Entah dimulai sejak kapan, tapi pergi bersama dengan teman satu geng akhirnya menjadi sebuah kebiasaan. Bukan hanya itu, acara makan malam bulanan pun juga lambat laun menjadi sebuah “tradisi”. Berawal hanya untuk merayakan ulang tahun, berubah menjadi ajang wisata kuliner, dan bergeser menjadi acara “pertemuan” tidak resmi hanya untuk sekedar melepas kangen. Padahal tiap hari toh masih tetap “ngobrol” di Facebook.
Sabtu kali ini, 10 Oktober 2009 pun juga sama saja. Meskipun untuk kali ini ada sedikit perbedaannya. Malam ini, salah satu teman gue, Rhanindito Widodo, bersama dengan Susvara Opera Company, komunitas opera yang sudah beberapa bulan terakhir ini diikuti oleh Dito, melakukan pentas di Gedung Kesenian Jakarta. Dito, meskipun “hanya” sebagai chorus/koor/paduan suara, tapi sebagai teman yang baik [cieeee..] maka kami yang memiliki waktu luang [dan masih dapet tiket] memutuskan untuk menonton.
Maka, janjian lah kami [gue, Sufei, Yan, Rany, dan Imel] untuk bertemu. Rany ternyata baru bisa nyampe Jakarta sekitar jam 6 dan dia sendiri akan menjemput Imel di kampus [Untar]. Yan mengusulkan supaya gue dan Sufei ketemuan dengan dia di GM, jam 5, baru kemudian kita jalan bareng menuju GKJ. Berhubung kita semua [sepertinya] gak ada yang tahu secara jelas jam berapa acara di mulai, gue sms Dito dan kata Dito, lebih baik tiba di GKJ 18.30.
Gue, Yan, dan Sufei baru ketemuan sekitar jam 6 [my mistake…baru jalan dari rumah jam 5 hehehe]. Mampir di Cupacoffee dulu, untuk mencoba pancake-nya, yang lumayan enak juga. Coffee-nya juga lumayan lah…tadi gue pesen yang blended gitu. Lumayan lah untuk ganjel. Pancake-nya satu piring, isi dua, dimakan untuk bertiga. Sesudah itu, kita menuju GKJ.
Dari GM ke GKJ ternyata dekat [naik Blue Bird Cuma 10.000, Yan yang bayar] dan ternyata masih SEPIIIII….Sufei dah langsung bersuara memberi usul untuk makan lagi…gue bilang lebih baik ambil tiket dulu. Maka kita bertiga menuju tempat pemesanan tiket dan mengambil tiket yang memang sudah dipesankan. Baru setelah mendapat tiket kita jadi tahu jam pertunjukkannya, yang ternyata pukul 19.30. Sesudah itu…kita menuju..OBONK Steak House, yang berada tepat di sebrang pintu gerbang GKJ.
Untuk kedua kalinya malam itu, kita stop lagi di restoran. Menu yang dipesan kali ini adalah Chicken Strip dan Mixed Crispy. Lima belas menit-an kemudian, Imel dan Rany tiba. Imel memilih untuk pesen Chicken Strip lagi, sementara hidangan yang sudah ada pun ikut disikat habis, kecuali Rany yang katanya udah beli A&W, tapi ditinggal di mobil. Udah dipaksa-paksa untuk makan, tapi Rany tetap gak makan. Yang ada malah kita berempat yang makan. Yo wis.
Lima belas menit menuju pukul 19.30, kita berjalan menuju GKJ. Berhenti dulu di parkiran, karena Rany perlu ke mobil. Maka berdirilah kami berempat di parkiran, sementara Rany menuju mobil. Ditunggu-tunggu kok gak selesai-selesai Rany…eh…ternyata dia makan!! E la da lah…dia makan…tapi mengingat bahwa kita berdiri juga sebenernya gak lama-lama banget, gue jadi bertanya-tanya: seberapa cepat dia mengunyah itu hamburger?
