Sabtu lalu, gue pergi ke Mal Gading dan mampir ke Disc Tarra. Nyokap lagi keranjingan beli cd lagu indo lama or nyari musik piano other than Richard Clayderman (hm...dari awal gue emang enggak gitu suka sama Clayderman, setelah mendengar musik-musik Yiruma dan Joe Hisaishi, yang mostly piano, gue jadi TAMBAH enggak suka sama Clayderman hihihihi). Di saat nyokap udahan, tiba-tiba mata gue tertumbuk pada satu
RENT - Filmed live on Broadway for final performances
Tanpa banyak bicara, langsung diambil dan langsung beli. Dan baru kemaren gue tonton. Tidak menyesal gue beli itu
RENT merupakan pertunjukkan Broadway yang (katanya, menurut
Kata Geraldina - Gerrie - RENT is so 80's :) karena tema-nya 'masih' mengenai AIDS. Harus diakui, pendapatnya bener juga, karena toh memang settingnya di akhir tahun 80-an, baru mau masuk tahun 90-an. Dan memang AIDS memainkan peranan yang cukup besar di pertunjukkan ini.
Cerita berpusat pada:
Mark, seorang filmmaker independen;
Roger, roomate Mark, seorang musisi yang juga HIV positif;
Mimi, seorang penari eksotis yang juga HIV positif, tetangga Mark & Roger;
Maureen, biseksual performing artist, mantan pacar Roger;
Collins, seorang profesor filosofi yang juga gay dengan AIDS;
Joanne, pengacara dan juga partner Maureen; dan terakhir
Benny, pemilik gedung tempat Roger, Mark, dan Mimi tinggal, mantan roomates Roger, Mark, Maureen, dan Collins.
Ceritanya berkisah seputar hubungan para tokoh-tokohnya, tentang Mark yang merasa bingung dengan film-nya. Roger yang depresi karena ditinggal mati April, pacarnya, dengan bunuh diri, dan mengetahui kalau dirinya juga terkena HIV. Mimi yang kecanduan dan juga terkena HIV. Belum lagi mengenai hubungan antara Roger dan Mimi yang sepertinya masih dibayang-bayangi oleh April (untuk Roger) dan tentunya drugs (untuk Mimi). Sementara itu, Collins bertemu
Gue sendiri tau mengenai RENT dari adek gue yang waktu itu sedang tergila-gila dengan lagu "Seasons of Love" yang merupakan 'trademark' lagu itu. Lagunya memang bagus, kata-katanya yang bagus.
COMPANY
Five Hundred Twenty-Five Thousand Six Hundred Minutes
Five Hundred Twenty-Five Thousand Moments So Dear
Five Hundred Twenty-Five Thousand Six Hundred Minutes
How Do You Measure - Measure A Year?
In Daylights - In Sunsets
In Midnights - In Cups Of Coffee
In Inches - In Miles
In Laughter - In Strife
In - Five Hundred Twenty-Five Thousand Six Hundred Minutes
How Do You Measure
A Year In The Life
How About Love?
How About Love?
How About Love?
Measure In Love
Seasons Of Love
Seasons Of Love
Joann
Five Hundred Twenty-Five Thousand Six Hundred Minutes
Five Hundred Twenty-Five Thousand Journeys To Plan
Five Hundred Twenty-Five Thousand Six Hundred Minutes
How Do You Measure The Life
Of A Woman Or A Man?
Collons
In Truths That She Learned
Or In Times That He Cried
In Bridges He Burned
Or The Way That She Died
ALL
It's Time Now - To Sing Out
Tho' The Story Never Ends
Let's Celebrate
Remember A Year In The Life Of Friends
Remember The Love
Remember The Love
Remember The Love
Measure In Love
Joann
Measure, Measure Your Life In Love
Seasons Of Love...
Seasons Of Love
Enggak lama setelah gue denger ini lagu di radio, gue nemu
RENT pertama kali gue tonton di
Sedikit menyimpang, Idina Menzel merupakan pemeran Elphaba di pertunjukan Broadway "Wicked" bersama Kristin Chenoweth. Semenjak mendengar lagu "Popular" dan melihat aksi mereka berdua di
Ok, back to RENT.
Dari seluruh tokoh di RENT, gue paling suka sama
Dan pada saat gue liat
Sebenernya, gue enggak nyangka gue bisa suka sama RENT. Apalagi setelah tahu kalo RENT itu adaptasi opera Puccini - La Boheme, karena gue pernah baca sinopsis La Boheme, dan gue enggak suka. Sad ending bo! Tapi entah mengapa gue malahan suka dengan RENT ini.
Ceritanya memang agak depresi. Ya iya lah, dengan segala HIV-AIDS, kemiskinan, perjuangan untuk mencapai mimpi, tapi toh semua itu seolah-olah tertutup dengan kisah cinta antara tokoh-tokohnya. Love is really the greatest power of all!!
Untuk yang tertarik dengan RENT, gue saranin sih lebih baik liat versi film-nya dulu, baru liat yang veri Broadway. Kenapa? Karena menurut gue, versi film-nya lebih 'mudah' dicerna, dengan kata-kata yang MUNGKIN tidak terlalu ribet (gue ndiri lupa juga sih), dan dengan ritme yang tidak terlalu cepat. Sedangkan yang Broadway punya, harus gue akui, agak sedikit ribet, dengan ritme yang cepat, belum lagi pergantian scene yang yah...kudu mengandalkan imaginasi (ya iya lah, 'kan cuma ada satu panggung doang, tapi harus bisa dirubah-rubah menjadi banyak setting). But either way, dua-duanya bagus dan kudu dilihat :)
There's only us
There's only here
Give in to love
Or live in fear
No other path
No other way
No day but today
There's only here
Give in to love
Or live in fear
No other path
No other way
No day but today