Monday, December 22, 2008
Penonton Kecewa
Gila man!!! Suer jelek!!
Duh beneran deh. Gue ampe bingung banget, kok bisa sih sampe sejelek itu? Maksudnya, ini kan konser gitu lho, orang bayar untuk nonton nih konser, lho kok ya jelek? Gue sampe stress ndiri!
Adek gue, Tizia, tiga bulan yang lalu diajakin untuk ikut paduan suara baru. Karena emang dah lama gak nyanyi dan pingin aktif nyanyi lagi, jadilah dia join. Mulailah latian seminggu sekali. Nah, salah satu pengisi acaranya itu adalah padus si Tz ini, Chorale. Selain dia ada 2 padus lagi. Satu padus anak-anak, satu Tera Voce punya Benny Manumpil.
Session 1.
Alamak!!! Dari tiga padus itu, cuma padus anak-anak yang menurut gue lebih better.
Chorale yang pertama maju, nyanyi Simple Gifts. Startnya goyang, gak yakin dan jelas-jelas gak stabil. Kayak orang mau jalan tapi agak kepleset dikit. Trus ke belakangnya, mulai deh...ada yang gak pitch, ada yang melengking ndiri, gak kompak banget deh. Lagu kedua, yang sebenernya dah males untuk gue dengerin, gak tralu beda jauh sama lagu pertama.
Entah karena gue duduk di belakang, jadi suara itu serasa jalan ndiri-ndiri or jumlah orang yang cuma 25 jadi kalo ada yang salah langsung ketauan, atau emang jelek? Gak tau deh. Untung ini tiket gratis, jadi gak rugi-rugi amat. Dan andai gak ada Tizia, gue dah minta nyokap untuk pulang saat itu juga. Beneran.
Padus anak-anak lebih better. Paling gak suaranya masih ngeblend lah, walaupun sempet ada yang lari sebentar. Trus ada yang sedikit gak pitch, tapi yah maklum lah. Toh buat gue lebih banyak yang pitch.
Yang gue kaget adalah Tera Voce. Alamak! Gak ngerti deh. Gue berharap Tera Voce bisa memukau gue. Tapi ternyata enggak. Gak blend banget! Lagu kedua malah menurut gue berantakan. Gue jadi bingung.
Tapi yah itu...mungkin karena gue duduk di belakang kali ya, jadi tuh suara gak ngumpul dan malah lari kemana-mana, alhasil yang ada gue gak denger suara bulat mereka.
Penghiburan gue cuma Jakarta Symphony Orchestra yang ngebawain beberapa lagu Natal, termasuk Christmas in the Kitchen (yang pake wajan panci dsb) dan Suite from Polar Express. Heh...penghibur kekecewaan gue.
Sebelum tuh symphony, gak ada yang gue kasih tepuk tangan!
Session II.
Much better. Kenapa? Karena all artists nyanyi semua, jadi emang suaranya terdengar lebih bulet.
Dan begitu acara selesai, gue langsung kabur. Bayangin coba? Gue nonton konser, gak pake nunggu ancore, langsung pulang!
Gila gak?
Parah deh.
Selain itu...entah karena emang dah terbiasa jadi EO or terbiasa ngeliatin konser or gimana, gue ngerasa panitia-nya gak siap sama sekali deh. Mungkin baru pertama kali ini bikin konser kali ya?
Gak ada MC!
Oke...oke...oke...ada orang yang cuap-cuap or sedikit ngasih pemberitauan soal tata tertib berkonser. Tapi masak cuma sekedar baca doang? Sambil duduk lagi! Udah gitu suaranya kayak orang males-malesan gitu! Gak ada semangatnya sama sekali.
Trus gak ada kata sambutan or basa-basi; menjelaskan tujuan konser dsb. Langsung mulai.
Pada waktu intermission juga gak dibilangin. Telat ngasih taunya. Orang-orang dah pada keluar, baru deh ada yang ngasih tau kalo kita "memasuki bagian istirahat selama 15 menit". Halah! Kalimatnya lho!
