Thursday, December 18, 2008

Homosexuality

Oke...apa yang mau gue tulis ini termasuk area sensitif...tapi tiba-tiba aja gue tertarik untuk sedikit ngoceh tentang hal ini.

Entah sejak kapan gue jadi tertarik dengan urusan gay or homoseksual ini. Mungkin gara-gara dua cowok ganteng itu *hiks*...atau mungkin karena gue amazed, bahwa ternyata there are some people who attracted to the same-sex as they own.

Ketika kemudian belajar di psikologi, gue makin tahu bahwa being gay doesn't mean that the person is sick or mentally ill. Meskipun memang harus diakui, bahwa pada awalnya, homoseksual dianggap sebagai gangguan mental. Baru setelah beberapa kali pertemuan, penelitian, dsb, para psikolog dan psikiatri memutuskan kalo homoseksual bukanlah gangguan mental. Dengan catatan: jika individu tersebut merasa terganggu dengan situasi dirinya, maka baru dianggap mengalami gangguan mental. Harap diingat, gangguan mental itu tidak berarti gila ya...

So...gue kemudian menyadari bahwa dunia gay/homoseksual itu menarik untuk ditelaah dan yah...menarik untuk dipelajari. Sampai sekarang pun masih menarik untuk dibahas, dibicarakan, dan dipelajari.

Jujur aja, gue termasuk salah seorang yang mendukung homoseksualitas. Dengan catatan individu tersebut menjadi gay/homoseksual memang karena dari awal dia sudah menyadari bahwa there's something different about me. Bukan karena iseng, bukan karena merasa terpaksa, bukan karena mendapat keuntungan dari being gay, dan alasan aneh-aneh lainnya. Dan individu tersebut merupakan gay/homoseksual yang bertanggungjawab. Gak mesti udah coming out, tapi paling gak yah...be a good & responsible gay/homosexual.

Memang, kalo kemudian bawa-bawa agama (apapun itu) pasti pada langsung protes. Dan semuanya (kecuali mungkin Budha ya) langsung menolak dengan tegas. Kalo gue...gue akan kembali pada love. Yup. The one and only LOVE.

Coba liat video dari YouTube ini deh. Baru dapet dari Yan. Special Comment on Gay Marriage - Keith Olbermann



Sesudah nonton nih video, gue langsung buka wikipedia, untuk mencari tahu lebih lanjut soal Prop 8.

And my heart goes for them...the gay people.

7 comments:

Ditogendut said...

Gue jadi inget, dulu pernah pengen nulis tentang Akta Perjanjian Hidup Bersama tapi lupa mulu.

Setelah nonton ini, gue jadi inget lagi. Ntar deh, gue tulis kalo udah kesusun rapi di kepala gue.

Tapi waktu gue pertama kali ngeliat draft akta itu, pikiran pertama yang lewat di kepala gue adalah, "Kalo ntar gue bener jadi Notaris, kira-kira gue berani nggak ya bikin akta itu untuk pasangan gay/lesbi?"

Unknown said...

Tapi To...emang di Indonesia akta tersebut bisa dikatakan sah secara hukum?

Ditogendut said...

Selama para pihak setuju, pihak2 yang membuatnya mempunyai kewenangan untuk membuat perjanjian, perjanjian itu dibuat oleh karena sesuatu hal, dan hal itu adalah hal yang halal, dan aktanya dibuat dengan sempurna, bahkan DPR-pun tidak bisa mencabut akta yang sudah dibuat oleh notaris walaupun DPR adalah para wakil rakyat.

Yes, akta notaris yang dibuat sempurna memang sekuat itu. Hehehe...

Well, mungkin di akta itu sebaiknya nggak menyebutkan kata 'cinta' kali ya, karena kalo pakai kata itu kan jelas2 pembuatnya adalah pasangan gay/lesbi. Mungkin pakai kata 'menyayangi' bisa lebih diterima, jadi orang yang membaca akta itu tidak akan terlalu appaled.

Tapi tetep... kira-kira gue berani gak ya bikin akta itu...?

Hhh... jadi mikir...

Unknown said...

Well...gimana kalo sekarang lu coba bikin draft-nya dulu aja...sekedar untuk iseng aja...soal berani or not ya..nanti lah.

Notarisnya juga bakal dimintai pertanggungjawaban ya?

Ditogendut said...

Ntar ye, kalo gue rajin ngetik. Secara tuh akta lumayan panjang. Ada 8 halaman kalo gak salah.

Sebenernya tentang pertanggungjawaban, mungkin bukan pertanggungjawaban yang gimana gitu sih. Tapi yang gue pikirin adalah tanggapan dari temen2 sesama notaris. Mereka kan kebanyakan orang2 konservatif, mereka pasti shok kalo gue bikin akte itu untuk pasangan gay/lesbi.

Lha wong mereka ngeliat akta itu untuk pasangan laki-laki n perempuan aja udah shok, apalagi kalo mereka liat itu buat pasangan sesama laki2 atau sesama perempuan. Bukan shok lagi, bisa pingsan kali.

Btw, just fyi, ternyata tujuan awal akta itu dikarang adalah untuk orang katolik deh. Kan katolik jaman dulu sama sekali nggak boleh cerai, jadi kalo cerai ya cuman cerai fisik doang, bukan cerai hukum. Nah yang cerai itu kan kadang2 pengen dong punya pasangan lagi. Tapi karena mereka nggak bisa cerai hukum, ya mereka nggak bisa nikah lagi, karena kalo nikah lagi mereka jadinya poliandri/poligami kan? Makanya dibuatlah akta peraturan hidup bersama.

Anonymous said...

Nice...

who knows, maybe I'll be your first client :)

Unknown said...

Oh ya? Gue baru tau lho. Tp mang sih di katolik kl mau cerai ribet. Mesti minta ijin paus segala kan. Kl nekat married itungannya yah dosa dan gk sah.

Free Delivery on all Books at the Book Depository
Please e-mail me directly if you have any question about things that I wrote in this blog at celotehze@yahoo.com