Tempat duduk yang dipesankan Dito adanya di R, sebelah kanan [nomor ganjil], yang posisinya memang berada di belakang. Tapi gue suka juga sih dengan posisi itu, karena panggungnya sejajar dengan pandangan mata kita. Jadi enggak terlalu mendongak. Meskipun memang jauh, tapi gue rasa gak masalah lah. Gue sih suka.
Susvara Opera Company, pimpinan Catharina W. Leimena kali ini mengambil judul Il Viaggio dell’Opera, From Mozart to Puccini, yang terjemahan bebasnya adalah Perjalanan Opera, dari Mozart sampai Puccini. Yang diambil memang highlights dari berbagai opera, seperti Opera Die Zauberflöte, La Boheme, Norma, atau Cavalleria Rusticana. Pementasan kali ini, bintang tamu-nya adalah Aning Katamsi dan Binu D. Sukaman. Sementara para solis yang lain, merupakan anggota Susvara Opera Company yang merupakan anak didik Catharina Leimena sendiri [kalo gue gak salah ya].
Dari seluruh lagu, cuma beberapa yang gue kenal/terdengar familiar. Sementara yang lain, nyaris tidak tahu sama sekali. Beberapa yang gue suka “Pa-Pa-Pa… Papagena! Papageno!”; “Der Hölle Rache” [atau gue sebut “Queen of the Night”], keduanya karya Mozart dari opera Die Zauberflöte. Dan “Senza Mamma” karya Puccini dari opera Sour Angelica, yang dibawakan oleh Aning Katamsi. Suer deh, begitu dia nyanyi, entah mengapa udah berasa beda. Suaranya terdengar lebih matang dan mantap. Setelah tahu bahwa yang nyanyi Aning, langsung deh jadi lebih perhatian. Udah gitu, ekspresi-nya itu lho…wuih!!! Serasa bener-bener lagi nonton opera. Padahal gue gak ngerti artinya, tapi apa yang dirasakan oleh si penyanyi tuh nyampe banget! Mantap lah. Gak heran tepuk tangannya lebih kenceng!
Kemudian masuk intermezzo…kesempatan buat kita untuk foto-foto. Atau lebih tepatnya, kesempatan bagi Imel untuk mengeluarkan kamera dan mulai mengatur supaya dia juga bisa ikutan foto hihihihi…padahal gue dah dari tadi foto-foto plus ambil video…Dito kemudian sempat mampir dan kemudian sempat foto-foto pula dengan kita hahaha…
Masuk sesi dua. Sekali lagi, lagu-lagu di sesi dua pun juga sedikit yang familiar…malahan nyaris enggak ada. Tapi gue suka “D’amor sull’ali rosee” karya Verdi dari opera Il Trovatore. Gue suka sama yang nyanyi. Bening dan kuat. Lalu ada “Mira, o Norma”, yang dinyanyikan oleh Aning Katamsi dan Binu D. Sukaman. Tentu saja penampilan mereka berdua langsung mencuri perhatian dan memang harus diakui, mereka berdua memang mantap suka aja gue ngeliat mereka berdua. Ada satu adegan dari lagu “La gaia canzone” karya Ponchielli dari opera Gioconda yang gue suka. Sederhana sih, salah satu tokohnya [Laura] ceritanya tuh mau dibunuh oleh suaminya karena ketahuan selingkuh [kalo gak salah ya] dan Laura ini bergetar ketakutan sambil nangis gitu. Suer, meskipun jauh, dan gue tebak juga gak pake berurai air mata, tapi melihat caranya dia bergetar, cara tangannya bergetar, duh…langsung berasa kasian gue sama tuh Laura. Setelah itu ada “O, il Signore vi manda”, karya Mascagni dari opera Cavalleria Rusticana yang dibawakan oleh Binu D. Sukaman dan Ferry Chandra. Sekali lagi, gue amazed dengan Binu. Bukan sekedar suara saja, tapi gerakan dan ekspresi-nya pun memang lebih luwes…yah namanya juga udah lebih senior ya? Dan terakhir, salah satu kesukaan gue dan yang sudah cukup familiar adalah “Alleluia… Innegiamo”, juga dari Cavalleria Rusticana.