Pembagian bunga juga gitu. Semua yang mau dibagiin bunga dipanggil satu-satu ke depan, kemudian yang diminta untuk memberikan bunga juga langsung dipanggil semua sekaligus, trus udah. Bunganya dikasih ke orang yang memberikan, dan orang itu jalan ndiri. Dah kelar dikasih bunga, terus udah. Gak ada pemberitauan lebih lanjut.
Duh...gue dah gregetan ndiri aja dari tadi. Hal-hal kecil yang bisa bikin senewen yang kayak gitu tuh!
Hieh...parah deh!
Sunday, December 21, 2008
Children Of Huang Shi
Gak sengaja gue nonton nih film di Celestial Movies. Udah cukup lama tertarik dengan nih film. Meskipun waktu kemaren nongol di bioskop gak tertarik untuk liat, tapi begitu tau kalo di Celestial Movies bakal main, yah penasaran juga. Dan tadi, gak sengaja nonton. Meskipun gak nonton dari awal, tapi cukup lah untuk bikin gue nonton sampai akhir.
Dari segi cerita, sebenernya tidak sederhana, apalagi dibilang based on true story. Tapi, entah mengapa, film ini kesannya jadi sederhana, dari sisi plot. Tidak ada konflik/ketegangan yang memuncak, tidak ada adegan yang membuat jantung penonton deg-degan setengah mati. Ketegangan ada, tapi tidak yang sampai yang bikin deg-degan abis.
George Hogg (Jonathan Rhys-Meyers) is a young British journalist, who comes from St. George's School, Harpenden. In 1938, during the Japanese occupation of China, he sneaks into China by pretending to be a Red Cross aid worker and photographs Japanese atrocities. The Japanese discover this and decide to kill him, but Hogg is saved by Chen Hansheng (Chow Yun-Fat), a Chinese communist resistance fighter. While in the company of communists Hogg sees from a hidden position the execution by the Japanese of two of his colleagues. Shocked by this he exposes himself. In a gun fight that follows Hogg is wounded. To make himself useful while recovering he is sent to an orphanage with 60 boys in Huangshi to help Lee Pearson (Radha Mitchell), the American nurse who runs it. Soon after arrival the boys savagely attack him with sticks; he is saved by Lee, who threatens the boys with leaving.
Instructed to do so by Lee, Hoggs helps to overcome the boys' shyness to be treated nakedly against lice by allowing Lee to demonstrate the treatment on him. Lee leaves for two months, and Hoggs reluctantly stays to avoid that the boys are abandoned by everybody. Hoggs gains the boys' respect by repairing the lighting, being their teacher, etc.
Fleeing from the nationalists who want to make the boys soldiers fighting with them against the Japanese, they make a three-month journey across the snow-bound Liu Pan Shan mountains to safety on the edge of the Mongolian desert, the first 900 km on foot. To their relief, for the last part of the journey they are supplied with four trucks.
At the destination they are supplied with a building that they turn into a new orphanage. In 1945 Hogg dies of tetanus.
Waktu Hogg akhirnya meninggal, as usual, gue nangis. Karena yah...sedih aja gitu, ngeliat bagaimana dia mau menyelamatkan tuh anak-anak dan ngeliat para anak-anak itu juga pada ikut nungguin Hogg. Sedih lah.
Buat gue sih...yah dapet nilai C lah.
Soalnya, dari segi cerita buat gue kurang aja. Bukan karena gue gak nonton dari awal, tapi buat gue kurang di elaborate. Gak dijelasin, bagaimana dia kemudian bisa speak mandarin lancar meskipun (menurut gue) aksen nya masih aksen barat. Atau kenapa tiba-tiba ngasih pinjem mereka truk. Dan perjuangan anak-anak itu melalui silk road juga kurang. Maksudnya, perjalanan itu 'kan bukan perjalanan yang mudah, masak sih enggak ada masalah? Atau kesulitan apa kek? Gak keliatan gitu lho.
Buat gue sih, jujur, sayang aja kalo hal-hal seperti itu gak di elaborate lebih jauh.
