Monday, December 22, 2008
Penonton Kecewa
Gila man!!! Suer jelek!!
Duh beneran deh. Gue ampe bingung banget, kok bisa sih sampe sejelek itu? Maksudnya, ini kan konser gitu lho, orang bayar untuk nonton nih konser, lho kok ya jelek? Gue sampe stress ndiri!
Adek gue, Tizia, tiga bulan yang lalu diajakin untuk ikut paduan suara baru. Karena emang dah lama gak nyanyi dan pingin aktif nyanyi lagi, jadilah dia join. Mulailah latian seminggu sekali. Nah, salah satu pengisi acaranya itu adalah padus si Tz ini, Chorale. Selain dia ada 2 padus lagi. Satu padus anak-anak, satu Tera Voce punya Benny Manumpil.
Session 1.
Alamak!!! Dari tiga padus itu, cuma padus anak-anak yang menurut gue lebih better.
Chorale yang pertama maju, nyanyi Simple Gifts. Startnya goyang, gak yakin dan jelas-jelas gak stabil. Kayak orang mau jalan tapi agak kepleset dikit. Trus ke belakangnya, mulai deh...ada yang gak pitch, ada yang melengking ndiri, gak kompak banget deh. Lagu kedua, yang sebenernya dah males untuk gue dengerin, gak tralu beda jauh sama lagu pertama.
Entah karena gue duduk di belakang, jadi suara itu serasa jalan ndiri-ndiri or jumlah orang yang cuma 25 jadi kalo ada yang salah langsung ketauan, atau emang jelek? Gak tau deh. Untung ini tiket gratis, jadi gak rugi-rugi amat. Dan andai gak ada Tizia, gue dah minta nyokap untuk pulang saat itu juga. Beneran.
Padus anak-anak lebih better. Paling gak suaranya masih ngeblend lah, walaupun sempet ada yang lari sebentar. Trus ada yang sedikit gak pitch, tapi yah maklum lah. Toh buat gue lebih banyak yang pitch.
Yang gue kaget adalah Tera Voce. Alamak! Gak ngerti deh. Gue berharap Tera Voce bisa memukau gue. Tapi ternyata enggak. Gak blend banget! Lagu kedua malah menurut gue berantakan. Gue jadi bingung.
Tapi yah itu...mungkin karena gue duduk di belakang kali ya, jadi tuh suara gak ngumpul dan malah lari kemana-mana, alhasil yang ada gue gak denger suara bulat mereka.
Penghiburan gue cuma Jakarta Symphony Orchestra yang ngebawain beberapa lagu Natal, termasuk Christmas in the Kitchen (yang pake wajan panci dsb) dan Suite from Polar Express. Heh...penghibur kekecewaan gue.
Sebelum tuh symphony, gak ada yang gue kasih tepuk tangan!
Session II.
Much better. Kenapa? Karena all artists nyanyi semua, jadi emang suaranya terdengar lebih bulet.
Dan begitu acara selesai, gue langsung kabur. Bayangin coba? Gue nonton konser, gak pake nunggu ancore, langsung pulang!
Gila gak?
Parah deh.
Selain itu...entah karena emang dah terbiasa jadi EO or terbiasa ngeliatin konser or gimana, gue ngerasa panitia-nya gak siap sama sekali deh. Mungkin baru pertama kali ini bikin konser kali ya?
Gak ada MC!
Oke...oke...oke...ada orang yang cuap-cuap or sedikit ngasih pemberitauan soal tata tertib berkonser. Tapi masak cuma sekedar baca doang? Sambil duduk lagi! Udah gitu suaranya kayak orang males-malesan gitu! Gak ada semangatnya sama sekali.
Trus gak ada kata sambutan or basa-basi; menjelaskan tujuan konser dsb. Langsung mulai.
Pada waktu intermission juga gak dibilangin. Telat ngasih taunya. Orang-orang dah pada keluar, baru deh ada yang ngasih tau kalo kita "memasuki bagian istirahat selama 15 menit". Halah! Kalimatnya lho!
Pembagian bunga juga gitu. Semua yang mau dibagiin bunga dipanggil satu-satu ke depan, kemudian yang diminta untuk memberikan bunga juga langsung dipanggil semua sekaligus, trus udah. Bunganya dikasih ke orang yang memberikan, dan orang itu jalan ndiri. Dah kelar dikasih bunga, terus udah. Gak ada pemberitauan lebih lanjut.
Duh...gue dah gregetan ndiri aja dari tadi. Hal-hal kecil yang bisa bikin senewen yang kayak gitu tuh!
Hieh...parah deh!
Sunday, December 21, 2008
Children Of Huang Shi
Gak sengaja gue nonton nih film di Celestial Movies. Udah cukup lama tertarik dengan nih film. Meskipun waktu kemaren nongol di bioskop gak tertarik untuk liat, tapi begitu tau kalo di Celestial Movies bakal main, yah penasaran juga. Dan tadi, gak sengaja nonton. Meskipun gak nonton dari awal, tapi cukup lah untuk bikin gue nonton sampai akhir.
Dari segi cerita, sebenernya tidak sederhana, apalagi dibilang based on true story. Tapi, entah mengapa, film ini kesannya jadi sederhana, dari sisi plot. Tidak ada konflik/ketegangan yang memuncak, tidak ada adegan yang membuat jantung penonton deg-degan setengah mati. Ketegangan ada, tapi tidak yang sampai yang bikin deg-degan abis.
George Hogg (Jonathan Rhys-Meyers) is a young British journalist, who comes from St. George's School, Harpenden. In 1938, during the Japanese occupation of China, he sneaks into China by pretending to be a Red Cross aid worker and photographs Japanese atrocities. The Japanese discover this and decide to kill him, but Hogg is saved by Chen Hansheng (Chow Yun-Fat), a Chinese communist resistance fighter. While in the company of communists Hogg sees from a hidden position the execution by the Japanese of two of his colleagues. Shocked by this he exposes himself. In a gun fight that follows Hogg is wounded. To make himself useful while recovering he is sent to an orphanage with 60 boys in Huangshi to help Lee Pearson (Radha Mitchell), the American nurse who runs it. Soon after arrival the boys savagely attack him with sticks; he is saved by Lee, who threatens the boys with leaving.
Instructed to do so by Lee, Hoggs helps to overcome the boys' shyness to be treated nakedly against lice by allowing Lee to demonstrate the treatment on him. Lee leaves for two months, and Hoggs reluctantly stays to avoid that the boys are abandoned by everybody. Hoggs gains the boys' respect by repairing the lighting, being their teacher, etc.
Fleeing from the nationalists who want to make the boys soldiers fighting with them against the Japanese, they make a three-month journey across the snow-bound Liu Pan Shan mountains to safety on the edge of the Mongolian desert, the first 900 km on foot. To their relief, for the last part of the journey they are supplied with four trucks.
At the destination they are supplied with a building that they turn into a new orphanage. In 1945 Hogg dies of tetanus.
Waktu Hogg akhirnya meninggal, as usual, gue nangis. Karena yah...sedih aja gitu, ngeliat bagaimana dia mau menyelamatkan tuh anak-anak dan ngeliat para anak-anak itu juga pada ikut nungguin Hogg. Sedih lah.
Buat gue sih...yah dapet nilai C lah.
Soalnya, dari segi cerita buat gue kurang aja. Bukan karena gue gak nonton dari awal, tapi buat gue kurang di elaborate. Gak dijelasin, bagaimana dia kemudian bisa speak mandarin lancar meskipun (menurut gue) aksen nya masih aksen barat. Atau kenapa tiba-tiba ngasih pinjem mereka truk. Dan perjuangan anak-anak itu melalui silk road juga kurang. Maksudnya, perjalanan itu 'kan bukan perjalanan yang mudah, masak sih enggak ada masalah? Atau kesulitan apa kek? Gak keliatan gitu lho.
