Monday, October 12, 2015

Magnus Chase and the Gods of Asgard: The Sword of Summer - Rick Riordan



After books about Greek mythology came the books about Egyptian mythology  then the books about Greek and Roman mythology, now Riordan tells the story of Norse mythology. 

Magnus Chase has always been a troubled kid. Since his mother's mysterious death, he's lived alone on the streets of Boston, surviving by his wits, keeping one step ahead of the police and the truant officers. 

One day, he's tracked down by an uncle he barely knows-a man his mother claimed was dangerous. Uncle Randolph tells him an impossible secret: Magnus is the son of a Norse god. 

The Viking myths are true. The gods of Asgard are preparing for war. Trolls, giants and worse monsters are stirring for doomsday. To prevent Ragnarok, Magnus must search the Nine Worlds for a weapon that has been lost for thousands of years. 

When an attack by fire giants forces him to choose between his own safety and the lives of hundreds of innocents, Magnus makes a fatal decision. 

Sometimes, the only way to start a new life is to die . . . 


Little spoiler alert: Magnus Chase is Annabeth Chase (from Percy Jackson and The Olympian series)' cousin.  Annabeth herself made an appearance in the book. 

For me it's quite hard to remember all the "new" names. I was more familiar with Greek and Roman mythology. Even Egyptian mythology a little bit easier than Norse mythology. 

Compare to The Olympian or Kane Chronicles (like it or not, you'll compare The Gods of Asgard with those two), Magnus already 16 years old. And he's dead. 

According to Dito, he already finished reading the book first, Valhalla reminded him of Hogwarts. I can see why he thinks that, with all the magic and the wonder. Magnus Chase' world is completely different than the Kanes or the Olympian (or the Roman). 

In his adventures, Magnus is not alone. He had help from his friends. Sam, a Valkyrie, she's an Arab and wears hijab and can kicked-ass. Blitz, a dwarf with interesting parentage and highly sense of fashion. Hearthstone, a deaf elf who choose to study magic instead of...well something else. 

These four work together to delay Ragnarok, and in doing so they also have to "help" other Gods (buying a pair of earring, find a missing hammer that wasn't missing, find a replacement rope made of paradoxes, and prevent Thor from drowning)

We also meets some Gods. Freya, who has cats, and listening to Taylor Swift; Thor who love to watch television series (he mention League of Assassins from Arrow!!); Ran, who likes to collect things, anything. 

Don't forget sword that can talk, goats that also can talk, be killed, eaten, and then live again. Bar tools that have history. Giant squirrel that can trash-talk. 

And nine ducks which apparently a door to another world. 

I love this books because it's funny, Magnus remind me a little bit of Percy even if he's not as sassy as Percy. And like Percy, he's ready to sacrifice himself for his friend. This book is full of action, noble deeds, sacrifice, love, friendship, and acceptance. 

At some point in the story, some how my mind compare it to Harry Potter. Maybe it's because of the missing nose. I really don't know why I'm thinking about Harry Potter, because when the bad guy start monologing, it's not different from The Olympian, about what he's done, why he's doing it, bla bla bla. 

But near the end, it really reminded me of Harry Potter, especially the part where Dumbledore begin to give final house point. In this book there aren't any house point, but the way...ehm...that man praising Blitz, Sam, Hearthstone and Magnus, and then gave them prizes, for me it's like what Dumbledore did at the end of the school term. 

Worth to buy, even worth more to read. Especially if you enjoy The Olympian and Kane Chronicles. 


Thursday, January 1, 2015

IKEA


Happy New Year 2015!!!

Di hari pertama tahun 2015 ini....gue mencoba untuk menulis blog, berhubung pengalaman hari ini lumayan menarik untuk gue bagikan ke banyak orang hahaha....

Tahun 2014 merupakan tahun yang "menyedihkan" untuk blog ini karena sedikitnya posting...semoga tahun 2015, bisa kembali aktif.  Amin!!