Tapi, karena nih cerita buat gue menarik, yah gue kasih C lah :)
Lumayan juga untuk mengisi waktu luang, di saat tv lagi gak ada acara yang menarik.
Agenda Starbucks
Akhirnya...penantian itu selesai juga!!
Agenda Starbucks yang baru udah berhasil gue dapatkan!!!
Setelah berjuang meminum 26 gelas Starbucks selama sebulan, akhirnya berhasil juga!!
Hehehehe...senangnya!!!
Thursday, December 18, 2008
[Another] Straight No Chaser - Lion Sleeps Tonight
Ini ada lagi dari Straight No Chaser. Masih dengan model a cappella dan tentu dengan suara yang KEREN abissss!!!!
Silakan dinikmati
Straight No Chaser
Terus...ketika gue nyampe di 12 Days of Christmas, lagu yang diambil sewaktu mereka performed pertama kali...langsung gue cari video-nya di YouTube.
Hehehe...dengerin yah...sambil ditonton.
KEREN!!!
Homosexuality
Entah sejak kapan gue jadi tertarik dengan urusan gay or homoseksual ini. Mungkin gara-gara dua cowok ganteng itu *hiks*...atau mungkin karena gue amazed, bahwa ternyata there are some people who attracted to the same-sex as they own.
Ketika kemudian belajar di psikologi, gue makin tahu bahwa being gay doesn't mean that the person is sick or mentally ill. Meskipun memang harus diakui, bahwa pada awalnya, homoseksual dianggap sebagai gangguan mental. Baru setelah beberapa kali pertemuan, penelitian, dsb, para psikolog dan psikiatri memutuskan kalo homoseksual bukanlah gangguan mental. Dengan catatan: jika individu tersebut merasa terganggu dengan situasi dirinya, maka baru dianggap mengalami gangguan mental. Harap diingat, gangguan mental itu tidak berarti gila ya...
So...gue kemudian menyadari bahwa dunia gay/homoseksual itu menarik untuk ditelaah dan yah...menarik untuk dipelajari. Sampai sekarang pun masih menarik untuk dibahas, dibicarakan, dan dipelajari.
Jujur aja, gue termasuk salah seorang yang mendukung homoseksualitas. Dengan catatan individu tersebut menjadi gay/homoseksual memang karena dari awal dia sudah menyadari bahwa there's something different about me. Bukan karena iseng, bukan karena merasa terpaksa, bukan karena mendapat keuntungan dari being gay, dan alasan aneh-aneh lainnya. Dan individu tersebut merupakan gay/homoseksual yang bertanggungjawab. Gak mesti udah coming out, tapi paling gak yah...be a good & responsible gay/homosexual.
Memang, kalo kemudian bawa-bawa agama (apapun itu) pasti pada langsung protes. Dan semuanya (kecuali mungkin Budha ya) langsung menolak dengan tegas. Kalo gue...gue akan kembali pada love. Yup. The one and only LOVE.
Coba liat video dari YouTube ini deh. Baru dapet dari Yan. Special Comment on Gay Marriage - Keith Olbermann
Sesudah nonton nih video, gue langsung buka wikipedia, untuk mencari tahu lebih lanjut soal Prop 8.
And my heart goes for them...the gay people.
Tuesday, December 16, 2008
Friendship
He is your field which you sow with love and reap with thanksgiving.
And he is your board and your fireside.
For you come to him with your hunger, and you seek him for peace.
When your friend speaks his mind you fear not the "nay" in your own mind, nor do you withhold the "ay."
And when he is silent your heart ceases not to listen to his heart;
For without words, in friendship, all thoughts, all desires, all expectations are born and shared, with joy that is unacclaimed.
When you part from your friend, you grieve not;
For that which you love most in him may be clearer in his absence, as the mountain to the climber is clearer from the plain.
And let there be no purpose in friendship save the deepening of the spirit.
For love that seeks aught but the disclosure of its own mystery is not love but a net cast forth: and only the unprofitable is caught.