Buat gue sih, jujur, sayang aja kalo hal-hal seperti itu gak di elaborate lebih jauh.
Tapi, karena nih cerita buat gue menarik, yah gue kasih C lah :)
Lumayan juga untuk mengisi waktu luang, di saat tv lagi gak ada acara yang menarik.
Agenda Starbucks
Akhirnya...penantian itu selesai juga!!
Agenda Starbucks yang baru udah berhasil gue dapatkan!!!
Setelah berjuang meminum 26 gelas Starbucks selama sebulan, akhirnya berhasil juga!!
Hehehehe...senangnya!!!
Thursday, December 18, 2008
[Another] Straight No Chaser - Lion Sleeps Tonight
Ini ada lagi dari Straight No Chaser. Masih dengan model a cappella dan tentu dengan suara yang KEREN abissss!!!!
Silakan dinikmati
Straight No Chaser
Terus...ketika gue nyampe di 12 Days of Christmas, lagu yang diambil sewaktu mereka performed pertama kali...langsung gue cari video-nya di YouTube.
Hehehe...dengerin yah...sambil ditonton.
KEREN!!!
Homosexuality
Entah sejak kapan gue jadi tertarik dengan urusan gay or homoseksual ini. Mungkin gara-gara dua cowok ganteng itu *hiks*...atau mungkin karena gue amazed, bahwa ternyata there are some people who attracted to the same-sex as they own.
Ketika kemudian belajar di psikologi, gue makin tahu bahwa being gay doesn't mean that the person is sick or mentally ill. Meskipun memang harus diakui, bahwa pada awalnya, homoseksual dianggap sebagai gangguan mental. Baru setelah beberapa kali pertemuan, penelitian, dsb, para psikolog dan psikiatri memutuskan kalo homoseksual bukanlah gangguan mental. Dengan catatan: jika individu tersebut merasa terganggu dengan situasi dirinya, maka baru dianggap mengalami gangguan mental. Harap diingat, gangguan mental itu tidak berarti gila ya...
So...gue kemudian menyadari bahwa dunia gay/homoseksual itu menarik untuk ditelaah dan yah...menarik untuk dipelajari. Sampai sekarang pun masih menarik untuk dibahas, dibicarakan, dan dipelajari.
Jujur aja, gue termasuk salah seorang yang mendukung homoseksualitas. Dengan catatan individu tersebut menjadi gay/homoseksual memang karena dari awal dia sudah menyadari bahwa there's something different about me. Bukan karena iseng, bukan karena merasa terpaksa, bukan karena mendapat keuntungan dari being gay, dan alasan aneh-aneh lainnya. Dan individu tersebut merupakan gay/homoseksual yang bertanggungjawab. Gak mesti udah coming out, tapi paling gak yah...be a good & responsible gay/homosexual.
Memang, kalo kemudian bawa-bawa agama (apapun itu) pasti pada langsung protes. Dan semuanya (kecuali mungkin Budha ya) langsung menolak dengan tegas. Kalo gue...gue akan kembali pada love. Yup. The one and only LOVE.
Coba liat video dari YouTube ini deh. Baru dapet dari Yan. Special Comment on Gay Marriage - Keith Olbermann
Sesudah nonton nih video, gue langsung buka wikipedia, untuk mencari tahu lebih lanjut soal Prop 8.
And my heart goes for them...the gay people.
Tuesday, December 16, 2008
Friendship
He is your field which you sow with love and reap with thanksgiving.
And he is your board and your fireside.
For you come to him with your hunger, and you seek him for peace.
When your friend speaks his mind you fear not the "nay" in your own mind, nor do you withhold the "ay."
And when he is silent your heart ceases not to listen to his heart;
For without words, in friendship, all thoughts, all desires, all expectations are born and shared, with joy that is unacclaimed.
When you part from your friend, you grieve not;
For that which you love most in him may be clearer in his absence, as the mountain to the climber is clearer from the plain.
And let there be no purpose in friendship save the deepening of the spirit.
For love that seeks aught but the disclosure of its own mystery is not love but a net cast forth: and only the unprofitable is caught.
And let your best be for your friend.
If he must know the ebb of your tide, let him know its flood also.
For what is your friend that you should seek him with hours to kill?
Seek him always with hours to live.
For it is his to fill your need, but not your emptiness.
And in the sweetness of friendship let there be laughter, and sharing of pleasures.
For in the dew of little things the heart finds its morning and is refreshed.
Monday, December 15, 2008
Parenting
Tentu masing-masing dari kita tahu bagaimana kita dulu dibesarkan. Kalau merasa tidak tahu, well mungkin sudah saatnya untuk bertanya pada orangtua kita masing-masing. Gue gak mau cerita panjang lebar mengenai how I was raised karena itu udah ada di posting sebelumnya. Silakan dicari sendiri :) http://celotehze.blogspot.com/2008/11/how-i-raised.html
Dan semakin besar, kita semakin tahu dan juga mungkin merasakan, apakah kita suka dengan cara kita dibesarkan? Atau kita malah benci dengan cara orangtua kita mendidik kita? Atau malah merasa kalau orangtua kita bukanlah orang yang mendidik kita?
Gue masih inget jaman waktu masih SMP dulu. Jamannya gue nakal banget dan penuh dengan kebingungan. Kayaknya semua tuh gak ada yang beres di rumah. Bokap ngomel mulu, nyokap juga gak membantu. Plus nilai gue di sekolah juga berantakan. Rasanya mau marah melulu dan sebel sama bonyok. Ini gak boleh, itu gak boleh, wah...pokoknya kacau bener deh!
Dan biasanya, disaat kita sedang kesel sama orangtua, mulai deh muncul pemikiran-pemikiran, mulai berandai-andai.
Mau menjadi seperti orangtua apakah gue?
Pernah ngebayangin gak, bakal jadi orangtua seperti apa kita nanti?
Whatever it is, kita hanya bisa berharap supaya kita mampu mengambil sisi positif cara didik orangtua kita dan meninggalkan sisi negatifnya. Lagipula, memang harus diakui, orangtua kita bukan Dewa/Tuhan yang tidak pernah berbuat salah. Mereka tidak mungkin 100% benar. Dan tidak diragukan lagi, sometimes, meskipun [mungkin] tidak ada maksud seperti itu, pernah menyakiti hati kita. Dan mungkin juga, orangtua kita mendapatkan sifat-sifat itu dari orangtuanya juga.
Memang, menjadi orangtua itu bukan pekerjaan yang mudah. Gue sendiri gak kebayang apa jadinya kalo gue sampe punya anak. Duh...bener-bener gak kebayang deh. Apalagi gue paling gak sabaran sama anak kecil...huuuaaaahhhhhh!!!!! Dah anak gue sama bapaknya aja deh ntar..:)
Berharap aja, kita bisa jadi orangtua yang
- cinta dan sayang sama semua anak kita
- bisa adil dengan semua anak-anak kita
- rela berkorban demi anak-anak kita
- mendukung anak-anak kita
- bangga dengan prestasi apapun yang berhasil mereka lakukan; tentu dengan catatan prestasinya yang positif, bukan yang negatif.
Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life's longing for itself.
They come through you but not from you,
And though they are with you yet they belong not to you.
You may give them your love but not your thoughts,
For they have their own thoughts.
You may house their bodies but not their souls,
For their souls dwell in the house of tomorrow,
which you cannot visit, not even in your dreams.
You may strive to be like them,
but seek not to make them like you.