Secara keseluruhan, gue menikmati lah pementasan ini. Dan seneng juga melihat satu wajah yang familiar di antara para penyanyi itu … congrats untuk Dito…kami menantikan penampilan solo-mu ya hahaha…
Ada sedikit kejadian lucu…di baris depan kita, dengan posisi berada di depan Rany dan Yan ada seorang fotografer, yang gue gak tau fotografer dari mana, yang pasti selama pertunjukkan sesi 1 tuh, dia sibuk foto terus. Dia pasang tripod yang bagus [kata Yan] di depan dia, dan asik foto. Karena pake kamera digital SLR [bener ‘kan namanya?] jadi ‘kan tiap kali dia selesai jepret, hasilnya akan terlihat. Dan memang hasilnya bagus sih. Nah, sayangnya nih fotografer waktu sesi 2 ketiduran [or jatuh tertidur], alhasil pada waktu Aning dan Binu sedang duet, tuh fotografer gak tahu. Yang ada malah Yan dan Rany sibuk “tanpa sengaja” mendorong-dorong kursi tuh fotografer sampe dia terbangun dan mulai foto-foto lagi hahahaha….
Konser selesai sekitar 10.25 pm. Sempet berhai-hai dengan Dito, memberi komentar, mengucapkan selamat, dsb-nya, kemudian kita pun berpisah dengan Dito. Dito memilih untuk pulang, sementara kita berlima memilih untuk lanjut ke…Sabang, dengan tujuan restoran Sabanaz…dan disinilah cerita sesungguhnya dimulai.
FYI, Sabanaz ini didapatkan oleh Sufei dari buku panduan restoran. Dan belum pernah nih restoran didatengin. Gue buka internet dari ponsel dan mencari info tentang nih resto, terutama sih soal alamat. Ketemu, di Jl. Wahid Hasyim no 116, Sabang. Nah, setau gue, yang namanya Sabang tuh yang berada di belakang Skyline Building [BK-Starbucks-Djakarta Theater] situ, yang berarti kalo dari Thamrin, lampu merah Skyline Building belok kiri, ketemu lampu merah, belok kiri lagi. Sesaat sebelum belok kiri, sempet melihat plang toko dengan alamat, tapi kok bukan Wahid Hasyim, tapi karena dibilang daerah Sabang, jadi tetep aja masuk ke daerah yang memang isinya restoran semua. Lihat kiri, lihat kanan, gak ketemu. Tahu-tahu udah sampe ujung, dan kita memilih untuk belok kanan, karena siapa tahu itu jalan Wahid Hasyim. Eh…ternyata bukan juga…itu jalan Kebon Kacang. Kita malah ketemu Samarra [yang kata Sufei tempat Eric dulu pernah makan]…belok di Jl. Jaksa untuk mencoba jalan yang berada di sebrang lampu merah sebelum kita belok kiri masuk ke Sabang.
Keluar Jalan Jaksa, kita belok kiri, ketemu Tony Roma’s, ketemu Paregu yang udah tutup, dan…lampu merah, tanda bahwa jalanan pun sekali lagi “habis”. Memilih untuk ambil kiri, putar balik dan menyusuri jalan yang kali ini memang merupakan jalan Wahid Hasyim. Kalau tadi Paregu dan Tony Roma’s berada di sebelah kanan, kali ini kedua restoran itu berada di sebelah kiri. Sekali lagi, lihat kiri, lihat kanan. Akhirnya ketemu! Itu restoran berada di lantai 2, di atas Circle K, disebelah Embassy 21st. Harusnya langsung belok kanan [karena tuh resto ada di sebelah kanan jalan] eh…kelewat, tahu-tahu sudah dilampu merah…terpaksa abis lampu merah belok kanan, masuk Sabang dan memilih untuk puter balik, supaya nanti di lampu merah sabang bisa belok kiri dan cari parkir.