And let your best be for your friend.
If he must know the ebb of your tide, let him know its flood also.
For what is your friend that you should seek him with hours to kill?
Seek him always with hours to live.
For it is his to fill your need, but not your emptiness.
And in the sweetness of friendship let there be laughter, and sharing of pleasures.
For in the dew of little things the heart finds its morning and is refreshed.
Monday, December 15, 2008
Parenting
Tentu masing-masing dari kita tahu bagaimana kita dulu dibesarkan. Kalau merasa tidak tahu, well mungkin sudah saatnya untuk bertanya pada orangtua kita masing-masing. Gue gak mau cerita panjang lebar mengenai how I was raised karena itu udah ada di posting sebelumnya. Silakan dicari sendiri :) http://celotehze.blogspot.com/2008/11/how-i-raised.html
Dan semakin besar, kita semakin tahu dan juga mungkin merasakan, apakah kita suka dengan cara kita dibesarkan? Atau kita malah benci dengan cara orangtua kita mendidik kita? Atau malah merasa kalau orangtua kita bukanlah orang yang mendidik kita?
Gue masih inget jaman waktu masih SMP dulu. Jamannya gue nakal banget dan penuh dengan kebingungan. Kayaknya semua tuh gak ada yang beres di rumah. Bokap ngomel mulu, nyokap juga gak membantu. Plus nilai gue di sekolah juga berantakan. Rasanya mau marah melulu dan sebel sama bonyok. Ini gak boleh, itu gak boleh, wah...pokoknya kacau bener deh!
Dan biasanya, disaat kita sedang kesel sama orangtua, mulai deh muncul pemikiran-pemikiran, mulai berandai-andai.
Mau menjadi seperti orangtua apakah gue?
Pernah ngebayangin gak, bakal jadi orangtua seperti apa kita nanti?
Whatever it is, kita hanya bisa berharap supaya kita mampu mengambil sisi positif cara didik orangtua kita dan meninggalkan sisi negatifnya. Lagipula, memang harus diakui, orangtua kita bukan Dewa/Tuhan yang tidak pernah berbuat salah. Mereka tidak mungkin 100% benar. Dan tidak diragukan lagi, sometimes, meskipun [mungkin] tidak ada maksud seperti itu, pernah menyakiti hati kita. Dan mungkin juga, orangtua kita mendapatkan sifat-sifat itu dari orangtuanya juga.
Memang, menjadi orangtua itu bukan pekerjaan yang mudah. Gue sendiri gak kebayang apa jadinya kalo gue sampe punya anak. Duh...bener-bener gak kebayang deh. Apalagi gue paling gak sabaran sama anak kecil...huuuaaaahhhhhh!!!!! Dah anak gue sama bapaknya aja deh ntar..:)
Berharap aja, kita bisa jadi orangtua yang
- cinta dan sayang sama semua anak kita
- bisa adil dengan semua anak-anak kita
- rela berkorban demi anak-anak kita
- mendukung anak-anak kita
- bangga dengan prestasi apapun yang berhasil mereka lakukan; tentu dengan catatan prestasinya yang positif, bukan yang negatif.
Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life's longing for itself.
They come through you but not from you,
And though they are with you yet they belong not to you.
You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts.
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
which you cannot visit, not even in your dreams.
You may strive to be like them,
but seek not to make them like you.
For life goes not backward nor tarries with yesterday.
You are the bows from which your children
as living arrows are sent forth.
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
and He bends you with His might
that His arrows may go swift and far.
Let our bending in the archer's hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
so He loves also the bow that is stable.
GOD!!! Gue suka banget puisi yang satu ini! Semoga gue (dan kita semua) bisa jadi orangtua yang baik bagi anak-anak kita kelak!