For life goes not backward nor tarries with yesterday.
You are the bows from which your children
as living arrows are sent forth.
The archer sees the mark upon the path of the infinite,
and He bends you with His might
that His arrows may go swift and far.
Let our bending in the archer's hand be for gladness;
For even as He loves the arrow that flies,
so He loves also the bow that is stable.
GOD!!! Gue suka banget puisi yang satu ini! Semoga gue (dan kita semua) bisa jadi orangtua yang baik bagi anak-anak kita kelak!
Sunday, December 14, 2008
Times Bookstore
Sebenernya sih, gak perlu gue sampe pre-order tuh buku, karena ternyata semua toko buku besar, seperti Times, Kinokuniya, Periplus sampe Gramedia (dan mungkin juga Toko Gunung Agung) udah langsung menjual itu buku pas tanggal 4 Desember 2008, sesuai dengan jadwal rilis di luar (yang berarti kita lebih cepat 1 hari, iya 'kan?). Cuma, masih ada untungnya juga sih gue nekat pre-order di Times Bookshop ini, karena dapet diskon 10%, yang kalo gue bandingkan dengan Kinokuniya masih lebih murah Times. Periplus jual dengan harga kurang lebih sama dengan Times + diskon 10%. Yang agak bikin gondok adalah, ternyata Gramedia jual lebih murah, meskipun Times udah kasih diskon 10%. Hieh...ya sudah lah...
Nah...karena mau ngambil buku itulah, makanya gue dan nyokap ke Times Bookshop itu.
Sekarang, about Times Bookshop. Gue pertama kali mampir itu kalo gak salah....pas gue job terakhir, jadi mungkin tanggal 22 November 2008. Kedua kali bareng nyokap yang tanggal 8 Desember itu.
Jujur aja, gue punya high expectancy dengan toko buku ini. Soalnya, seinget gue, Times Bookshop itu udah ada sebelum Kinokuniya merajalela di Jakarta. Jadi, begitu Times menghilang dan sekarang muncul lagi di Lippo Karawaci, gue dah bertekad untuk bakal mengunjungi tuh toko buku. FYI, Times Bookshop ini ada persis di depan UPH. Dia punya bangunan sendiri, dua lantai, yang dindingnya dari kaca. Jadi bening gitu. Keren lah dari luar.
Dalemnya sendiri juga keren.
Pintu masuk ada di sebelah kiri dan itu daerah yang ijo-ijo itu emang merupakan tempat untuk duduk-duduk dan mirip kolam renang, jadi buat anak-anak bisa lari-lari di dalam kolam ijo itu. Sedangkan yang coklat-coklat itu, seperti gubuk-gubuk yang di dalemnya dialasin bantal-bantal. Kemaren waktu gue ke sana sih, sering dipake sama teenage untuk nongkrong, ngobrol, sambil buka laptop ngerjain tugas. Berkesan cozy banget.
Untuk display buku-bukunya...well menurut gue emang lain daripada yang lain. Instead of rows of book shelf yang dijejer rata, seperti kebanyakan toko buku, Times memilih untuk meletakan book shelfs mereka dengan bentuk S, jadi bergelombang gitu. Tetep ada beberapa bagian yang rata, tapi untuk rak yang berada di tengah ruangan, mostly sih bergelombang gitu.
Dari segi harga, buku-buku yang ada sedikit lebih murah dari Kinokuniya. Seinget gue sih cuma beda Rp 1000 sampe Rp 5000 lah. Tentu perbandingannya adalah dengan buku dari penerbit yang sama. Buat gue sih lumayan banget.
Tapi...
Sayang banget, pengaturan bukunya berantakan sekali!!
Okelah dia meletakan buku berdasarkan pengarang from A-Z dan biasanya yang dijadikan patokan adalah last name tuh pengarang. CUMA...ya ampun, gue bisa menemukan buku Nora Roberts di tiga rak yang berbeda!! Whats up with that??
Seharusnya, menurut gue, kalo emang dari awal mau membagi buku berdasarkan pengarang, ya udah. Letakkanlah itu Nora Roberts di tempat yang sama. Satu tempat.
Memang buku juga perlu dibagi based on genre, tapi 'kan abis itu tetep harus diatur berdasarkan nama pengarangnya. Ini enggak. Udah gak liat genre, nama pengarangnya pun juga seolah-olah dibagi ke dalam beberapa tempat.
Kalo di Kinokuniya 'kan langsung ketauan. Oh ini deretan cerita jenis chick flick, pengarangnya pun diatur berdasarkan alfabet. Berikutanya (seinget gue) mulai masuk romance, kembali pengarangnya diatur berdasarkan alfabet, dan seterusnya dan seterusnya. Gue jadi tahu, kemana gue harus mencari buku yang emang gue cari.
Di Times sepertinya enggak. Di bagian fiction, semua buku langsung dibagi berdasarkan nama pengarangnya. Dan sepertinya gak dilihat lagi, jenis bukunya. Gue bisa menemukan pengarang buku Marry Poppins, P. L. Tavers, di bagian buku fiksi. Padahal ya ampun!! Itu 'kan bagian buku anak-anak!
Buku Nora Roberts juga begitu. Seperti yang gue bilang, gue bisa menemukn tuh buku di tiga rak yang berbeda. Entah mengapa begitu. Tinggal gue aja yang geleng-geleng kepala.
Another dissapointment for me is bagian untuk buku-buku young adultnya sangat minim sekali. Hieh...mengecewakan...meskipun gue berhasil menemukan buku Trudi Canavan - The Magician Guild sih, tapi tetep aja.
So...kali kedua ini dateng bareng nyokap dan langsung melakukan browsing sendiri-sendiri. Gue masih mencoba mencari buku-buku yang pernah gue tulis di blog itu, tanpa hasil...sedih! Yang ada gue mencari buku-buku lain.
Kemudian sampailah gue dan nyokap di deretan buku Nora Roberts, yang in Death seriesnya udah gue punya semua (maksudnya adalah buku yang ada di Times itu gue dah punya semua). Kemudian nyokap nanya apakah ada lagi trilogi NR yang lengkap. Kebetulan ada, maka langsung beli lah 3 buku itu, yang merupakan rangkaian dari The Irish Trilogy. Di tangan gue sendiri udah ada River's End yang juga merupakan buku NR tapi berdiri sendiri. Kemudian my eyes stumble upon Divine Evil, another NR' book, tapi emang lebih tebel. Selagi menimbang-nimbang hendak membeli yang mana, nyokap bilang ya udah ambil aja tuh dua buku. Hehehehe...YES!
Mungkin perlu gue beritahu juga, bahwa selama gue dan nyokap mendiskusikan NR, ada pengumuman yang mengatakan bahwa all books are discounted 15%. Jadi gue rasa itu yang bikin emak gue rada kalap. Soalnya, biasanya dia paling banter beli dua buku. Or kalo emang trilogi ya beli tiga. Enggak nambah yang lain. Kecuali emang lagi ada keperluan, seperti waktu gue ngejer discount card QB, yang syaratnya harus belanja Rp 1 jt selama 30 hari, nah itu emang super kalap!
Anyway,....akhirnya lima buku ada di tangan, dan waktunya untuk pulang.
Di kassa, total around 474 sekian, kata kasirnya, kurang dikit (Rp 500 rb) untuk dapet voucher Rp 50 rb dan agenda. Jadilah nyokap nyari buku lagi. Kemudian baru bayar buku J. K. Rowling yang baru itu.
Terus...Times juga rupanya lagi ada...semacam kupon undian, jadilah gue dan nyokap ngisi. Semoga menang Ipod!!!!!
