Terinspirasi dari cerita Sufei dan kata-kata "Gue tau lu pasti ada di sini" dan agak tersentil oleh cerita Yan yang menurut gue kurang romantis hahahaha...meskipun kata Dito di sini ceritanya kurang Sufei :D oh well gak papa lah...soalnya kalo bikin adegan teriak-teriak plus lompat-lompat, ceritanya berubah jadi komedi bukan romantis.
Anyway, cerita ini dibuat hanya dalam waktu 30 menit kalo enggak salah, dan langsung di post di bbm ke sufei, yan, dan dito (waktu itu lagi bikin conference). Awalnya enggak niat untuk posting di sini, tapi berhubung gue lagi sakit dan enggak bisa tidur (kebanyakan tidur dari siang) dan bingung mau ngapain, jadilah cerita ini diposting di sini.
Ceritanya udah mengalami sedikit perubahan, meskipun enggak banyak dan enggak terlalu signifikan, tapi ya agak-agak berbeda. Semoga menjadi lebih baik :)
It just for fun...and try to think about it on my mind is quite fun...
So Sufei, this one is for you... :D
Siapapun yang pernah mengunjungi daerah Pancoran di Kota pasti tahu bahwa daerah itu tidak pernah sepi. Asemka merupakan salah satu nama jalan yang berada di daerah Pancoran, Kota, yang berarti juga termasuk daerah yang ramai. Maklum, Pancoran yang berada di Kota merupakan daerah Pecinan di Jakarta, pusat perdagangan Jakarta. Daerah tersebut selalu ramai, penuh dengan penjual, pembeli maupun calon pembeli. Belum lagi dengan aneka kendaraan bermotor yang lalu lalang di dua jalur, para ojek sepeda maupun ojek motor, tukang parkir, pejalan kaki, hingga mobil dan motor yang parkir di tepi jalan. Singkat kata, Asemka merupakan daerah yang selalu ramai dan bising. Baru mulai sepi ketika toko-toko mulai tutup.
Diantara keramaian dan kebisingan serta polusi yang terjadi, nampak seorang gadis sedang berjalan dengan santai melintasi mobil dan motor yang sedang bersusah payah bergerak. Sang gadis hanya mengenakan kaos putih bertuliskan BALI dan celana jeans biru panjang, serta sandal kulit model jepit tanpa hak berwarna pink. Sebuah tas kain bermotif batik berwarna biru putih tersampir di sebelah kanan. Ia berhenti di hadapan penjual buku-buku bekas, matanya yang berbentuk almond berada di balik kaca mata minusnya nampak memilah-milah buku yang berada di hadapannya. Wajahnya yang putih, serta hidung yang mancung membuat wajah gadis tersebut nampak manis meskipun tanpa make up sedikit pun. Dan ketika ia tersenyum, meskipun ia mengenakan kawat gigi, membuat wajahnya nampak semakin manis.
Sembari melihat-lihat buku yang ada di hadapannya, dengan santai gadis tersebut merapikan poni rambutnya yang jatuh di keningnya. Ia melakukannya sambil lalu tanpa sadar. Meskipun rambutnya pendek sebahu, gadis tersebut mengikat sebagian kecil rambutnya di kiri dan kanan, membuat wajahnya nampak terlihat jelas. Setelah beberapa saat memperhatikan buku-buku yang berada di hadapannya, ia menyadari bahwa tidak ada buku yang cukup menarik untuk ia beli. Mengalihkan pandangannya dari buku-buku bekas itu, ia melihat ke sekelilingnya. Mobil dan motor masih saja memenuhi jalan. Para tukang parkir sibuk mengatur mobil dan motor yang hendak parkir maupun keluar dari parkiran. Para penjual dan pembeli sibuk menawarkan barang dan menawar harga. Namun semua itu segera berlalu dari pikirannya ketika ia melihat bunga Meihua yang cantik, yang sedang bermekaran.
Meninggalkan penjual buku-buku bekas, gadis tersebut berjalan menuju penjual bunga-bunga Meihua itu. Bunga-bunga itu nampak cantik, memberi kesegaran di tengah-tengah keramaian dan hiruk pikuk sekitarnya. Dengan santai, sang gadis mengeluarkan kameranya, mulai mencari sudut yang bagus, dan mulai mengabadikan bunga-bunga Meihua itu ke dalam kameranya. Entah sudah berapa kali ia memencet tombol shutter. Ia tidak peduli. Ia masih terpikat pada kecantikan bunga Meihua yang ada di hadapannya. Sekali lagi ia mengangkat kameranya, mulai bersiap membidik, namun perlahan-lahan ia menurunkan kameranya, menatap ke sosok yang sedang berjalan ke arahnya.