Sunday, December 14, 2008
Times Bookstore
Sebenernya sih, gak perlu gue sampe pre-order tuh buku, karena ternyata semua toko buku besar, seperti Times, Kinokuniya, Periplus sampe Gramedia (dan mungkin juga Toko Gunung Agung) udah langsung menjual itu buku pas tanggal 4 Desember 2008, sesuai dengan jadwal rilis di luar (yang berarti kita lebih cepat 1 hari, iya 'kan?). Cuma, masih ada untungnya juga sih gue nekat pre-order di Times Bookshop ini, karena dapet diskon 10%, yang kalo gue bandingkan dengan Kinokuniya masih lebih murah Times. Periplus jual dengan harga kurang lebih sama dengan Times + diskon 10%. Yang agak bikin gondok adalah, ternyata Gramedia jual lebih murah, meskipun Times udah kasih diskon 10%. Hieh...ya sudah lah...
Nah...karena mau ngambil buku itulah, makanya gue dan nyokap ke Times Bookshop itu.
Sekarang, about Times Bookshop. Gue pertama kali mampir itu kalo gak salah....pas gue job terakhir, jadi mungkin tanggal 22 November 2008. Kedua kali bareng nyokap yang tanggal 8 Desember itu.
Jujur aja, gue punya high expectancy dengan toko buku ini. Soalnya, seinget gue, Times Bookshop itu udah ada sebelum Kinokuniya merajalela di Jakarta. Jadi, begitu Times menghilang dan sekarang muncul lagi di Lippo Karawaci, gue dah bertekad untuk bakal mengunjungi tuh toko buku. FYI, Times Bookshop ini ada persis di depan UPH. Dia punya bangunan sendiri, dua lantai, yang dindingnya dari kaca. Jadi bening gitu. Keren lah dari luar.
Dalemnya sendiri juga keren.
Pintu masuk ada di sebelah kiri dan itu daerah yang ijo-ijo itu emang merupakan tempat untuk duduk-duduk dan mirip kolam renang, jadi buat anak-anak bisa lari-lari di dalam kolam ijo itu. Sedangkan yang coklat-coklat itu, seperti gubuk-gubuk yang di dalemnya dialasin bantal-bantal. Kemaren waktu gue ke sana sih, sering dipake sama teenage untuk nongkrong, ngobrol, sambil buka laptop ngerjain tugas. Berkesan cozy banget.
Untuk display buku-bukunya...well menurut gue emang lain daripada yang lain. Instead of rows of book shelf yang dijejer rata, seperti kebanyakan toko buku, Times memilih untuk meletakan book shelfs mereka dengan bentuk S, jadi bergelombang gitu. Tetep ada beberapa bagian yang rata, tapi untuk rak yang berada di tengah ruangan, mostly sih bergelombang gitu.
Dari segi harga, buku-buku yang ada sedikit lebih murah dari Kinokuniya. Seinget gue sih cuma beda Rp 1000 sampe Rp 5000 lah. Tentu perbandingannya adalah dengan buku dari penerbit yang sama. Buat gue sih lumayan banget.
Tapi...
Sayang banget, pengaturan bukunya berantakan sekali!!
Okelah dia meletakan buku berdasarkan pengarang from A-Z dan biasanya yang dijadikan patokan adalah last name tuh pengarang. CUMA...ya ampun, gue bisa menemukan buku Nora Roberts di tiga rak yang berbeda!! Whats up with that??
Seharusnya, menurut gue, kalo emang dari awal mau membagi buku berdasarkan pengarang, ya udah. Letakkanlah itu Nora Roberts di tempat yang sama. Satu tempat.
Memang buku juga perlu dibagi based on genre, tapi 'kan abis itu tetep harus diatur berdasarkan nama pengarangnya. Ini enggak. Udah gak liat genre, nama pengarangnya pun juga seolah-olah dibagi ke dalam beberapa tempat.
Kalo di Kinokuniya 'kan langsung ketauan. Oh ini deretan cerita jenis chick flick, pengarangnya pun diatur berdasarkan alfabet. Berikutanya (seinget gue) mulai masuk romance, kembali pengarangnya diatur berdasarkan alfabet, dan seterusnya dan seterusnya. Gue jadi tahu, kemana gue harus mencari buku yang emang gue cari.