So...hari itu super puas bisa belanja buku begitu banyak...cuma yah alhasil gue gak boleh beli buku dulu selama kurang lebih sebulan ini...hihihi...gak papa lah, supaya next time gue ke Times or Kinokuniya or Periplus, jumlah buku yang baru jadi makin banyak.
Ahhh...books...how I love them soo much!!!
Skin
Gue pingin ganti ini nih...
Heh...ya udah lah...ntar aja baru gue ganti...
Kalo gak ya udah lah...gak diganti...bingung!
Wednesday, December 10, 2008
What Should I Do?
Gue gak mau ngebahas semburannya, karena menurut gue itu hal biasa dan kali ini gue gak ambil pusing. Terserah mau nyembur kayak apa, gue terima aja.
Yang menjadi pemikiran gue adalah, MENGAPA sampai bisa dan perlu menyelam? Dan ini bukan hanya terjadi pada soal menyelam saja. Bahkan kadang juga sampe howling at the moon juga. Dan jujur aja, both of them bikin gue capek.
Bukan berarti gue gak mau membantu, cuma gue yang jadi bingung. What should I don? What can I do to make them feel better? Karena apapun yang gue omongin or katakan doesn't make them feel any better.
Kalo dah gini, tinggal gue yang ngerasa kesel sama mereka yang bisa bikin perasaan-perasaan rendah diri itu muncul.
Duh! Amit-amit deh ya kalo dah punya anak, terus sampe keluar kata-kata yang bernada cemohan!! Karena tidak ada yang lebih menjatuhkan semangat seorang anak, selain cemohan dari orangtua nya sendiri!!
Gila kali ya? Masak sama anak sendiri gak bangga? Kesannya jadi gak sayang sama anak. Bahkan orangtua yang anaknya narkoba aja masih bisa tuh sayang. Lha ini, udah jelas-jelas anaknya gak narkoba, jelas-jelas pinter, memiliki keahlian, rajin, baik, dsb, malah dicela. Gimana gak keki coba? Dan gimana gak menyelam ke dasar lautan or howling at the moon??
Tanpa bermaksud kurang ajar, tapi gue benci sekali tindakan orangtua yang seperti itu.
I wish I won't be that kind of parent.
Friday, December 5, 2008
Pernikahan
Sebagai orang Katolik (dan Kristen) yang namanya menikah itu, sekali seumur hidup. Jadi, begitu sudah memutuskan untuk menikah, ya sudah harus siap dengan segala konsekuensinya. Apapun itu. Hidup bersama (serumah) dengan sodara/kakak adik aja sering ribut dan bisa gak cocok. Lha ini gimana kalo tinggal sama orang lain yang BUKAN sodara? Jadi kebayang dong, betapa SUSAHnya menikah itu.
Gue gak mau ngoceh panjang lebar, karena gue ngerasa kalo gue kurang berhak ngoceh soal menikah, karena toh gue masih single. Tapi, berhubung dua orang temen gue dah married, dan memperhatikan pernikahan mereka, sedikit banyak gue tahu seperti apa SEHARUSNYA sebuah pernikahan yang baik itu. Maksudnya dilihat dari kacamata anak muda.
Gak perlu sebut nama, tapi GILA DEH gue hari ini mau marah-marah aja bawaannya. Bener!
Bagaimana bisa seorang suami bisa lebih memilih memperhatikan adik kandungnya yang baru selesai melahirkan, dibandingkan istrinya yang sedang collapse akibat HB darah turun? Bagaimana bisa seorang suami mengeluarkan kata-kata, "kalo adik tidak ada istilah 'bekas', kalo istri ada."
BAGAIMANA BISA?????
Gue kecewa. Benar-benar kecewa.
Gue gak mau menganalisa kata-kata tersebut, karena gue tidak menemukan analisa yang bagus/positif.
Dan gue, serta paus dan anjing, kali ini melakukan intervensi. Sesuatu yang, jujur gue katakan, kita lakukan dengan mempertimbangkan banyak hal. Tapi, melihat bahwa it's the only way yang bisa kita lakukan, ya sudah. Mau tidak mau kita 'intervensi'.
Gak tau apakah intervensi yang dilakukan ini emang bisa berguna atau tidak. Semoga saja bertahan lama.
Satu hal yang menurut gue seharusnya dijadikan patokan dalam pernikahan adalah; ketika lu married, maka yang disebut keluarga/family adalah suami atau istri lu. Udah. Kalo punya anak, maka family lu adalah suami atau istri plus anak. BUKAN suami atau istri plus anak PLUS orang tua kandung or orang tua mertua. BUKAN.
Tapi, memang bukan berarti juga lu putus hubungan dengan orang tua atau mertua. Ya gak juga lah. Hanya saja urutan prioritas-nya menjadi berbeda.
Jangan udah menikah, tapi yang dipikirin malah orang tua sendiri, adik kandung, kakak kandung, sedangkan istri malah urutan sekian. Lha udah married apa belum sih?
Pernikahan di Indonesia dengan pernikahan di luar negeri emang beda. Kalo di Indo 'kan istilahnya you're married to the WHOLE family. Itu bener. Tapi yah masak semua anggota keluarga besar mau dimasukkin ke dalam lingkungan keluarga lu? Mau kapan mandiri/dewasa-nya?
Duh...untung Oma gue tuh gak pernah ngerecokin/turut campur/banyak bicara dalam keluarga anak-anaknya. Dan untung juga gue ngeliat emak-bapak gue gak pernah ngerecokin/turut campur dsb ke keluarga adik-adiknya.
Gue dan yang lainnya dari tadi cuma bisa geleng-geleng kepala, terbengong-bengong, terkaget-kaget dan SEDIH.
Yang akhirnya keluar adalah kata-kata "Tuh 'kan! Gue bilang juga apa!" dan "Aduh!!! Seandainya dulu kita maksa!!". Sedih aja gitu lho sampe keluar kata-kata yang bernada dan berkonotasi penyesalan seperti itu.
Yah...semoga ini sekedar ujian awal saja dan mereka berdua bisa melewati hal ini semua dan bisa langgeng sampe kakek nenek. AMIN!!!
Thursday, December 4, 2008
My Birthday
Yup!!! Kemaren (sekarang dah resmi masuk tanggal 4 Desember 2008, meskipun baru lewat 15 menit) gue ultah. Umur berapa ya? Well...suer gue gak inget...tapi kalo dah diitung-itung sih...umur 29. WOW!!! Gila man! Taon depan umur gue 30!!! Dan gue BELUM melakukan apapun???
Hieh...shame on me!!
Anyway...bukan Caroline Zenia Ivana Daud namanya kalo kemudian gue jadi down...meskipun memang harus diakui...kadang gue juga ngerasa agak-agak hopeless dengan situasi gue :) but never fear my friends...for I'm a believer...yang dengan amat yakin dan percaya bahwa Tuhan memiliki rencana yang sangat indah buat gue. Setuju? Amin? Amin!
Jadi...apa makna usia 29 tahun untuk gue sekarang ini? Selain gue ngerasa jadi tambah tua? Selain gue mulai berpikir bahwa gue harus MULAI mencari calon suami (yang untungnya hal itu sudah agak sedikit terbantu oleh Sufei yang mengaku bahwa ia make a wish semoga gue menemukan my soulmate)? Selain gue ngerasa bahwa my time is almost up to finish my unfinished business?
Buat gue...selain tambah tua dan lain-lain...yah gue ngerasa kalo gue emang really blessed with everything I have around me. Dari keluarga gue yang gak pernah rese...temen-temen gue yang emang sayang cinta care sama gue...dan seluruh kesempatan pengalaman yang terjadi sama gue merupakan sebuah berkat yang membuat gue bertumbuh, berkembang, dan bertambah.