Untuk kedua kalinya, pandangannya teralihkan. Kali ini ia mengacuhkan bising suara orang-orang maupun kendaran bermotor di sekitarnya, ia mengacuhkan panas matahari, mengacuhkan silaunya sinar matahari, karena matanya hanya tertuju pada sesosok laki-laki yang sedang berjalan dengan santai ke arahnya. Sang gadis mengenali siapa yang sedang berjalan ke arahnya. Ia kenal gaya jalannya, bahasa tubuhnya, bahkan senyumannya sekalipun. Bahkan dari kejauhan sekalipun, ia bisa mengetahui mata sosok laki-laki yang sedang berjalan ke arahnya ini dengan santai, berbinar-binar. Apalagi jika dilihat dari senyumannya yang nampak jahil. Dengan pakaian yang serba biru, termasuk sepatu santainya yang juga berwarna biru, sang gadis mendapati sosok laki-laki itu nampak menyejukkan mata.
Sang gadis menatap laki-laki itu dengan tatapan yang juga penuh binar-binar. Sudah lama ia tidak bertemu dengan sang laki-laki. Sebuah senyuman perlahan-lahan muncul dan makin lama semakin lebar. Sang gadis sebenarnya sudah ingin melompat-lompat dan berteriak-teriak menyerukan nama sang laki-laki sekuat tenaganya, ia tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Namun ia menahan diri. Untuk kali ini saja, ia ingin sesuatu yang berbeda. Dan untuk itu, ia memilih untuk berdiam diri, hanya tersenyum dengan lebar, dan menanti hingga sang laki-laki berdiri di hadapannya.
Akhirnya sang laki-laki berdiri di hadapan sang gadis, senyuman lebar juga nampak di wajahnya. Dan matanyapun berbinar-binar menatap sang gadis. Sang gadis menengadahkan wajahnya, menanti sang laki-laki untuk berbicara. Sang laki-laki kemudian mengulurkan tangan kanannya. Sang gadis memilih untuk mengabaikan uluran tangan tersebut, setengah melompat, ia melingkarkan kedua tangannya di leher sang laki-laki itu. Mendapat sambutan yang mengejutkan, namun menyenangkan, sang laki-laki tertawa dan secara otomatis melingkarkan kedua tangannya di pinggang sang gadis.
Untuk beberapa saat, keduanya berpelukan dengan erat. Suara-suara bisingpun menghilang, hawa panas menguap, yang ada hanya debaran jantung mereka berdua, serta pelukan erat dari orang yang mereka kasihi. Sang laki-laki kemudian berbisik, "Gue tahu lu pasti ada di sini". Dan sang gadis menjawab, "Gue tahu lu pasti bisa menemukan gue."
The End.
4 comments:
Suka ceritanya!
Umm agak Sufei, tapi yg ini terlalu melankolis dan ehem kalem ;p
Pasti disiapkan yg terbaik, tidak usah terlalu dipaksa mencari nanti malah tuntutan yang berbicara dan kata hati tertutupi :)
Cheers.
Hahaha iya lah yang ini lebih kalem....soalnya kalo pake versi asli sufei yang ada malah jadi ketawa ngakak...
:D
Dari alenia pertama sampe alenia ke-3 dari akhir, gue masih bisa lah masuk2in wujud Sufei. Yang liat2 buku, foto2 bunga, dll, itu semua masih bisa pakai wujud Sufei.
Tapi begitu 2 alenia terakhir, gue harus membayangkan perempuan lain. Kalo pake wujud perempuan lain, langsung dapet suasana yg oh so sweet (terutama alenia terakhir).
Kalo 2 alenia terakhir itu dipaksa divisualisasikan dengan wujud Sufei, reaksi gue cuman 1, yaitu: "HOWEEEEEEKKKZZZ..." (Ngacir nyari ember buat muntah2) Buahahahaha...
*kabur sebelum dikempesin sama Ze n Sufei*
hahahaha...ya gak segitunya lah To...sufei bisa kok 'menahan diri', meskipun dia pasti enggak mungkin berdiri diem, karena dia pasti bakal goyang kanan goyang kiri, terus matanya liat kanan liat kiri hehehe...tapi rada bisa kok :)
Post a Comment