Di Times sepertinya enggak. Di bagian fiction, semua buku langsung dibagi berdasarkan nama pengarangnya. Dan sepertinya gak dilihat lagi, jenis bukunya. Gue bisa menemukan pengarang buku Marry Poppins, P. L. Tavers, di bagian buku fiksi. Padahal ya ampun!! Itu 'kan bagian buku anak-anak!
Buku Nora Roberts juga begitu. Seperti yang gue bilang, gue bisa menemukn tuh buku di tiga rak yang berbeda. Entah mengapa begitu. Tinggal gue aja yang geleng-geleng kepala.
Another dissapointment for me is bagian untuk buku-buku young adultnya sangat minim sekali. Hieh...mengecewakan...meskipun gue berhasil menemukan buku Trudi Canavan - The Magician Guild sih, tapi tetep aja.
So...kali kedua ini dateng bareng nyokap dan langsung melakukan browsing sendiri-sendiri. Gue masih mencoba mencari buku-buku yang pernah gue tulis di blog itu, tanpa hasil...sedih! Yang ada gue mencari buku-buku lain.
Kemudian sampailah gue dan nyokap di deretan buku Nora Roberts, yang in Death seriesnya udah gue punya semua (maksudnya adalah buku yang ada di Times itu gue dah punya semua). Kemudian nyokap nanya apakah ada lagi trilogi NR yang lengkap. Kebetulan ada, maka langsung beli lah 3 buku itu, yang merupakan rangkaian dari The Irish Trilogy. Di tangan gue sendiri udah ada River's End yang juga merupakan buku NR tapi berdiri sendiri. Kemudian my eyes stumble upon Divine Evil, another NR' book, tapi emang lebih tebel. Selagi menimbang-nimbang hendak membeli yang mana, nyokap bilang ya udah ambil aja tuh dua buku. Hehehehe...YES!
Mungkin perlu gue beritahu juga, bahwa selama gue dan nyokap mendiskusikan NR, ada pengumuman yang mengatakan bahwa all books are discounted 15%. Jadi gue rasa itu yang bikin emak gue rada kalap. Soalnya, biasanya dia paling banter beli dua buku. Or kalo emang trilogi ya beli tiga. Enggak nambah yang lain. Kecuali emang lagi ada keperluan, seperti waktu gue ngejer discount card QB, yang syaratnya harus belanja Rp 1 jt selama 30 hari, nah itu emang super kalap!
Anyway,....akhirnya lima buku ada di tangan, dan waktunya untuk pulang.
Di kassa, total around 474 sekian, kata kasirnya, kurang dikit (Rp 500 rb) untuk dapet voucher Rp 50 rb dan agenda. Jadilah nyokap nyari buku lagi. Kemudian baru bayar buku J. K. Rowling yang baru itu.
Terus...Times juga rupanya lagi ada...semacam kupon undian, jadilah gue dan nyokap ngisi. Semoga menang Ipod!!!!!
So...hari itu super puas bisa belanja buku begitu banyak...cuma yah alhasil gue gak boleh beli buku dulu selama kurang lebih sebulan ini...hihihi...gak papa lah, supaya next time gue ke Times or Kinokuniya or Periplus, jumlah buku yang baru jadi makin banyak.
Ahhh...books...how I love them soo much!!!
Skin
Gue pingin ganti ini nih...
Heh...ya udah lah...ntar aja baru gue ganti...
Kalo gak ya udah lah...gak diganti...bingung!
Wednesday, December 10, 2008
What Should I Do?
Gue gak mau ngebahas semburannya, karena menurut gue itu hal biasa dan kali ini gue gak ambil pusing. Terserah mau nyembur kayak apa, gue terima aja.
Yang menjadi pemikiran gue adalah, MENGAPA sampai bisa dan perlu menyelam? Dan ini bukan hanya terjadi pada soal menyelam saja. Bahkan kadang juga sampe howling at the moon juga. Dan jujur aja, both of them bikin gue capek.