Tanpa bermaksud untuk sok berfilosofi or menjadi orang yang muna...tapi segala susah senang tangis tertawa merupakan sesuatu yang emang murni harus dan selalu disyukuri. Soalnya, dari pengalaman-pengalaman itu, gue jadi belajar sesuatu. Gue jadi mengenal diri gue sendiri, gue mengenal orang-orang di sekitar gue, dan gue mendapat sesuatu dari kejadian itu.
Jadi...sama seperti tahun-tahun sebelumnya...begitu jam 12 malem tanggal 3 Desember, gue berdoa dan say thank you to God...for everything that happened this year. Dan ketika tadi siang gue kuliah, gue sempet buka kembali buku agenda gue, sedikit review apa aja yang terjadi selama setahun ini dan gue sedikit ... amazed ...dengan apa yang udah terjadi.
And here's to my next wonderful years!
May the Lord bless me and my friends and my family!
And hope next year...my dream will come true!
And...thank you to everybody for wishing me a happy birthday,
thank you for the prayers,
thank you for the hope,
thank you for remembering my birthday
(although sometimes I don't remember yours),
and most of all...
thank you thank you thank you SOOOO much f
or being my friends,
for being there,
for accepting me who I am,
for making me a better person/friends,
and for your love.
Thank you!
Sunday, November 30, 2008
Karawaci part...dua, deh!
Yang berbeda adalah, Yosi hari ini telat bangun jadi gue baru berangkat dari rumah around 6.00 am, padahal biasanya 05.45 am. Tapi gak papa, karena hari Sabtu, jalanan kosong dan dalam waktu satu jam, gue udah tiba di depan sekolah.
Yang berbeda lagi adalah, lokasi sekolah dan anak-anak yang akan dites kali ini berbeda. Meskipun sama-sama Sekolah Dian Harapan (SDH), tempatnya kali ini di daerah perumahan "Himalaya" (kalo gue gak salah inget) dan anak yang dites adalah anak usia 2,5 tahun sampei 4 tahun.
YUP! 2,5 tahun!!!!
Aduh!!! Beneran deh! Gue salut banget sama engkau wahai para guru TK!!! Duh!!! Gue sih amit-amit ya!! Bener-bener gak tahan. HIH!!! Tuh anak-anak yang ada malah gue tabok-tabokin kali. Untung aja tadi enggak ada kejadian seperti itu. Tapi suer dah!! Kapok deh!
Kali ini gue bertugas bersama dengan Aurora. Jabatan gue tetap sebagai observer. Jumlah anak yang harus 'dites' gelombang pertama ada 5 anak. Usia mereka semuanya 3 tahun. Namanya juga anak kecil, tapi tentu saja perkembangan kemampuan masing-masing berbeda satu sama lain. Ada yang begitu disapa langsung menyaut, ada yang diem aja, ada juga yang pandangan matanya gak jelas. Ada yang bicara dengan jelas, ada yang (sekali lagi) diem aja, ada juga yang jawabannya gak nyambung. Hieh...dasar anak-anak. Untung aja bukan gue testernya!
Meskipun begitu, ada satu hal yang bikin gue bener-bener amazed banget.
Begitu gue (or Aurora) bertanya, sambil pegang crayon, "Warna apa ini?" bisa dibilang semuanya nyaris menjawab, "blue!" atau "red" atau "yellow".
Oh my God!! What's wrong with this kids? Don't they speak Indonesian anymore?
Hahahaha....
Gak...bukan itu yang gue keluhkan.
Gue cuma *WOW* dan sedikit taken aback.
Gue ngomongin anak umur 3 tahun lho ini. TIGA TAHUN!! Bukan lima tahun atau apalagi usia 12 tahun.
Apalagi mereka udah mengenal angka (sampe lima dan juga dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, tapi mostly belum sampe konsep jumlah), mengenal beberapa huruf (terutama S dan O), dan malah ada yang sudah bisa menulis (meskipun mungkin lebih pada meniru bentuk huruf). Tapi sekali lagi...ini anak usia TIGA TAHUN!!!
Gue cuma bisa berpikir, gila ya anak-anak sekarang! Gila ya sekolah untuk anak-anak sekarang! Gila ya!!!!
Perasaan dulu gue belum mengenal huruf deh. Kayaknya dulu gue belum tahu bahasa Inggris deh. Gue dulu gak kayak gitu deh! Duh...jadi minder ndiri!
Bener-bener deh!!
Selesai gelombang satu, gue dipindahkan ke Harry, karena jumlah anak yang akan dites di tempat Harry ada 4, sedangkan yang di tempat Aurora cuma ada tiga.
Sempet ada semacam 'hiburan' sewaktu menanti dimulainya gelombang dua.
Ada anak, namanya Terry usia 4 tahun, yang udah disuruh masuk oleh nyokapnya, meskipun anak-anak yang lain belum dateng. Dan sepertinya sudah menjadi 'kebiasaan' adalah langsung memberikan kertas kosong dan menyuruh/meminta anak tersebut untuk menggambar. Anything.
Eh...dasar tuh anak 'sok' pura-pura shy...jadilah sambil ketawa-ketawa dan geleng-geleng kepala bilang gak mau gambar. Gue, berusaha membujuk, menawarkan untuk menggambar beberapa benda...seperti awan (gampang bo!). Eh..sekali lagi dia menolak mengambar, tentu dengan senyum manis, dan bilang kalo gak bisa gambar awan. Alhasil gue lah yang gambar. Yang ada...ujung-ujungnya gue yang gambar!!! Gue jadi gambar matahari, laut, ikan, ubur-ubur, sampe kepiting!!! Dasar tuh anak!!! Masak gue dikerjain anak umur 4?
Hehehe...tapi emang anaknya dah pinter sih...diajak ngomong juga nyambung. Gue jadi lebih suka aja. Ganteng lagi hahahaha!!!
Oke.
Berikutnya nyambung di kelas Harry.
Mau ngamuk gue!
Begitu gue masuk, udah ada satu anak cowok yang sedang nangis dengan hebohnya (tapi dengan air mata yang minim) setengah berteriak kalo dia meminta main di luar. Untung aja di dalam ada bonyok-nya dia. Orang tua nya sih keliatan sebagai ortu yang well educated karena mereka berusaha sekali supaya tuh anak teralihkan perhatiannya. Untuk sesaat cara itu berhasil. Karena dia sempet diem. Setengah menit, sebelum akhirnya kembali berteriak dan menangis (dengan volume air mata yang bertambah) meminta untuk keluar.
Gue dan Harry keluar sebentar, karena bingung mencari anak-anak lain yang mau tes, kok kagak ada. Ternyata ada satu pasangan suami-istri yang masih muda, anaknya baru 2,5 tahun (bapaknya ganteng bo!) lagi menunggu. Akhirnya sama Harry dipersilakan masuk aja.
Jujur gue takut si anak yang baru masuk ini, A, bakal ikutan nangis. Tapi untung kagak! Dia anteng aja baca buku sama nyokapnya, sementara si bapak gue suruh isi data siswa. Aaron juga kemudian eksplorasi ndiri. Ngambil spidol, nulis-nulis di papan, ngambil barang-barang yang di deket situ, pokoknya cuek aja deh. Gak peduli sama anak yang sedang heboh (sekarang volume air mata udah maksimal plus ingus plus keringetan, padahal pake AC).
