Sunday, January 11, 2009

Perempuan Punya Cerita [Chant of Lotus]


Sebenernya udah cukup lama gue beli nih vcd...tapi baru kemaren malem gue tonton. Nunggu mood yang tepat untuk nonton ini film, yang menurut gue cukup berat. Awalnya, gue agak sedikit males nonton. Kenapa? Karena tebakan gue, yah...paling ceritanya gak jauh-jauh dari soal penindasan kaum perempuan dan betapa sang perempuan itu kemudian terlihat tertindas dan seolah-olah tidak memiliki kekuatan apapun untuk bangkit dari keterpurukan tersebut. Or...memang yang cewek yang memandang rendah dirinya, jadi terima aja diperlakukan seperti itu. Tapi toh, dengan senang hati, gue harus mengakui bahwa gue salah. Oke...memang dalam PPC ini tetep ada tema seperti itu.

"Perempuan Punya Cerita adalah antologi dari empat (4) film pendek mengisahkan kehidupan perempuan-perempuan biasa dengan pengalaman yang luar biasa." Perempuan Punya Cerita - Kalyana Shira Films

Dari empat film pendek ini, semuanya memang memiliki kesamaan tema, yaitu tentang perempuan yang mengalami 'penindasan'. Gue rasa, sekarang udah bukan jamannya lagi perempuan untuk duduk diam dan menerima perlakuan
abusive dari suaminya, meskipun memang harus diakui kejadian tersebut masih terjadi. Tapi dari para sutradara perempuan yang masing-masing mendalangi satu film pendek ini, melihat lebih jauh dari sekedar hal itu (ya iya lah!! Kalo gak 'kan nih film gak mungkin dapet kritik yang bagus, kalo tema yang diangkat itu-itu mulu!!)

So...cerita pertama adalah


Cerita Pulau

Sutradara : Fatimah T. Rony
Skenario : Vivian Idris
Main Cast : Rachel Maryam (Wulan), Rieke Dyah Pitaloka (Sumantri), Arswendy Nasution (Ahmad Rokim)

Sumantri mendedikasikan hidupnya untuk kesehatan Ibu dan anak di sebuah pulau berpenduduk padat tak jauh dari Jakarta. Terbatasnya akses transportasi dan komunikasi ke luar pulau membuat posisi Sumantri sebagai satu-satunya bidan menjadi tak tergantikan, ia kerap kali menyampingkan kepentingan pribadi termasuk kesehatannya demi mendahulukan pasiennya.

Saat dokter memvonisnya dengan kanker dan harus menjalani perawatan di Jakarta, Wulan salah seorang pasien yang sudah dianggapnya sebagai anak sendiri, diperkosa dan hamil. Kondisi psikis Wulan yang istimewa membuatnya tak mungkin merawat dan membesarkan seorang anak, dan Sumantri yang protektif berniat mengaborsi kandungan Wulan namun menghadapi dilema beras karena keyakinan masyarakat setempat yang menentang keras aborsi.

Entah mengapa, gue tidak menemukan cerita ini menarik. Meskipun tetap membuat emosi gue sedikit terbawa, tapi buat gue kurang menarik. Dari awal, gue dah menebak kalau Wulan pasti bakal diperkosa. Soalnya Wulan digambarkan sebagai anak autis [tebakan gue yah] dan dari awal udah digoda sama seorang cowok bersama teman-temannya. Gue cuma bisa mikir, gila ya tuh orang, dimana sih rasa PERIKEMANUSIAANnya? Sampai-sampai seorang cewek yang autis pun 'dibajak'!

Yang kedua adalah ketika Sumantri membawa Wulan ke polisi, hendak lapor. Ternyata, Sumantri sebelumnya diketahui pernah mengaborsi seorang bayi. Alasan Sumantri adalah kalau bayinya tidak diaborsi, dapat membahayakan sang ibu. Polisinya malah jawab, "Apapun itu, aborsi adalah dosa!". Jujur gue bengong. Oke...gue setuju dengan kata-kata aborsi itu itu dosa, TAPI bukankah dalam ilmu kedokteran diijinkan untuk melakukan aborsi JIKA nyawa sang ibu terancam? Maksud gue, kenapa sih gak dicari tau dulu permasalahannya? Kayaknya pikiran seperti itu picik sekali deh.
Sederhana dari jalan ceritanya, sempat membuat emosi gue ikut terbawa, tapi entah mengapa gue kurang tertarik dengan cerita ini.

Cerita kedua adalah

Cerita Yogyakarta

Sutradara : Upi
Skenario : Vivian Idris
Main Cast : Kirana Larasati (Safina), Fauzi Baadila (Jay Anwar)

Safina dan kelompoknya adalah pelajar SMA di Yogyakarta, kota turis yang juga kota pelajar. Warnet yang menjamur di pelosok kota tidak hanya memenuhi kebutuhan para mahasiswa akan teknologi, namun juga Safina siswa SMA dan teman seumurnya, para remaja yang baru saja akil baliq dan sedang giras mengeksplorasi banyak hal utamanya yang berkaitan dengan seks.

Akses luas internet membuai sekelompok anak remaja ini untuk bereksperimen dengan seks tanpa bekal pengetahuan yang lengkap. Ketika Jay Anwar seorang jurnalis dari Jakarta tiba di Yogya untuk riset tulisannya, Safina jatuh hati padanya. Dua sejoli ini saling memanfaatkan untuk kepentingan pribadi, dan Safina yang naif mempertaruhkan masa depannya untuk pria ini.

