Tuesday, January 12, 2010

Romance


Baru aja kelar nonton Pretty Woman di Global. Wah ini film...udah sekian tahun berlalu, tapi tetep aja kalo lagi tayang di tv pasti banyak yang nonton deh. Can you believe it, that it's a 1990 movie!! Gila!! Dah nyaris 20 tahun ya???

Padahal kalo dipikir-pikir, ceritanya 'kan standar banget ya? Cetek lah hahaha...jenis-jenis chick flick yang emang bener-bener cerita cewek. Tapi toh bikin semua orang pada demen. Mungkin karena temanya kali ya? Siapa sih yang enggak suka sama love story? Apalagi cewek, looking for romance everywhere.

Termasuk gue lah...keliatan dari jenis buku yang gue baca. Sekurang-kurangnya harus ada sepercik romance di buku yang gue baca. Kalo enggak ada, besar kemungkinan gue enggak suka sama tuh buku. Biasanya, buku yang enggak ada romance-nya kudu punya jalan cerita yang kuat, baru bisa bikin gue tertarik, kayak Angels & Demons dan Da Vinci Code (keburu pusing sama segala kode/simbol sampe gak mungkin banget ngurusin romance!).

Tapi, enggak semua buku romance or semua cerita romance gue suka sih...paling enggak harus yang yah agak bermutu dikit lah :) harus ada sedikit konflik, perbedaan, dan yang penting (mungkin) kalimat-kalimatnya enggak cheesy/murahan/gombal.

What can I say, love makes the world go round :))

8 comments:

Ditogendut said...

Menurut gue, yang bikin Pretty Woman lumayan populer waktu itu tuh karena nggak terlalu banyak juga film yang jenisnya mirip seperti Chick Flik seperti yang banyak banget sekarang ini. Lagipula dia juga nggak masuk ke kategori Chick Flik juga sih Ze, secara tokohnya kan ceritanya udah 'berumur' juga waktu itu.

Sementara Chick Flik kan isinya yah, antara usia SMA, kuliah, or very early adulthood gitu. Wakaka... (bikin istilah baru lagi tuh, very early adulthood, yah masih lebih bagus daripada Adult Wannabe, kesannya kaya lebih menyedihkan, tapi chick flik sekarang mayoritas gitu sih, jadi ya nggak salah juga kalo terasa terlalu desperate sampe akhirnya malah jadi menyedihkan).

Btw, jujur, gue belum pernah nonton tuh film. Wakaka... You know me lah, romance buat gue cuman boleh mengambil porsi maksimal 1/8 dari cerita. Lebih dari itu... wew... pusing gue. Muhahaha...

Unknown said...

Hm...lu ada benernya juga To...seinget gue emang tahun segitu - the nineties - belum terlalu banyak film chick flick (or KITA yang masih terlalu KECIL untuk nonton film begituan???)...

Tapi menurut gue, semua film yang temanya cewek mencari cinta tuh bisa dikategorikan sebagai chick flick lah, gak harus usia SMA-Kuliah-very early adulthood...lha itu Confession of a Shopaholic juga chic flick...apa lagi? Runaway Bride, Sleepless in Seattle, You've Got Mail, Sex and the City (obviously), The Proposal (!!!) nah itu 'kan chick flick semua hehehe...

Kok lu pusing sih sama cerita Romance? bukanya cerita romance tuh paling 'tidak berbobot' (kecuali Romeo & Juliet kali ya...)

Ditogendut said...

"Kamu mau makan dimana malam ini?" tanya si cowok.

"Terserah kamu saja deh." jawab si cewek sambil tersenyum manis.

"Oke, kita makan di mall saja ya."

Senyuman tiba-tiba menghilang dari wajah si cewek, "Kok di mall sih, kan kamu tahu aku sedang diet. Di mall mana ada restoran yang makanannya sesuai sama dietku?"

Si cowok agak kaget dengan tanggapan itu dan menjawab, "Lho, disana kan ada pizza hut yang ada salad bar-nya."

Tiba-tiba si cewek menatap sengit ke arah si cowok dan berkata, "Jadi menurut kamu, aku ini memang gendut ya?"

"Lho, tadi kan kamu yang bilang kalau ingin cari makanan yang sesuai dengan diet-mu."

"Iya deh, aku memang gendut. Sapi gendut yang membuat kamu malu kalau dekat-dekat sama aku."

Si cowok hanya bisa mendengus dan kemudian menyatakan, "Ya sudah, terserah kamu saja lah mau makan dimana."

Si cewek tidak menjawab untuk beberapa menit, tetapi kemudian ia berkata, "Aku tahu restoran A di daerah Kemang. Kita makan di sana saja."

Sekarang giliran si cowok yang tiba-tiba memasang mimik tegang, dan kemudian berkata dengan dingin, "Itu bukannya restoran tempat berkerja mantan pacar kamu?"

"Iya. Kan dulu aku sudah memperkenalkan kamu sama dia."

"Ya sudah, kamu aku drop disana. Makan saja sendiri disana, aku mau pulang."