So...mari kita mulai!

Dikarenakan satu dan lain hal, maka pada tanggal 1 Januari 2015 ini, gue sekeluarga (yang berarti mom and dad and li' sis) pergi jalan-jalan bersama.  Ide my mom untuk pergi ke IKEA yang mana memang udah dari sejak buka di Jakarta, pingin banget dikunjungi.

Menurut sumber yang ada, IKEA Indonesia buka 15 Oktober 2014 kemaren.  Gue tau soal IKEA cuma dari novel-novel yang gue baca dan cerita teman gue yang sempet mengunjungi toko IKEA di China dan di Singapore.  Jadi gue cuma tau sedikit soal IKEA.

Dan akhirnya gue ke sana.  RUAME BANGET!!!! Entah karena hari libur besar, atau memang setiap Sabtu/Minggu/hari libur keramaian yang terjadi memang seperti tadi yang gue alami.  

Yang pasti sih, tadi gue dateng sekitar setengah 1-an....itu parkiran udah penuh...dan semakin sore...semakin tidak terkontrol mobil-mobil yang datang hahaha...

Oke....sebelum gue memberikan semacam "bagaimana berbelanja di IKEA", gue mau cerita dulu soal IKEA ini.

Dari soal harga....well...jujur, tidak bisa gue bilang murah, karena toh harga-harga dia, meskipun ada beberapa yang dibawah 50rb, lebih banyak yang diatas 100-200rb.  

Design yang ditawarkan IKEA harus gue akui, memang unik dan menarik.  Konsep IKEA adalah bagaimana ada memaksimalisasikan ruangan yang ada.  Jadi banyak sekali tempat-tempat penyimpanan, atau laci dan lemari yang kecil.

Yang menarik adalah, di IKEA terdapat display isi rumah, dengan 3 ukuran rumah; 55m2, 35m2, dan 25m2.  Jadi pengunjung bisa mendapatkan ide, barang-barang apa yang bisa ditempatkan atau bagaimana memposisikan barang-barang tersebut.




Dan tentu tidak hanya display rumah saja, nyaris di tiap bagian, akan terdapat display sehingga pengunjung bisa melihat bagaimana hasil akhir sebuah perabotan jika telah disusun.


Dikarenakan tadi itu suasananya sangat padat, dan gue juga masih agak terkesima dengan IKEA, jadi foto itu sangat sedikit sekali.

Jika ingin info atau lihat seperti apa isi dalem IKEA, silakan mampir ke blog anakjajan.com, yang isinya dilengkapi foto, termasuk harga makanan di cafetaria.  Tadi kami tidak mampir, karena antrian yang sangat panjang.


Oke...sekarang soal "Hal-hal yang perlu diperhatikan".  Yang harus segera diingat adalah konsep belanja IKEA adalah SELF-SERVICE yang berarti layanan-sendiri.

Tidak ada tukang parkir di IKEA.
Jika anda menggunakan mobil pribadi, ingat bahwa tidak ada tukang parkir di area parkir IKEA.  Ada petugas keamanan, tapi bukan tukang parkir.  Jadi perhatikan baik-baik dimana anda parkir dan jika kendaraan anda terhalang kendaraan lain, maka anda sendiri yang harus mendorong mobil yang menghalangi mobil anda.  (Tadi gue kudu mendorong 2 innova dan 1 jazz hahahaha)

Baca tata cara berbelanja di IKEA
Mungkin terkesan konyol, tapi ini adalah hal yang penting.  Pada saat anda masuk, memang langsung terdapat bagian informasi, tapi juga banyak terdapat petunjuk arah.

Pada saat anda tiba di area belanja, ada akan bertemu dengan dua hal di bawah ini. 

