu kalimat, bisa cukup fatal akibatnya :)
Gue suka banget ngeliat interaksi antara Watson dan Holmes. Dan yah harus gue akui, gambaran Guy Ritchie (do you know that it's a Guy Ritchie movie?) akan Holmes dan Watson jauh berbeda dari apa yang digambarkan di buku atau di film-film Holmes yang lama. Holmes yang ini lebih...lebih slengekan, lebih bengal, lebih santai, lebih cuek. Sedangkan Watson lebih...lebih santai, sama pinternya dengan Holmes, dan lebih banyak berperan (dibandingkan di buku).
Buat gue, ini film emang keren abis. Selain karena memang menampilkan Holmes & Watson yang memang sangat berbeda (lebih 'modern' kali ya), ceritanya pun menarik. Tidak sedikit tingkah laku Holmes dan Watson yang mengundang tawa. Berani jamin, 10 menit pertama (kayaknya sih sekitar itu deh) pasti bikin tercengang.
Yang pasti, ini film memang wajib tonton. 9 out of 10 :) Buat yang belum pernah kenal dengan Sherlock Holmes, inilah saatnya untuk berkenalan dengan salah satu detektif paling terkenal di dunia. Sedangkan yang udah pernah kenal, film ini memberikan sudut pandang lain akan Sherlock Holmes.
Sherlock Holmes: [to Watson] Never theorize before you have data. Invariably, you end up twisting facts to suit theories, instead of theories to suit facts.
Last but not least...the animation that I've been waiting for...Disney The Princess and the Frog. Film ini dirasa cukup spesial karena yah untuk pertama kalinya, tokoh utamanya orang kulit item atau African-American instead of Caucasian. Selain itu, Disney kembali ke 'formasi awal', gambar yang halus dan lagu-lagu yang cantik.
As always, gue dah kayak anak kecil aja nonton nih film, mana cukup banyak pula anak-anak yang nonton nih film. Sebelah gue malah dua anak dan orangtuanya pada nonton hahaha...jadi terharu.
Sekali lagi...what can I say? Gue begitu...menikmati, begitu terharu, begitu terpesona dengan ini film, sampe gue MAU nonton lagi!! Siapa yang mau nemenin??
Ceritanya sederhana. Udah pada liat trailernya 'kan? Jadi tau lah, kalo sang kodok tuh minta dicium supaya jadi manusia, eh yang ada malah Tiana (cewek yang dimintai tolong) malah jadi kodok...dan dimulailah petualangan mereka berdua supaya bisa kembali menjadi manusia. Along the way, mereka bertemu dengan Louis the Aligator dan Ray the Firefly (kunang-kunang).
Film ini berhasil bikin gue tertawa terbahak-bahak ngeliat tingkah laku tokoh-tokohnya, bikin gue merinding ketakutan ngeliat tokoh yang jahat, menangis terharu ketika kemalangan menimpa salah satu tokohnya, dan tidak lupa ikut bergoyang ketika mendengarkan lagu-lagunya yang ceria. Gue yang pasti enggak nyangka kalo gue bisa berkaca-kaca pas nonton nih film...padahal gue dah tau jalan ceritanya karena dah baca junior novelatation nya dulu!!
Dan layaknya film Disney, selalu ada pelajaran yang bisa dipetik dari film ini. Apa itu? Ya nonton saja ya... :) Seperti biasa, gue kasih 9 out of 10 untuk film ini. Buat yang kangen sama film-film Disney model-model dulu, kayak Aladdin, Beauty and the Beast, The Little Mermaid, ini film yang hampir menyerupai film-film itu. Tidak pernah rugi lah nonton film keluaran Disney. Apalagi animasinya. Meskipun target audience-nya anak-anak (semua umur) tetep bisa dinikmati sama orang dewasa kok, karena temanya universal. Apalagi kalo bukan Cinta :)
Really love The Princess and the Frog!!!