"Lho, kok begitu?" tanya si cewek dengan kaget.

"Bilang saja kamu kepengen ketemu sama mantan kamu itu. Pake bergaya ngambek sambil menuduh aku menganggap kamu gendut segala. Gak perlu kaya gitu. Kalo memang mau ketemu sama dia, ketemu saja gih."

"Kok jadi gini sih?" tanya si cewek bingung. "Dia kan mantan aku, pacar aku kan kamu. Ya aku kepinginnya makan sama kamu."

"Jadi kamu kepengen manas-manasin mantan kamu itu dengan makan berdua sama aku? Nunjukin ke dia kalo kamu sudah punya pacar yang baru? Gitu?"

"Ih, kok kamu jadi mikir gitu sih?"

"Ya kamu yang mulai. Sok-sok ngambek, trus tiba-tiba ngajakin makan di restoran mantan pacar kamu."

"Ya kan cuman kebetulan saja aku keinget sama restoran itu, makanya aku nyaranin restoran itu." Tanggap si cewek dengan nada yang sudah mulai naik.

Si cowok belum sempat menanggapi ketika si cewek kembali menyambar, "Sudah ah, kamu kok malah jadi seperti cari bahan berantem sama aku begini sih. Kalau memang sudah bosen, bilang aja. Nggak usah pakai ngungkit-ungkit tentang mantan aku segala."

Dst, dst, dst, dst, dst...

Bayangin satu novel, 25 bab isinya seperti begituan semua. Hieh... bisa langsung mumet 5 gaya dah gue.

Kayanya Da Vinci code aja nggak bakal seribet cerita percintaan. Secara cerita percintaan kalo nggak dikasih konflik pasti jatuhnya jadi boring, sementara kalau dikasih konflik pasti jatuhnya jadi muter-muter nggak jelas seperti contoh diatas itu. Ya kan? Hehehe...

Unknown said...

HAHAHAHAHA....

Ya ampun To...gue juga kalo baca buku yang isinya MOSTLY kayak gitu mah...dah gue skipped berlembar-lembar kali...malah kalo perlu langsung ke chapter terakhir, bagian konklusi!!

Gak semua chicklit or chickflick separah itu kok...'kan tetep ada cerita-cerita cewek yang keren dan bagus.

Hieh...baca cerita lu itu...bikin senep hahahaha...ceweknya minta ditabokin bolak balik tuh hahahaha

Ditogendut said...

Omg, gue nulis apaan tuh tadi subuh? hieh... Gitu dah jadinya kalo orang yang sleep deprived nulis, hasilnya nggak jelas. Wakaka...

Tapi iya kan, cerita2 chick flik pasti nggak jauh dari pola yang muter2 gitu. Paling bedanya cuman di setting lingkungan n di antagonis. Kita cuman bisa main variasi di 2 faktor itu.

1. Setting di kantor, antagonisnya si bos yang naksir salah satu tokoh utama.

2. Setting sekolah, antagonisnya guru2 yang melarang anak sekolah pacaran.

3. Setting netral, tapi keluarga bikin ribet.

4. Setting sosial, antagonisnya masyarakat. Salah satu pihak lebih kaya dari yang lainnya, n yang lebih miskin itu dicap mata duitan.

5. Dst, dst, dst...

Well, jaman sekarang udah lebih bebas untuk bikin variasi sih, secara bisa aja dibikin para pihaknya sama2 cowok atau sama2 cewek, tapi konfliknya pasti gitu-gitu aja, n dikasih kembang-kembang yang akhirnya malah bikin ribet endingnya.

Itulah sebabnya gue lebih prefer kalo romance tuh jadi kembang kecil dari sebuah cerita, bukan tema utamanya. Garing juga sih kalo sepanjang cerita nggak ada romance-nya, tapi kalo romance-nya jadi tema utama... gyaaaa... udah kebayang konflik2 yang nggak penting gitu kan.

Unknown said...

Again...kalo sampe baca buku yang isinya mostly begituan ya udah deh...alamat gue skipped berlembar-lembar. Biasanya terjadi pada buku-buku harlequin tuh hahaha...makanya sekarang gue brenti baca tuh buku...kecuali yang lama-lama dan kalo emang lagi desperate banget nyari bacaan :)) selebihnya...enggak deh.

Tapi To...enggak semua cerita romance isinya begitu kok...cerita model Barbara Cartland sih mungkin udah enggak laku lagi kali ya...kecuali untuk anak-anak SMA. Sedangkan menurut gue, untuk yang udah tua-tua or lebih dewasa, butuh lebih dari sekedar romance.

Biasanya sih, enggak murni romance. Ada sedikit horor or thriller, jadinya romance suspense gitu deh...kayak buku-bukunya Sandra Brown atau Julie Garwood atau J. D. Robb.

Gue jadi kepikiran sama Nora Roberts hahaha...dia emang pengarang novel romance...dan ceritanya memang hampir seluruhnya ketebak. Ya iya lah. Romance gitu lho. Tapi ada satu hal yang gue suka dari dia...dia bisa nyari background cerita yang bagus, asik, dan jujur, pengetahuan lu jadi nambah. Udah gitu, conversationnya enggak tralu chessy hehehe...