Sembari si M, akhirnya keluar. Gue minta sama ortu A untuk keluar. Bokapnya keluar dulu karena emang si anak gak ngeliat bapaknya. Dia lagi asik sama spidol dan papan tulis. Nyokapnya cuma bilang kalo dia mau ke wc jadi A suruh tunggu di kelas. Anaknya cuma ngangguk dan bilang "he eh", anteng aja, cuek terus.
Kemudian masuk anak cewek, T, yang nempel terus sama susternya. Disuruh turun dari gendongan pun gak mau. Ketika akhirnya mau pun, tuh susternya mesti ikut. Akhirnya gue suruh dia duduk agak jauh dari T.
Dimulailah tes.
Gak perlu gue jelasin mendetail, yang penting si A ini asli cuek aja, dalam arti positif ya karena dia mengerjakan tugas yang diberikan tanpa banyak bicara. Sementara itu suster T diem-diem keluar. T masih asik ngerjain tugas. Tiba-tiba dia nengok ke belakang, ngeliat susternya gak ada. Mulai deh...
Gue tau dia mau nangis, tapi suer gue penasaran sama cara dia nangis. Gue pingin tau gimana proses dia nangis. Keren lho hahahaha
Matanya bisa tiba-tiba berkaca-kaca...air mata itu menggenang di pelupuk mata, sebelum kemudian ujung-ujung bibir tertarik ke atas dan dia mulai sesenggukan yang diikuti dengan teriakan tangisan. Yang lucu...tangannya otomatis terangkat ke atas minta gue gendong dan minta keluar. Dan abis itu sesenggukkan kayak orang asma.
Hieh...dasar anak-anak.
Kemudian masuk satu anak cowok lain, C. Agak lebih mending, karena bisa masuk kelas untuk yah....mungkin around 5 menit tanpa menangis tapi kemudian mulai mencari...suster/mama. Ya sudah...bubar lah tugas yang harus dikerjakan.
In the end, cuma melakukan tes pada dua anak. A dan T. Gue sih lebih suka sama A. Anaknya tenang, ditanya bisa menjawab (meskipun masih agak cadel dan belum sepenuhnya mengerti) tapi mandiri. Sedangkan T...well...manja. Ditanya menjawab sih...tapi rasanya perlu didorong-dorong dulu deh.
Sedangkan C...well...masih belum bisa apa-apa. Belum mengenal angka, warna, bentuk, huruf, bicara aja masih belum jelas.
Kemudian, disaat semua sudah selesai baru masuk kembali si M.
Karena Harry sedang sibuk interview, jadilah gue yang ngetes.
Ya ampun!!! Bener-bener deh, kesabaran gue tuh diuji abis!
Gue suruh dia ngewarnain gambar ikan, kagak diwarnain. Udah gue kasih contoh, tetep aja kagak diwarnain. Yang ada malah dia gambar garis, bikin garis berzigzag, di luar gambar ikan. Padahal ada bokapnya udah mendorong, nyokapnya juga ikutan, tetep aja gak mau.
Tugas ke dua juga sama. Tugas ketiga juga sama. Paling waktu menunjuk warna aja dia mau. Selebihnya? Kagak!
Caphe deh!!!
Aduh...kalo dah kayak gitu ya...gue jadi mikir-mikir. Amit-amit deh, tapi gue baru mau nyekolahin anak gue umur 4 aja deh. Itupun milih TK yang...isinya main aja. Maksud nya...yah diliat dulu lah kemampuan anaknya. Kalo emang udah bisa baru lah disuruh sekolah, kalo enggak ya jangan lah. Kasian anaknya!
Hieh...bener-bener deh...pengetesan hari ini...bikin capek banget!!
Gue gak cocok jadi guru K-1 or K-2!!
Wednesday, November 26, 2008
Kalap!
Udah bukan rahasia lagi, kalo gue itu termasuk seorang maniak buku. Novel lebih tepatnya. Dan tidak jarang buku anak-anak. Yup...children books. Seperti buku Enid Blyton atau buku P. L. Travers (pengarang Marry Poppins). Tapi memang specialty gue di novel.
Dan, seperti yang udah sering gue bilang/katakan/cerita, gue lebih prefer novel dalam bahasa Inggris, kecuali pengarangnya emang orang Indonesia. Dan pengarang Indonesia yang bukunya selalu gue tunggu pun terbatas. Yang sekarang keinget adalah Marga T. dan Clara Ng. Selain itu...hm...pikir-pikir dulu deh.
Kenapa milih buku bahasa Inggris? Simply just because, lebih banyak pilihannya aja. Dan kalau disuruh baca buku terjemahannya...well kadang terjemahannya bisa sangat buruk sekali. Walau tidak semua buku terjemahan hasilnya jelek, tapi yah...harus diakui membaca dalam bahasa aslinya memang lebih seru aja. Meskipun tidak dapat dipungkiri juga, buat gue yang bahasa Inggrisnya juga gak hebat-hebat amat, ada saat dimana bahasa slang/percakapan/istilah/idiom mereka yang gak gue ngerti. Apalagi kalo bahasa Inggris-nya England...bukan yang American, seperti yang sering kita denger atau pake.
Nah, untuk dapat memuaskan nafus membaca buku gue, dalam hal ini buku berbahasa Inggris, tentu gue hanya bisa membeli buku-buku tersebut di toko buku tertentu. Seperti Periplus, Kinokuniya, dan kadang Gramedia, dan lebih kadang lagi Rubino. Dulu, langganan gue adalah QB. Selain bukunya lebih murah, gue juga punya discount card 10%, jadi emang lebih seneng aja. Dan dulu, paling jarang ke Kinokuniya, selain lebih mahal jaraknya juga lumayan jauh dibandingkan QB. Tapi, semenjak QB hanya ada di Kemang, gue jadi pindah toko ke Kinokuniya. Sebenernya, Periplus jauh lebih murah dibandingkan Kinokuniya, tapi koleksi buku Periplus (maksudnya novel yah...) agak sedikit terlambat dibandingkan Kinokuniya.
Ada toko buku Times juga, tapi semenjak Times menghilang dari TGA yang ada di Gading, dan berpindah ke Karawaci, gue jadi enggak menginjakkan kaki di Times lagi. Dan waktu gue dua kali ke Karawaci itu, belum sempet sama sekali ke Times. Dan ke Times adalah sesuatu yang harus kudu mesti gue lakukan!!
Berhubung Kinokuniya yang terdekat dan (mungkin) yang paling besar adanya di Plaza Senayan, dan menurut gue itu termasuk jauh dari Gading, jadinya gak bisa setiap minggu gue ke sana. Apalagi, beberapa minggu terakhir ini sepertinya jadwal gue cukup padat. Kalo gak padat pun, gue yang rada males pergi ke sana. Plus...gue juga dah lama gak buka Amazon untuk ngecek buku baru.
Biasanya, gue suka ngecek di Amazon.com buku-buku apa yang baru keluar atau akan keluar. Tapi lately gue online sibuk dengan unduh dan unggah lagu...dan ngecek amazon.com pun cuma untuk ngecek album baru apa yang udah keluar or ngecek apakah album yang mau gue unduh itu bagus or not.
Dan baru hari ini gue ngecek buku baru apa yang release di amazon.com.
Dan gue kalap!!
Gue baru ngeh kalo bulan ini, buku Nora Roberts ada dua yang akan rilis. Dan dua-dua nya merupakan buku yang cukup dinanti-nantikan oleh gue dan nyokap gue.
Yang satu merupakan rangkaian dari In Death series, dengan tokoh utama Lt. Eve Dallas and her handsome and rich more than God, Roarke.
Yang satu lagi adalah bagian dari The Sign of Seven Trilogy, yang sepertinya harus gue baca ulang supaya gue inget ceritanya!
Kemudian gue melihat this book...