  
Gambar di atas adalah info tentang bagaimana anda berbelanja di IKEA.  Silakan ambil lembar yang biru, lembar yang putih, pensil, dan penggaris kertas.  Tersedia juga buku katalog IKEA, yang boleh anda ambil dan anda bawa pulang.  Semuanya gratis anda bawa pulang, kecuali pensil yang harus anda kembalikan pada waktu anda tiba di kasir.

Sekali lagi ingat, SELF-SERVICE.



Di samping papan info tentang bagaimana berbelanja di IKEA, terdapat peta direktori tata letak barang-barang IKEA.  Jika anda seperti saya (kami) yang baru pertama kali ke IKEA, mungkin peta ini tidak terlalu penting.  Meskipun begitu, cukup perlu juga dibaca setidaknya untuk lebih tau, seperti apa tanda petunjuk yang tersedia.

Kenapa harus mengambil dua lembar (biru dan putih) serta pensil dan penggaris? Karena semua itu anda butuhkan jika anda hendak berbelanja.  

Pada saat anda hendak membeli meja, atau kursi, atau lemari, yang perlu anda lihat, bukan saja harga barang tersebut, tapi juga kode barang, dan dimana barang tersebut diletakkan. Jadi, jika anda hendak membeli meja, meskipun di sana terdapat banyak meja, anda tidak bisa langsung mengambil meja tersebut.  Anda harus mencatat kode barang atau posisi dimana barang tersebut diletakkan, baru kemudian anda pergi menuju "gudang" untuk mengambil barang tersebut.

 

Foto di atas adalah "gudang" tempat anda mengambil barang yang telah anda pilih.  Itulah gunanya lembar putih dan biru. (Lembar putih sepertinya hanya petunjuk cara berbelanja, sementara lembar biru yang bisa dipakai untuk mencatat).

Dan di sinilah letak SELF-SERVICE-nya.  Karena anda harus mengambil sendiri barang yang telah anda pilih (ya minta tolong diambilkan gue rasa boleh sih...apalagi kalo gak nyampe hahaha), dan rakit sendiri semua barang yang dibeli.

IKEA juga tidak menyediakan kantong belanja.  Jadi, anda harus menyiapkan kantong belanja sendiri, atau membawa trolley hingga tempat yang telah disediakan....gue masih ragu apakah boleh dibawa ke tempat parkir atau tidak. 

Yang satu lagi cukup menarik dari IKEA adalah display boleh digunakan.  Jadi, kalau melihat meja, kursi, tempat tidur, itu boleh anda duduki dan tiduri hahaha...serius.  Jadi buat yang membawa anak-anak...bakal seneng banget untuk ke IKEA.  Berbeda dengan toko furniture lainnya yang cenderung melarang pengunjung untuk duduk di bagian display, IKEA justru mempersilakan pengunjung untuk memanfaatkan display yang ada.  Yah...yang penting tau diri aja...jangan kemudian juga malah pecicilan.

Jalur di IKEA itu ONE WAY. Well...ini menurut gue gak penting sih hahaha....tapi memang kayaknya jalurnya tuh satu arah...kita balik ke tempat sebelumnya boleh aja sih, tapi karena tadi padat banget, jadi agak susah untuk 'jalan mundur' hahaha...

Apalagi ya...oh ya...parkir gratis di IKEA.  Mungkin karena self-service itu kali ya? Yang pasti sih tadi emang enggak ada gardu untuk ambil tiket karcis.

Buat gue sih...seru ke IKEA, meskipun mungkin yang bisa dibeli cuma yang murah-murah, tapi tetep menarik untuk dikunjungi.  Paling tidak, kita belajar untuk jadi lebih mandiri.  Mandiri dalam berbelanja dan juga mandiri dalam memperhatikan lingkungan sekitar.  Belajar membaca rambu-rambu.

Next time ke IKEA lagi, pasti bakal foto lebih banyak...dan hopefully enggak serame tadi hahaha.


 
Free Delivery on all Books at the Book Depository
Please e-mail me directly if you have any question about things that I wrote in this blog at celotehze@yahoo.com