Kadang baca romance ringan (gue menolak mengatakan roman picisan, kesannya jadi murahan banget, padahal tuh buku gue belinya mahal!!) bisa menghibur juga sih...bikin hati berbunga-bunga and can put a smile on your face hahaha...

Ditogendut said...

Itu dia sebabnya gue lumayan suka sama cerita-ceritanya Tom Clancy. Okelah, emang cerita dia tuh temanya militer n politik, n 95% isi ceritanya ya tentang itu, tapi romance yang cuman 5 persen tuh jadi lebih terasa. Kaya 'Executive Power' (yang terjemahannya sangat-sangat UNGODLY itu), tuh novel isinya beneran tentang politik, secara tokoh utamanya tuh Presiden yang terpaksa jadi Presiden. Ceritanya dia awalnya cuman anggota kabinet (gue lupa, wapres apa menteri ya? Hmmm...), trus pas waktu Presiden yang sebelumnya memberikan State Of The Union di Capitol Hill, tuh Capitol Hill ditabrak pake pesawat (9/11 style gitu lah). Jadilah semua unsur pemerintahan, presiden, mentri2, anggota DPR, senat, hakim agung, n lain-lain semuanya ma'eyot semua kan. Jadilah si tokoh utama ini menjadi presiden tanpa ada unsur2 pemerintahan lainnya yang bisa ngebantuin dia, n tugas dia adalah menyusun lagi semua unsur2 pemerintahan dari nol. Gile, politik banget kan pasti isinya. Tapi ada beberapa 'sprinkles', dimana si tokoh utama itu makan pagi bareng sama isterinya (si isteri itu doketer), n dari obrolan mereka yang cuman selama makan pagi itu terasa ada spark-sparknya. Mereka juga harus berjuang untuk menjalankan rumah tangga padahal si tokoh utama harus super ribet sama politik. Romance yang cuman 5% tuh jadi berasa berkali-kali lipat lebih dominan daripada tema aslinya. Dan setiap adegan romance yang cuman sehalaman per setiap sekian bab itu tuh udah pasti bikin yang baca mikir "aw, so sweet".

Dibanding sama chick flick, yang contohnya seperti The Proposal, kesannya harus ada gangguan dari Imigrasi dulu barulah tuh para tokoh bisa membangun romance. Kesannya kaya romance mereka tuh dibangun atas dasar krisis yang mereka hadapi. Kan kesannya jadi kalo nggak ada krisis maka romance tidak akan terjadi. OMG! N sepanjang cerita yang dibahas itu2 aja. Gimana cara mereka cope with each other, how they have to cope with each other's friend an families. That's not sweet enough for me.

Sementara kalo di novel2 action gitu, romance itu hanya terasa waktu tokoh utama n his/her love interest are trying to support each other, not because they HAVE to, but simply because they love each other, and simply because the WANT to. That is the sweetest thing. Dan kalo di novel2 yang 95% isinya non romance, mereka nggak punya waktu untuk saling tidak percaya satu sama lain. Mereka konsen dengan tema utamanya, n mereka menelan segala kecurigaan atau kecemburuan, karena mereka tahu 'this is not the time for petty fights'. Ya kan? That is the ultimate sweetness for me. Dijamin gue langsung bilang "awww, so sweet".

Dibanding argumen yang berlarut-larut sepanjang bab cuman gara2 salah satu tokoh utamanya lupa beliin coklat waktu valentine's day. That is the ultimate turn off for me. Please dech... Atau satu bab yang isinya cuman monolog salah satu tokoh yang pusing untuk menentukan siapa cowok/cewek yang sebenarnya mereka sukai. Arrgh...! Atau yang paling parah adalah argumen para tokoh utama, membahas tentang hal nggak penting seperti contoh yang gue bikin di atas itu. HIEH... Bisa langsung gue tutup n gue anggep nggak pernah ada dah tuh buku.

Unknown said...

Mungkin intinya dengan cerita-cerita chick flick itu adalah bahwa romance can happen everywhere :) mau di situasi terpaksa, situasi kepepet, sampe situasi normal, romance can happen :)

Memang dalam situssi genting (cerita action) gak mungkin banget deh menanyakan hal-hal yang gak penting. Kadang gue juga suka cerita-cerita action, tapi biasanya kudu 75-25 antara romance dengan action hehehehe

Secara logika, rasanya memang bodoh bener dengan percakapan yang muter-muter gak jelas kayak yang lu tulis, BUT it really happens!! Makanya ditulis dan makanya banyak yang baca.

Romance itu banyak lika-likunya To, itulah kenapa tema yang satu itu enggak bakal pernah kehabisan penggemar. Siapa sih yang menolak happy ending, meskipun cuma di cerita?

Free Delivery on all Books at the Book Depository
Please e-mail me directly if you have any question about things that I wrote in this blog at celotehze@yahoo.com