Hieh...ini dia 3 film yang cukup lama dinantikan kehadirannya...dan yang sepertinya sedang meramaikan bioskop-bioskop di Jakarta. Sekarang...menanti kehadiran another good movie to see :)
10 comments:
Okay, mungkin karena ini sudah subuh, jadinya gue rada pengen cari gara-gara, tapi gue akan ambil peran sebagai the devil's advocate lagi di posting lo yang ini. Hehehe...
Gue nggak komen dah tentang Alvin, secara emang ceritanya tentang chipmunks, so what can I say?
Tentang Holmes, ugh... Pertama, dibanding Poirot, Holmes yang asli tuh emang udah slenge'an. Kedua, Watson yang asli tuh bukannya kurang pintar dibanding Holmes, tapi dia tuh polos (inget Hastings?), yah polosnya british Gentlemen jaman itu lah, yang mana berarti amat sangat keterlaluan polosnya untuk ukuran jaman sekarang. Btw, Watson itu dokter kan? Well, that's suppose to mean he's quite briliant at something right? Terus, tentang cuplikan kalimat si Holmes itu, ehm... gimana caranya kita mau cari data yang kita perlu kalau kita nggak punya teori? Yang ada segala data kita kumpulin, tapi nggak jelas mana yang penting, mana yang nggak. Yang bener, kita harus punya bayangan tentang beberapa teori, dan kumpulkan data yang diperlukan, mungkin dengan derajat yang agak lebih luas dari teori-teori yang kita punya, supaya kita bisa mengetes teori mana yang benar. Gile aja kalo kita ngadepin kasus tanpa punya teori trus main kumpulin data aja, bisa-bisa kepala kita penuh cuman sama data-data yang nggak penting doang. Ya kan?
Lastly, tentang The Princess And The Frog. Emm... Gue agak terganggu dengan kenyataan bahwa putri berkulit hitam Disney yang pertama harus menjadi kodok dulu sebelum mendapatkan happy ending-nya. Cinderella, punya ibu n sodara tiri n dia diperlakukan sebagai pembantu. Snow White, punya ibu tiri yang mencoba membunuh dia. Aurora, ketusuk jarum trus tidur selama entah berapa tahun dicium sama pangeran, and BAM! they lived happily ever after. Belle, jadi rebutan 2 cowok yang satu berupa binatang buruk rupa, sementara yang satunya adalah seorang bodybuilder dengan pola pikir penjahat. Alice, nyasar di wonderland. Jasmine, jadi rebutan antara Jafar n Alladin. Sementara si Tiana ini... jadi kodok. Eww... Okay... that's different. At least princess lainnya nggak perlu melewati fase dimana mereka harus menjadi makhluk dengan susunan DNA yang berbeda dari diri mereka yang aslinya. Oh ya. Gue jadi kepikiran, kalau Alladin di-launch setelah 2001, sepertinya tuh film satu bisa-bisa dicekal kali ya. Secara okelah Tiana tuh the first black Disney Princess, tapi Jasmine? Jelas-jelas Arabian Princess. Huahaha...
Hihihihi...lu mah ada-ada aja deh To.
Soal Alvin...ya iya lah apa lagi yang mau dibahas?
Soal Holmes...well...lu mesti inget To, bahwa menurut penelitian (entah siapa yang bikin, tapi gue baca di twitter) yang nonton Sherlock Holmes ini sebagian besar BELUM PERNAH BACA BUKU tentang Sherlock Holmes, jadi mereka enggak ada pembanding sama sekali.
Sedangkan untuk gue, jujur, gue terpengaruh sama gambaran Sherlock ti tv (film-film jadul), dimana Sherlock nya tuh enggak sebengal or seliar or se-slenge'an yang digambarkan sekarang. Dan yang pasti enggak se'gemuk' si Downey, Jr. ini. Menurut di buku 'kan he's supposed to be THIN, jadi terlihat jangkung. Lha dibandingkan Watson (jude law) si Holmes terlihat lebih pendek.