Bukan berarti gue gak mau membantu, cuma gue yang jadi bingung. What should I don? What can I do to make them feel better? Karena apapun yang gue omongin or katakan doesn't make them feel any better.
Kalo dah gini, tinggal gue yang ngerasa kesel sama mereka yang bisa bikin perasaan-perasaan rendah diri itu muncul.
Duh! Amit-amit deh ya kalo dah punya anak, terus sampe keluar kata-kata yang bernada cemohan!! Karena tidak ada yang lebih menjatuhkan semangat seorang anak, selain cemohan dari orangtua nya sendiri!!
Gila kali ya? Masak sama anak sendiri gak bangga? Kesannya jadi gak sayang sama anak. Bahkan orangtua yang anaknya narkoba aja masih bisa tuh sayang. Lha ini, udah jelas-jelas anaknya gak narkoba, jelas-jelas pinter, memiliki keahlian, rajin, baik, dsb, malah dicela. Gimana gak keki coba? Dan gimana gak menyelam ke dasar lautan or howling at the moon??
Tanpa bermaksud kurang ajar, tapi gue benci sekali tindakan orangtua yang seperti itu.
I wish I won't be that kind of parent.
Friday, December 5, 2008
Pernikahan
Sebagai orang Katolik (dan Kristen) yang namanya menikah itu, sekali seumur hidup. Jadi, begitu sudah memutuskan untuk menikah, ya sudah harus siap dengan segala konsekuensinya. Apapun itu. Hidup bersama (serumah) dengan sodara/kakak adik aja sering ribut dan bisa gak cocok. Lha ini gimana kalo tinggal sama orang lain yang BUKAN sodara? Jadi kebayang dong, betapa SUSAHnya menikah itu.
Gue gak mau ngoceh panjang lebar, karena gue ngerasa kalo gue kurang berhak ngoceh soal menikah, karena toh gue masih single. Tapi, berhubung dua orang temen gue dah married, dan memperhatikan pernikahan mereka, sedikit banyak gue tahu seperti apa SEHARUSNYA sebuah pernikahan yang baik itu. Maksudnya dilihat dari kacamata anak muda.
Gak perlu sebut nama, tapi GILA DEH gue hari ini mau marah-marah aja bawaannya. Bener!
Bagaimana bisa seorang suami bisa lebih memilih memperhatikan adik kandungnya yang baru selesai melahirkan, dibandingkan istrinya yang sedang collapse akibat HB darah turun? Bagaimana bisa seorang suami mengeluarkan kata-kata, "kalo adik tidak ada istilah 'bekas', kalo istri ada."
BAGAIMANA BISA?????
Gue kecewa. Benar-benar kecewa.
Gue gak mau menganalisa kata-kata tersebut, karena gue tidak menemukan analisa yang bagus/positif.
Dan gue, serta paus dan anjing, kali ini melakukan intervensi. Sesuatu yang, jujur gue katakan, kita lakukan dengan mempertimbangkan banyak hal. Tapi, melihat bahwa it's the only way yang bisa kita lakukan, ya sudah. Mau tidak mau kita 'intervensi'.
Gak tau apakah intervensi yang dilakukan ini emang bisa berguna atau tidak. Semoga saja bertahan lama.
Satu hal yang menurut gue seharusnya dijadikan patokan dalam pernikahan adalah; ketika lu married, maka yang disebut keluarga/family adalah suami atau istri lu. Udah. Kalo punya anak, maka family lu adalah suami atau istri plus anak. BUKAN suami atau istri plus anak PLUS orang tua kandung or orang tua mertua. BUKAN.
Tapi, memang bukan berarti juga lu putus hubungan dengan orang tua atau mertua. Ya gak juga lah. Hanya saja urutan prioritas-nya menjadi berbeda.
Jangan udah menikah, tapi yang dipikirin malah orang tua sendiri, adik kandung, kakak kandung, sedangkan istri malah urutan sekian. Lha udah married apa belum sih?