...salah satu bagian dari serangkaian buku yang tidak sengaja gue beli dan ini bisa dibilang buku terakhir dari empat buku sebelumnya.
Dan jujur aja, gue langsung kalap untuk mencari buku-buku ini. Ketiga buku ini semuanya udah rilis di luar negeri sono....tapi sayang dari tiga buku ini cuma 1 yang paperback, sedangkan yang dua masih hardcover. Well...memang sih beli hardcover lebih bagus...bener itu...tapi harganya juga dua kali lebih mahal bo! Belum lagi bukunya yang besar dan berat! Hieh...lebih baik sabar menanti deh...apalagi kalo ternyata udah bisa baca alias udah bisa dapet e-book-nya!!! Hahahaha...busuk banget!!
Anyway, gue jadi kepingin banget untuk cepet-cepet bisa ke Kinokuniya or Times (karena Sabtu gue bakal ke Karawaci, again) untuk ngecek dan membeli buku-buku itu...well..mungkin cuma beli Pagan Stone doang kali ya...karena cuma itu yang paperback :)
Dan...tidak cukup sampe disitu...pas ngecek amazon.com gue kembali diingatkan akan beberapa buku yang kehadirannya masih dinantikan oleh gue, terutama. Seperti buku-buku ini...
Tapi untung aja, dah pernah nemu file e-book nya...jadi udah baca.
Mesti tetap di beli, karena gue ngumpulin bukunya Julie Garwood.
Hopefully bakal nemu e-book nya lagi...jadi gue gak kelamaan nunggu :)
Yang ini harus dibeli, karena selain ngumpulin Julie Garwood, buku ini juga agak berseri.
Lagian, ini masih satu rangkaian dengan Harry Potter.
Monday, November 24, 2008
Swing On A Star
Carry moonbeams home in a jar
And be better off than you are
Or would you rather be a mule
A mule is an animal with long funny ears
Kicks up at anything he hears
His back is brawny but his brain is weak
He's just plain stupid with a stubborn streak
And by the way, if you hate to go to school
You may grow up to be a mule
Or would you like to swing on a star
Carry moonbeams home in a jar
And be better off than you are
Or would you rather be a pig
A pig is an animal with dirt on his face
His shoes are a terrible disgrace
He has no manners when he eats his food
He's fat and lazy and extremely rude
But if you don't care a feather or a fig
You may grow up to be a pig
Carry moonbeams home in a jar
And be better off than you are
Or would you rather be a fish
A fish won't do anything, but swim in a brook
He can't write his name or read a book
To fool the people is his only thought
And though he's slippery, he still gets caught
But then if that sort of life is what you wish
You may grow up to be a fish
A new kind of jumped-up slippery fish
And all the monkeys aren't in the zoo
Every day you meet quite a few
So you see it's all up to you
You can be better than you are
You could be swingin' on a star
Sunday, November 23, 2008
Tepar!!!
Agak sedikit berbeda dari hari Rabu kemaren. Pertama, mulainya aja jam 7 pagi, bukan jam delapan. Kedua, jumlah kelasnya cuma 2, dan ketiga kali ini gue dapet kelas yang isinya anak SD. Yup! Udah gitu, karena tes-nya juga beda dengan tes yang kemaren Rabu, jadi nya yah...emang agak lebih cepat selesai aja. Udah gitu, yang ikut tes kali ini kebanyakan bukan anak-anak dari SDH, tapi dari sekolah luar. Dan hal itu cukup membuat perbedaan. Soalnya, situasi kelas jadi lebih terkendali dan teratur. Soalnya pada gak punya temen untuk saling bacot...jadi yah lebih enak aja.
Anyway, psikotest berjalan cukup lancar, meskipun agak-agak sedikit mengalami hambatan pada saat Kraeplin Test. Gila!! Gue kasian banget sama tuh anak-anak!! Beneran deh! Anak SD dikasih Kraeplin Test!! Duh!! Kasian lah!
Tapi, yang bikin tepar bukan itu.
Klaar dari sekolah, jadi udah ngerapiin jawaban peserta, udah ditulisin nomor pesertanya, udah dirapiin pula, pokoknya semua udah rapi, gue sama Yosi jalan-jalan dulu ke Supermal Karawaci. Yah...maklum lah...namanya juga anak Jakarta, yang jarang banget main-main ke Tangerang sono. Jadi...pas lagi ada kesempatan...dah pasti gue pake untuk jalan-jalan lah!!
Untung juga kemaren itu jalan-jalan, karena gue baru ngeh kalo minggu depan dan minggu depannya lagi, gue bakal ngetes anak pre-school, yang baru klaar around 3!!!! Dan rasanya akan susah kalo abis itu baru mau jalan-jalan. Jadi...karena kemaren itu udah keliling Supermal, paling minggu depan tinggal ngecek Times Bookstore!!!! YES!!!
So...
Supermall...emang gede sih...dan dia lebar...tapi masih bisa tercover kok sama gue hehehe :). Gue belum terlalu hafal aja, tapi sebenernya gak tralu rumit. Agak-agak mirip Plaza Senayan, dalam artian di satu ujung ada Debenhams, sedang di ujung lain ada Matahari. Jadi yah...tinggal pilih aja mau belanja di mana. Makanannya juga banyak, belum lagi food courtnya yang BUSYET DAH!!!!! Gue sih gak suka ya...tralu luas. Area makan/meja makan nya tralu banyak dan tralu mengumpul. Kurang nyaman aja gue. Tapi ya sudah lah.
Gue sama Yosi belanja di Matahari. Matahari baru nih ngomong-ngomong. Penggantinya Galeria Matahari sepertinya, karena logonya ganti (warnanya), font-nya juga ganti, dan kata nyokap, owner-nya juga ganti. Keliatan dari penampilan tokonya dan jenis barang yang dijual, agak-agak sedikit high end. Tapi kalo yang logo Mataharinya masih merah (atau merah ijo ya?), seperti yang di CL, nah itu masih yang lama.
Kita masuk Supermall around 10.30, keluar Mal around 15.20 lah. Cukup capek juga...karena bawaan berat hehehe...tapi seru.
Pulang dari Supermall naik bus Karawaci, turun di Plaza Semanggi. Dari situ, gue naik taksi ke Juanda, kebetulan bokap abis klaar rapat di Sanmar...jadi yah lumayan lah...gak perlu ribet naik busway lagi.
Ternyata eh ternyata...nyokap lagi di Mal...dan bokap ada perlu untuk beli obat. Alhasil...abis itu lanjut ke MKG!!!
Haduh...haduh...haduh....badan udah capek...tapi ya sudah lah...mampir lagi ke MKG. Gimana gue gak dibilang anak Mal coba?
Untung aja kemaren itu gue bawa sendal...kalo gak kaki gue dah patah kali!!!
Pulang nyampe rumah emang baru jam 8 sih. Tapi ya gitu. Mandi, nonton tv bentar...trus tidur. Gila!! Tepar!!!
Masih ada dua kali sabtu lagi nih. Tinggal tanggal 29 dan 6 desember besok. Yah...gak papa lah...itung-itung jalan ke Karawaci. :)
Thursday, November 20, 2008
How I Was Raised
Rasanya sudah bukan hal yang aneh jika seorang perempuan, gave up everything begitu dia punya anak. Tentu aja, jika penghasilan sang suami udah cukup. Kalo penghasilan satu orang gak cukup sih...gue rasa sang istri tetep harus kerja.
Apapun itu, memang membutuhkan pengorbanan.
Dan mau gak mau gue jadi inget sama bagaimana gue dan adik gue dibesarkan. Dengan dua orang tua yang dua-dua kerja, tentu gue emang lebih banyak menghabiskan waktu dengan suster/pembantu. Untungnya gue gak jadi anak pembantu/suster.