Sesudah lampu merah, belok kiri, Rany dah mau langsung parkir, tapi ternyata itu parkiran untuk restoran Steak Abuba, jadi kita terus dikit, baru deh parkir di deket Circle K gitu. Mulailah kita berjalan…entah kenapa, gue berada di paling belakang, sementara paling depan adalah Yan, Sufei, diikuti Rany yang digandeng oleh Imel, dan baru gue. Begitu gue nyampe atas, sebagian udah buka pintu untuk masuk, dan betapa kagetnya gue melihat situasi tuh restoran.
Pertama, karena itu restoran remang-remang, dengan lampu berwarna merah. Trus yang menyapa cewek [tante-tante gitu deh, gak muda lah menurut gue] dengan baju hitam, ketat, leher sabrina, rok model clock lebar gitu. Udah gitu, tuh restoran lengang, tampak tidak teratur, dan somehow memberikan aura/suasana yang enggak banget. Suer gue gak tahu harus berbuat apa, harus mengatakan apa, karena yang lain pun juga enggak ngomong apa-apa. Sampe akhirnya Imel yang ngomong sesuatu [suer gue gak tahu, antara gue gak denger or gak mau denger], dan akhirnya kita pun keluar dari itu resto, mampir ke Circle K.
OMG!!!!! Sufei ngakak terus menerus, yang lain pun juga enggak kalah ketawa. Imel apa lagi. Rany memberi komentar kalo dia pake jilbab, tuh jilbab belum dilepas. Gue…suer gue malu. Gue rasa muka gue merah deh, karena gue ngerasa panas. Bener-bener deh…entah siapa yang kaget tadi itu. Yang menyambut kita [melihat kita dateng dengan rapi, gue dan sufei berbatik, yan berkemeja, rany berjilbab, cuma Imel yang memang berdandan tidak terlalu formal], atau kita yang melihat situasi tuh restoran seperti itu.
Di mobil kita pada ketawa ngakak…mentertawakan kebodohan sekaligus kepolosan kita sendiri. Duh…bener-bener deh. Terasa tertipu abis deh tadi itu…udah mana kita niat bener lagi nyari-nya, pake muter sana sini, demi tuh restoran, eh ternyata…. Padahal Jumat malam tuh gue dah ngomong sama Yan untuk mencari restoran/tempat makan, untuk menghindari pertanyaan “mau kemana?” yang malahan nanti gak jelas mau kemana. Kok yang ada malah terbalik. Kali ini arahnya jelas, tapi restorannya yang malah gak jelas…ckckckckc…
Udah gitu, berhubung yang masuk duluan itu Yan, jadi ‘kan yang disapa [disalam-in] lebih dulu yah Yan. Mungkin itu tante amazed juga ngeliat Yan bawa empat cewek, udah mana Imel gandeng Rany pula, kesannya Rany tuh mau dirusak sama Imel hahaha… Rany malah bilang katanya gue yang jadi Mami Muci, sedangkan Yan bodyguardnya hahaha…hieh…pada kacau lah pokoknya keluar dari tuh resto…
Sufei akhirnya menyarankan untuk ke Samarra…tapi gue salah ngasih arah…bukannya langsung puter balik, kita malah kena lampu merah Wahid Hasyim, kemudian belok kiri di Circle K pojok, yang membuat kita keluar di Kebon Kacang tapi udah yang bagian ujung, jauh dari Samarra, terpaksa muter lagi, masuk Wahid Hasyim lagi, melewati Sabanaz, yang membuat kita tertawa-tawa lagi, masuk Sabang lagi, baru belok di Kebon Kacang, masuk di Samarra. Di sebelah Samarra, ada China Blue.