Tapi gue sih enggak terlalu terganggu dengan tampilan fisik. Buat gue, image figure itu meskipun universal toh tetep berbed-beda. Jadi buat gue itu bukan soal penting.
Watson emang mirip Hastings, dan di cerita (buku) memang selalu berada di belakang layar. Sekali lagi, gue terpengaruh sama film di tv.
Watson bukannya tidak pintar, hanya saja dia kadang tidak ngeh sama segala data yang ada di hadapan dia. Sebenernya itu keliatan di film sih, at least 2x gue liat.
Menurut gue sih, film ini menampilkan sisi ekstrim (bisa gue bilang ekstrim?) dari dua tokoh legendaris ini. Semuanya menurut gue terasa 'lebih' tapi tanpa membuatnya menjadi terlalu hiperbola.
Soal kata-kata Holmes...well gue rasa lu harus mendengar seluruh rangkaian kalimatnya dan kenapa dia ngomong begitu sama Watson :)
Tetep To...gue cinta mati sama nih film hahahah
About Disney...
Well...if you put it that way...iya juga sih. Ini Princess pertama (sepertinya sih iya) yang harus mengalami perubahan DNA dulu SEBELUM akhirnya jadi princess beneran.
Tapi lu ngeh gak sih To, bahwa dari seluruh Disney Princess, yang emang bener-bener royalty tuh cuma Snow White, Aurora, dan Jasmine? Sedangkan yang lainnya, Cinderella, Belle, Mulan...eh gue jadi inget sesuatu...
Ariel To! The Little Mermaid. Dia juga berubah dulu...jadi manusia sih hahahaha...
Gue rasa yang mau ditekankan sama Disney tuh none other than...Dreams do come true...with a help of hard work and never forget what's important.
Gue rasa itu tema umum di nyaris semua film Disney. Mau Cinderella, Snow White, Sleeping Beauty, Aladdin, The Little Mermaid, Mulan, Beauty and the Beast, Pocahontas, Enchanted, sampe yang terakhir ini, The Princess and the Frog.
Hehehehe...gue rasa untuk urusan Disney lu kurang bisa jadi devil's advocate deh To :)
Well, gue emang men-down grade my devil advocate-ness. Hehehe... Gue cuman nggak mau bilang, "Putri2 kulit putih dikasih perjuangan yang keren/dramatis. Giliran putri kulit item? Berubah jadi kodok! Hieh... Kalau bukan rasisme, gue udah nggak tahu lagi namanya."
Well, gue bukan orang pertama yang bilang gitu sih. Orang Amrik sono udah nyadar itu lebih duluan (ya iya lah, mereka kan yang punya problem itu disana, wakaka...)
Oh iya, ada satu princess lagi yang kelupaan. Anastasia? Well, dia emang kurang fairy tale dibanding yang lain, karena... emang dia bukan fairy tale, dia tokoh asli (meskipun ceritanya sih jauh dari yang asli).
Oh iya, tentang Ariel, umm... bukan princess yang gue suka. Pertama, endingnya dirubah ke ujung ekstrim yang sebaliknya. Seharusnya tuh cerita kan tragic ending kan? Tapi dibikin happy ending. Eugh... Jadi kebayang Romeo n Juliet dengan ending dimana mereka lived happily ever after. Hieh...
Tentang Holmes... Wew... Yang asli aja udah not my thing, gimana yang udah dirombak begini? Gue aja nggak gitu suka Det. Conan karena dia terlalu fokus sama Holmes. Buat gue, Holmes itu terlalu slenge'an, grudak gruduk, heboh, dramatik, n jujur aja, dia lebih kejam ke watson kalo dibandingin perlakuan Poirot ke Hastings. At least Hastings tahu kalau Poirot tuh nggak bermaksud apa-apa kalau si Poirot lagi kumat sombongnya, lagipula Poirot sombong untuk hal yang nggak penting buat Hastings (kumis... wew...). Lha giliran Holmes? Gue ngebayangin Watson pasti pengen nyekek Holmes setiap Holmes bilang "Elementary Watson, elementary". Jeez, kesannya Holmes pengen bilang, "Lo gimana sih, ini kan seharusnya anak Elementary school aja tahu."