Oke....gue terbengong-bengong nonton cerita yang satu ini. Mungkin kisahnya terlalu hiperbola untuk ukuran Yogyakarta, tapi gue rasa menjadi hal yang cukup biasa di Jakarta. Atau mungkin, gue yang enggak tahu bahwa hal tersebut merupakan hal yang juga lumrah terjadi di Yogya. Safina punya mungkin 3 temen cewek dan 4 temen cowok. Tebakan gue sih mereka ini saling kenal dan pacaran. Kecuali Safina yang memang terlihat cukup memiliki pendirian kuat.

Sementara temen-temennya yang cewek udah pada tidak perawan lagi, cuma dia yang masih perawan. Yang parahnya lagi adalah, salah seorang temen ceweknya Safina itu, hamil karena udah melakukan hubungan seks dengan 4 orang temen cowoknya. Diantara salah satu cowok itu, terdapat pacarnya nih cewek yang hamil.


OMG!!! Shock gak sih lu menyadari hal itu? Dan yang lebih parah lagi, nih 4 cowok ini kemudian mengundi siapa yang bakal mengawini sama nih cewek yang hamil. And guess what, yang maju itu bukan sang pacar, tapi malah salah seorang teman mereka yang dijadikan kambing hitam, berdasarkan kocokan undian. GOSH!!!


Aduh...duh...duh....duh! Parah deh. Memang ceritanya seperti membongkar aib sendiri, tapi mau tidak mau memang harus diakui bahwa hal tersebut terjadi. Di Yogya dan mungkin di kota-kota lain. Itulah akibatnya kalau melakukan hubungan seks tanpa pengetahuan yang diikuti dengan moral yang baik. [Kalo bermoral baik mungkin tidak akan melakukan hubungan seks pra nikah kali ya? Hehehehe]


Cerita ketiga adalah

Cerita Cibinong

Sutradara : Nia Dinata
Skenario : Melissa Karim
Main Cast : Shanty (Esi), Sarah Sechan (Cicih), Ken Nala Amrytha (Maesaroh)

Esi seorang cleaning service di klab dangdut Merem Melek bekerja keras untuk biaya hidup dan pendidikan Maesaroh putri semata wayangnya. Ia nyaris putus asa ketika mendapatkan Narto kekasihnya melecehkan Maesaroh. Beruntunglah Esi karena Cicih, primadona klab Merem Melek memberikan perlindungan dan tempat tinggal.

Saat akan membangun kembali mimpinya, Esi dihadapi pada kenyataan pahit karena Cicih dan Maesaroh terjerat sindikat perdagangan perempuan.

Ini cerita yang awalnya cukup membuat gue ngeri, tapi toh kemudian gue tertarik dengan cerita ini dan seolah-olah gue melihat sebuah titik terang di ujung film. Meskipun cuma setitik, tetap saja
it's a hope.

Awalnya gue kira Saroh bakal tejerat dengan prostitusi anak, begitu gue tahu bahwa yang terjadi adalah perdagangan perempuan...hieh...gue jadi gak tahu mana yang lebih parah?
Ceritanya cukup membuat gue menangis, apalagi melihat adegan terakhir ketika Eci berhasil kabur dan kembali bertemu Esi. Duh...ini cerita yang bagus menurut gue.

Cerita terakhir adalah


Cerita Jakarta

Sutradara : Lasja F. Susatyo
Skenario : Melissa Karim
Main cast : Susan Bachtiar (Laksmi), Winky Wiryawan (Reno), Ranti Maria (Belinda), Ratna Riantiarno (Ibu Sumadiprodjo), Tarzan (Bapak Sumadiprodjo)

Laksmi seorang janda beranak satu yang kehilangan suaminya karena HIV/AIDS. Masih dalam suasana berduka ia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya tertular virus mematikan itu, dan keluarga suaminya berkeras mengambil alih hak asuh Belinda, anak perempuannya.

Naluri seorang Ibu membuatnya bertahan untuk tetap mengasuh Belinda meskipun ia harus kehilangan semua hartanya, dan bersusah payah membawa Belinda berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Namun niatnya terbentur kenyataan, membesarkan anak dengan kondisi yang makin lemah tanpa penghasilan memaksa Laksmi mengambil keputusan besar, demi memberikan yang terbaik bagi Belinda dan dirinya.


Ini cerita terakhir yang suer membuat gue menangis dengan cukup heboh. Untung gue nonton ndiri. FYI, Belinda hendak diambil oleh keluarga suami karena mereka merasa kematian anak mereka diakibatkan oleh Laksmi yang menularkannya. Padahal sih sebaliknya.


Again, ceritanya sederhana, tidak ada adegan yang terlalu menonjol, kecuali menunjukkan bahwa Laksmi adalah seorang perempuan keturunan Cina. Namun, jalinan ceritanya yang buat gue lebih menarik dibandingkan cerita yang lain.



Overall, dari empat cerita ini, dua cerita yang sukses bikin gue nangis, satu cerita yang jaw dropping banget, dan satu cerita yang menurut gue terlalu slow. Tapi semua cerita ini cukup membuat emosi gue ikut terbawa kok.

Bukan cerita yang bisa dikatakan ringan, meskipun juga tidak terlalu berat, tapi memang membuat lu untuk berpikir. Baik sebagai seorang perempuan or sebagai seorang manusia. Apa sih yang lu pandang dari seorang perempuan? Apa yang lu lihat dari seorang perempuan? Objek seks doang? Hanya warga kelas dua? Just a mom? Atau lebih dari itu?

No comments:

Free Delivery on all Books at the Book Depository
Please e-mail me directly if you have any question about things that I wrote in this blog at celotehze@yahoo.com