Kata tukang parkirnya, China Blue udah tutup, tinggal Samarra yang buka sampe jam 1. Berhubung masih setengah 12, jadi oke lah kita ke Samarra.
WOW…keren bener Samarra. Restoran tematik, yang kata Sufei satu pemilik dengan Restoran Babah dan Roro Jonggrang. Samarra mengambil tema etnik Arab gitu. Niat bener bikinnya dan memang keren. Kita naik sampe ke roof top, karena Imel usul untuk memilih yang rame. Udah sampe paling atas…agak kecewa dengan pemandangan maupun tampilannya, akhirnya turun lagi ke tempat yang memang didesain sesuai dengan tema-nya. Baru duduk, baru dikasih menu eh…tiba-tiba bilang kalo mereka tutup jam 12!! Hieh…ya sudah…terpaksa deh keluar lagi…
Di depan mobil, sempat berunding sebentar hendak makan apa…antara makan di Sabang yang di pinggiran, atau makan BK, atau apa. Rany menolak makan BK, karena tadi udah makan burger. Belum ada kata sepakat, kita udah masuk mobil. Kembali melewati rute yang sama, Jl. Jaksa, masuk Wahid Hasyim, kembali melewati tuh Sabanaz, kembali tertawa-tawa, tapi instead of masuk sabang, kali ini Rany memilih untuk terus, melewati Sarinah – Skyline Building. Sempat ada usul untuk makan Roti Bakar Edy di daerah Blok M sana, yang langsung ditimpali Imel untuk sekalian mampir Barcode, tapi Sufei yang teriak-teriak gak mau karena hari Minggu dia kerja…
Maka perjalanan pun dilanjutkan ke arah Kota. Mau nyoba Sate Domba eh kelewat…akhirnya belok di Mangga Besar dan kita makan di…Hay Thien…enak juga lho…rebus-rebusan gitu
Pas udah duduk pesen makan, baru deh berasa laper…dari tadi ketawa gak berasa laper. Makananan enak dan yah…gak tralu mahal lah…seorang kurang lebih 50 ribu…kurang malah.
Pas lagi makan, gue bilang kalo gue ntar di drop aja di daerah GM situ, supaya gue bisa naik taksi, Rany tinggal nganter Sufei, Yan, dan Imel [di depan Untar], supaya Rany bisa langsung naik tol pulang dan gak nganter gue lagi.
Masuk daerah Hayam Wuruk, sesudah jembatan Busway GM, giliran gue yang gak bisa turun untuk nunggu taksi. Apa akibat? Apa lagi kalo bukan karena banyaknya “ayam-ayam” yang lagi nyari nafkah…jadilah gue didrop di depan Pengadilan untuk naik taksi Blue Bird, karena udah malem.
Lagi asik-asik duduk di taksi, melewati Jl. Juanda yang lengang, menuju Pasar baru, tiba-tiba gue melihat bahwa sedang ada razia di daerah depan kantor pos situ…yang biasanya enggak kena stop, kali ini kena stop! Halah…ada-ada aja deh. Untung gue bawa KTP! Duh…gak kebayang deh kalo enggak! Jadi enggak lama kena tahannya, langsung boleh jalan lagi. Pas gue sms anak-anak, satu mobil pada langsung heboh ketawa-ketawa ngakak…ironis…tadi menghindari brenti deket “ayam-ayam” eh…malah gue yang kesannya kena razia…ckckckckc…
Untung sesudah itu, tidak ada kejadian yang aneh-aneh lagi…dan sekarang sudah pukul 4.13 am, gue menulis di MS Word sudah 5 halaman, dengan font Century Gothic 11, spasi 1,15. Panjang juga ya…
Well…what a night! What a night!! Memorable deh!
No comments:
Post a Comment