Ya kan? Hehehe...
wew. panjang sekali komentar kalian. dasar penulis !
:p peace... :p
kak nia. aku kok ketiduran ya nntn princess frog. ehehehehehe. ada bagian yang bnyk bngt lagunya dan bikin ngantuk~~
@Nilla: Kok bisa ketiduran? Waduh...aku malah terjaga dengan suksesnya...penasaran dengan jalan ceritanya :) apalagi ngeliat adegan Ray dan Louis yang dijamin bikin ketawa...jadi inget sama nenek-nya Ray hahaha...lagu-lagunya malah bagus-bagus ternyata (udah denger dulu sebelum filmnya main - hasil unduhan - dan waktu denger gak gitu suka, tapi pas liat di film...jadi suka deh hahahaha) coba lain kali ditonton lagi...terutama kalo udah ada dvd-nya :))
Oke sekarang giliran Dito...
LU GAK DEMEN SHERLOCK HOLMES??? Kok bisa sih??
Ya ampun TO!!
Cuma dua detektif yang membuat gue begitu penasaran untuk mencari kisah-kisahnya (waktu itu). Sherlock Holmes dan Hercules Poirot. Sherlock Holmes karena namanya begitu terkenal, jadi suka muncul di majalah or buku-buku yang gue baca (waktu itu), dan gue menangkap kesan kalo Sherlock Holmes tuh terkenal banget, melegenda, dan gue penasaran. Sedangkan Hercule Poirot murni karena nyokap yang merekomen, dan gue emang juga jatuh cinta sama detektif yang super eksentrik itu.
Gue lagi baca Sherlock Holmes lagi nih...kali ini bener-bener murni dari awal, dari awal mulanya Holmes bisa kenal sama Watson. Belum abis sih, satu kasus aja belum kelar...gue baca nya nyambi soalnya...jadi lama. Tapi so far sih, Holmes masih baik-baik aja kok hahaha...belum sebegitu 'desperate' nya dengan Watson, dan Watson sendiri juga masih tekesima dengan teknik Holmes. Gue juga sih hahaha...
Sedangkan soal film...nah gue rasa ini yang beda To. Watsonnya di sini (di film) juga sama pinternya dengan Holmes, juga ikutan beraksi, jadi emang terlihat seperti partner beneran. Sedangkan Holmesnya, enggak sok pinter, sok menggurui Watson. Jadi dua-duanya seimbang lah menurut gue. I think you should give it a try.
Soal Disney...sebenernya agak susah juga ya...maksud gue, nyaris seluruh dongeng yang ada itu 'kan hasil orang Eropa, jadi ya enggak salah lah kalo kemudian penggambarannya ya orang kulit putih. Kalo emang mau murni kulit hitam ya kudu cari yang dengan latar belakang Afrika. Tapi ya you can't make everyone happy/satisfied lah...
Speaking of The Little Mermaid...ada kejadian yang bodoh. Waktu dulu masih kecil, TK-SD lah, gue tuh enggak ngeh banget kalo Mickey and the gang, Cinderella dan Snow White itu part of Disney. Gue cuma suka aja. Hm...lupa apakah taun itu gue dah tau soal Sleeping Beauty apa belum.
Anyway, sama kayak lu To, The Little Mermaid yang gue tau juga yang tragis, jadi begitu ada film The Little Mermaid main di bioskop, gue ENGGAK TAU SAMA SEKALI kalo itu keluaran Disney, jadilah gue ENGGAK NONTON!!!