Pernikahan di Indonesia dengan pernikahan di luar negeri emang beda. Kalo di Indo 'kan istilahnya you're married to the WHOLE family. Itu bener. Tapi yah masak semua anggota keluarga besar mau dimasukkin ke dalam lingkungan keluarga lu? Mau kapan mandiri/dewasa-nya?
Duh...untung Oma gue tuh gak pernah ngerecokin/turut campur/banyak bicara dalam keluarga anak-anaknya. Dan untung juga gue ngeliat emak-bapak gue gak pernah ngerecokin/turut campur dsb ke keluarga adik-adiknya.
Gue dan yang lainnya dari tadi cuma bisa geleng-geleng kepala, terbengong-bengong, terkaget-kaget dan SEDIH.
Yang akhirnya keluar adalah kata-kata "Tuh 'kan! Gue bilang juga apa!" dan "Aduh!!! Seandainya dulu kita maksa!!". Sedih aja gitu lho sampe keluar kata-kata yang bernada dan berkonotasi penyesalan seperti itu.
Yah...semoga ini sekedar ujian awal saja dan mereka berdua bisa melewati hal ini semua dan bisa langgeng sampe kakek nenek. AMIN!!!
Thursday, December 4, 2008
My Birthday
Yup!!! Kemaren (sekarang dah resmi masuk tanggal 4 Desember 2008, meskipun baru lewat 15 menit) gue ultah. Umur berapa ya? Well...suer gue gak inget...tapi kalo dah diitung-itung sih...umur 29. WOW!!! Gila man! Taon depan umur gue 30!!! Dan gue BELUM melakukan apapun???
Hieh...shame on me!!
Anyway...bukan Caroline Zenia Ivana Daud namanya kalo kemudian gue jadi down...meskipun memang harus diakui...kadang gue juga ngerasa agak-agak hopeless dengan situasi gue :) but never fear my friends...for I'm a believer...yang dengan amat yakin dan percaya bahwa Tuhan memiliki rencana yang sangat indah buat gue. Setuju? Amin? Amin!
Jadi...apa makna usia 29 tahun untuk gue sekarang ini? Selain gue ngerasa jadi tambah tua? Selain gue mulai berpikir bahwa gue harus MULAI mencari calon suami (yang untungnya hal itu sudah agak sedikit terbantu oleh Sufei yang mengaku bahwa ia make a wish semoga gue menemukan my soulmate)? Selain gue ngerasa bahwa my time is almost up to finish my unfinished business?
Buat gue...selain tambah tua dan lain-lain...yah gue ngerasa kalo gue emang really blessed with everything I have around me. Dari keluarga gue yang gak pernah rese...temen-temen gue yang emang sayang cinta care sama gue...dan seluruh kesempatan pengalaman yang terjadi sama gue merupakan sebuah berkat yang membuat gue bertumbuh, berkembang, dan bertambah.
Tanpa bermaksud untuk sok berfilosofi or menjadi orang yang muna...tapi segala susah senang tangis tertawa merupakan sesuatu yang emang murni harus dan selalu disyukuri. Soalnya, dari pengalaman-pengalaman itu, gue jadi belajar sesuatu. Gue jadi mengenal diri gue sendiri, gue mengenal orang-orang di sekitar gue, dan gue mendapat sesuatu dari kejadian itu.
Jadi...sama seperti tahun-tahun sebelumnya...begitu jam 12 malem tanggal 3 Desember, gue berdoa dan say thank you to God...for everything that happened this year. Dan ketika tadi siang gue kuliah, gue sempet buka kembali buku agenda gue, sedikit review apa aja yang terjadi selama setahun ini dan gue sedikit ... amazed ...dengan apa yang udah terjadi.
And here's to my next wonderful years!
May the Lord bless me and my friends and my family!
And hope next year...my dream will come true!
And...thank you to everybody for wishing me a happy birthday,
thank you for the prayers,
thank you for the hope,
thank you for remembering my birthday
(although sometimes I don't remember yours),
and most of all...
thank you thank you thank you SOOOO much f
or being my friends,
for being there,
for accepting me who I am,
for making me a better person/friends,
and for your love.
Thank you!