Sampe gue kelas 5 or kelas 6 SD temen gue yang bilangin kalo The Little Mermaid-nya Disney happy end, tinggal gue yang bengong!!!
Hieh...BODOH!! Dan sejak itu gue rasa gue mulai deh dengan lebih rajin nonton animasi Disney. FYI lagi, Beauty and the Beast pun gue TIDAK nonton di bioskop! Kenapa ya waktu itu...hm...lupa gue...gue nontonnya di Children Section Sogo, di video mereka!! Bayangin coba! Gue nonton sebagian-sebagian...jadi kadang tengah sampe akhir, kadang depan, kadang dari awal hahahaha...
Gue juga nonton Beauty n the Beast bukan di bioskop. Secara dulu bioskop kan nggak bagus2 amat, jadi males aja nonton di bioskop. Udah gitu pernah pengalaman lagi nonton digremetin sama kecoa pula. Wew... Bioskop jaman orde baru tuh beneran dah, ancurrr...
Tapi gue tanpa nonton film-nya udah termehek-mehek sama lagunya, jadi meskipun gue belum nonton, gue udah hapal sama lagu-lagunya. Huahaha... Gile, padahal waktu itu gue masih kelas berapa ya? Udah gitu belum ada internet kan? Jadilah cari syair lagunya dengan cara mendengarkan lagunya di kaset yang diputar berulang-ulang. Mungkin gara-gara itu ya gue jadi cinta mati sama bahasa Inggris.
Kalo Little Mermaid, gue cuman penasaran sama tuh film karena gue demen banget sama vokalisi yang dipake sama si Ursula (si gurita gede item itu) pas waktu dia pertama kali muncul sebagai manusia. Dia ceritanya vokalisi pake suaranya si Ariel kan? Tapi tuh vokalisi beneran bikin gue ngiler2 gak karuan. Kenapa kita dulu nggak pernah vokalisi pake itu ya? Hmmm...
Back to Holmes. Hmm... gue juga udah baca bukunya sih Ze. Dulu gue punya yang hard cover, isinya semua cerita asli Holmes, lengkap semuanya. Tapi mungkin karena gue baca tuh cerita-cerita Holmes setelah gue jatuh cinta sama Agatha Christie, jadinya buat gue kesannya Holmes tuh terlalu grudak gruduk. Lo tahu sendiri lah, detektif2nya Christie kan yang jenisnya tenang2 semua gitu (kecuali Tuppence sih, dia agak grusa grusu). Tapi Mr. Satterthwaite, Poirot, Miss Marple, Thomas (suami Tuppence), n Parker Pine, kan semuanya yang tenang, cool, n punya kemampuan berpikir entah berapa langkah kedepan seperti Zhuge Liang gitu (iya, gue juga udah termehek2 masa Three Kingdoms sejak gue SD). Sementara Holmes perlu bukti fisik untuk menarik kesimpulan, Poirot cuman duduk di ruang tamunya n tiba-tiba dia sudah bisa langsung menarik kesimpulan hanya dari wawancara-wawancara dengan para tersangka. How cool is that?
Jadi gimana sih Ze, setelah ketemu sama Poirot yang bisa ambil deduksi tanpa perlu bukti fisik untuk mengambil kesimpulan, trus baru ketemu sama Holmes yang semuanya berkisar tentang bukti fisik, rasanya tuh kaya penurunan gitu lho.
Udah gitu musuh bebuyutan si Poirot kan sih Countess siapa itu, dan mereka sambil musuhan tetep sambil laing flirting satu sama lain. Sementara Holmes cuman ngasih lo Professor Moriarty, n kalo mereka berdua mulai flirting satu sama lain, pasti yang ada tuh film dilarang masuk ke Indonesia. Ya kan?
Emang sih buat orang yang suka action, pasti detektif2nya Christie tuh boring banget. Mereka cuman wawancara, ngobrol, duduk sambil mikir, n POW! mereka sudah punya jawabannya. Beda sama Holmes yang harus bawa kaca pembesar kemana2, cari2 jejak, memperhatikan hal2 yang seharusnya cuman CSI yang bisa merhatiin, ya pasti lah terasa lebih 'hidup' kalo dibanding detektif2nya Christie.
Tapi, one again, Godly Powers Ze. Detektif2 Christie tuh udah melewati batas fisik, n deduksi mereka semuanya sudah di dunia psikologi. That's just... AWESOME! Mereka tuh seolah-olah menerima dengan lapang dada bahwa teknologi di jaman mereka tuh belum bisa secara optimal bisa dipakai untuk memecahkan kasus (seperti CSI sekarang ini), jadi mereka berusaha cope with it dengan cara mencari jalan lain yang nggak perlu teknologi tinggi, tapi perlu ketekunan, apakah itu? Seharusnya ini field-nya elo Ze, OBSERVASI. Mereka memperhatikan semua tingkah laku para tersangka, kebiasaan2 korban, pola pikir para saksi (supaya mereka bisa read between the lines dari kesaksian2 itu). OMG! How cool is that? Kalo lo udah terbiasa dengan sistem itu, kan kesannya nggak ada rahasia yang bisa disembunyikan dari lo. You can literally read minds.
Sementara Holmes? CSI wannabe yang ribet sama mikroskop yang bahkan bisa jadi bahan ketawaan anak SD jaman sekarang.
That is why, Holmes is not my favorite fictional detective. He's just not awesome enough for me. OMG, Miss Marple aja bisa memecahkan kasus dengan menyamakan para tersangka dengan orang-orang yang pernah dia kenal. That's positively SICK! Ya kan?
Btw, mumpung lagi ngomongin disney, gue nemuin 2 website yang ada hubungannya sama para princess itu.
Pertama http://www.divinecaroline.com/22343/88417-fallen-princesses#6
Coba, lo bisa mengidentifikasi para princess yang ada di foto-foto itu nggak? Hehehe...
Trus yang kedua (my fave, heheheh...) http://acidcow.com/pics/3812-fairytales_gone_sexy_21_pics.html
Oke...let see if I can do this. FYI lagi pinjem BB nyokap nih...dari kemaren males online, lagi sibuk kristik :)
Gue sendiri enggak inget mana yang gue baca dulu, Poirot atau Holmes. Tapi diliat dari jamannya gue rasa Holmes ada lebih dulu 'kan?
Gue kagum sama Holmes atas observasi menyeluruh dia. Holmes juga melakukan observasi To. Segala kesimpulan yang berhasil dia ambil ya berdasarkan observasi itu. Sama Doyle dia digambarkan sebagai seorang scientist jadi memang kemudian berbau-bau teknis.
Jangan salah lho To, Holmes juga pernah lho melakukan pelacakan tanpa keluar rumah :) dan Holmes juga ada feeling dengan Irene Adler, thief yang dapat men-outsmarted Holmes. Twice! :)
Poirot memang memiliki cara yang berbeda. Dan pertama memang terasa membosankan, tapi lama-lama seru juga. Gue gak inget, tapi bukannya Poirot juga punya musuh bebuyutan ya? Selain tuh Countess?
Yang pasti gue belajar dari dua orang itu. Gue belajar observasi luar/fisik dari Holmes dan gue belajar observasi dalam dari Poirot. Mungkin Poirot yang bikin gue tertarik dengan Psikologi hahaha
Yang pasti, Poirot lebih mudah dipelajari or ditiru (dari kaca mata gue ya) karena at least gue dah belajar soal wawancara dan observasi. Setuju banget tuh dengan metode Poirot. Lu bisa belajar BANYAK dari cuma ngobrol sama seseorang.
But still...gue tetep demen sama dua orang itu hahaha...
Post a Comment