Kalo dipikir-pikir ke belakang, emak bapak gue emang cukup gila. Gue tuh dah ditinggal ndirian di rumah, tanpa pembantu sejak...SMP mungkin ya? Wait...gue lagi mengingat-inget. Mungkin SD kelas 6 udah mulai di rumah ndirian, karena gak ada pembantu. Jadi yah...masing-masing dah punya kunci dan pulang nyampe rumah gak ada orang. Makan sendiri (kita rantangan) dan yah semua sendiri.
Untuk beberapa orang tentu hal ini sangat mengejutkan. Ya iyalah! Anak SMP ndirian aja di rumah! Kalo ada apa-apa gimana? Hehehe...untungnya sejauh ini aman-aman saja.
Trus...ada pengalaman soal naik taksi sendirian.
Gila!
Untuk kejadian ini gue inget banget-banget deh, karena semua orang pada heboh aja bawaannya. Gue sama Tz sih bangga banget bisa pergi ndiri.
Gara-gara ada acara di rumah sodara di Benhil, sedangkan bokap nyokap gak bisa dateng, jadilah gue diutus sendiri sama Tz untuk naik taksi. Bluebird tentunya. Emang sih, selama di taksi kita melek mata, memperhatikan jalan baik-baik, antara takut nyasar dan takut dibawa kabur hahaha...tapi toh nyampe dengan selamat dan sekali lagi, baik-baik saja. Abis itu...tinggal om tante gue yang heboh dan terheran-heran. Mungkin sedikit menyalahkan nyokap...tapi gue sih bangga banget lho!!
Abis itu...jadi keranjingan naik taksi deh :) orang pernah sampe ketiduran pula di taksi!!! Untung gue selalu naik Bluebird (sebelum argo taksi menjadi Rp 6000!!) dan sejauh ini selalu baik-baik saja.
Dan nyokap gue, rupanya membesarkan gue dengan buku panduan terbitan luar negeri...jadilah didikan gue yah emang agak-agak didikan luar. Contohnya ya...soal makan. Gak pernah tuh makan digendong nyokap, kecuali waktu emang masih baby banget ya. Begitu dah bisa duduk, kalo makan ya di kursi baby. Gak ada tuh gendong-gendong. Tidur juga di kamar masing-masing. Tetep di crib tapi di ruangan terpisah dari emak bapak gue.
Tapi bukan berarti jadi gak ada attachment antara gue dengan orang tua. Toh begitu emak bapak gue pulang kantor, kita tetep aja saling ketemu. Or pagi-pagi 'kan semua pergi bareng. Jadi yah...interaksi tetep ada.
Pas udah di F. Psiko aja gue baru ngeh banget-banget kalo didikan yang nyokap bokap pake itu emang model luar punya. Bukan Indonesian style.
Tapi toh gue sama adek gue baik-baik saja. Jadi lebih mandiri juga malah. Attachment dengan ortu tetep ada, tapi gak terlalu tergantung.
Jadi yah...membuat gue memilih untuk bertindak seperti apa yang nyokap gue lakukan. Sekarang tinggal tega or not hehehe...itu aja 'kan?
Wednesday, November 19, 2008
Karawaci
So...gue suka juga dengan daerah Lippo Karawaci ini. Meskipun jauh, tapi setelah dua kali ke sana...jadi terasa lebih dekat hahahaha. What I like was...mungkin daerahnya kali ya...kebetulan tadi pagi gue di dropped di depan Times Book Store (YEAY!!!), yang sayangnya masih tutup. Tapi, berdiri di situ, dengan UPH di sebelah gue, Times di belakang gue, dan semacam food pedestarian (bukan asongan/warung tapi resto beneran), dengan pohon-pohon yang tinggi, plus suasana tadi pagi yang agak-agak mendung berawan gitu, membuat gue seolah-olah lagi tidak di Jakarta. Yah...emang bukan di Jakarta sih, tapi feelingnya beda aja. Kayak di luar negeri sono kali ya... Kapan-kapan gue foto deh. Or, mungkin aja karena gue baru pertama kali ke Karawaci, jadi gue masih agak amazed.
Side job ini bukan job pertama gue. Maksudnya sebelum ini gue udah pernah ngetes orang secara klasikal gini. Klasikal maksudnya ada beramai-ramai, bukan satu-satu. Udah dua kali, dan kebetulan dua-duanya gue sebagai Tester. Maksudnya, gue yang memberikan instruksi, memegang stopwatch, pokoknya yang berdiri di depan dan mimpin jalannya test. Tapi, kali ini gue jadi observer. Selain tugas gue meng-observe jalannya test, gue juga yang nyiapin alat-alat test, ngumpulin lembar jawaban, dan membantu Tester supaya test berjalan dengan lancar.
Jujur, bukan pekerjaan yang gampang untuk seorang Caroline Zenia Ivana. Why? Yah...you know lah...gue 'kan orangnya bossy banget...jadi agak-agak susah untuk gue menahan diri hehehe...susah narsis!!! Tapi untung aja, semua berjalan lancar pada hari ini. Gue bisa menahan diri untuk tidak terlalu banyak bicara or take over begitu gue melihat ada yang kurang beres (menurut gue). Meskipun tadi memang ada saat dimana gue terpaksa harus bicara, karena kalo gak tuh anak-anak pada gak ngerti sama tugas yang harus dia kerjakan.
Meskipun begitu, yang bikin gue bisa menahan diri adalah, karena Meta (temen gue yang nawarin job ini) dari awal udah memberikan job desc yang cukup terperinci. Dari awal dia sudah membagi bahwa mereka yang S2 bertugas sebagai tester, sedangkan yang S1 sebagai observer. Selain itu, Meta juga udah memperinci apa saja tugas tester dan apa tugas observer. Jadi yah...gue juga belajar untuk bersikap profesional lah...gak lucu 'kan kalo tiba-tiba pas hari H ada semacam perebutan kekuasaan di dalam kelas? Malu-maluin aja!
Dan...pelaksanaan test dapat berjalan dengan lancar, menurut gue. Seperti biasa, yang namanya anak-anak, selalu aja rame, ribut, dan bawel. Apalagi kalo yang masuk kelas adalah orang-orang baru, yang masih muda-muda kayak sebagian dari kita tadi. Dan gue...yang diharapkan untuk menjadi galak, malah gak berfungsi menjadi orang yang galak sama sekali....hieh...yang ada malah Meta yang jadi super galak. Memang membuat anak-anak menjadi lebih diam dan tenang sih, tapi gue rasa malah bikin suasana jadi lebih tegang deh...:) yah tiap orang beda-beda lah menghadapi anak-anak.
Mungkin gue salah, tapi gue melihat perbedaan yang...cukup menonjol antara anak-anak ini, Sekolah Dian Harapan, dengan mantan anak-anak murid gue di SMP St. Maria.
Anak-anak SDH memang lebih...kritis. Mereka banyak bertanya. Bahkan pertanyaan yang, sekali lagi menurut gue, seharusnya tidak perlu dipertanyakan, tetap mereka pertanyakan. Somehow mereka tidak memiliki rasa takut terhadap respon guru-guru mereka, yang kebanyakan dipanggil miss or sir, karena gue sama temen gue langsung dipanggil miss. Bukannya gue menolak menjawab pertanyaan mereka, toh dengan bertanya membuat kita tahu apakah mereka mengerti atau tidak. Dan bisa jadi feedback untuk kita juga 'kan.
Cuma...di satu sisi gue melihat mereka tidak punya disiplin. Memang, pertemuan pertama tadi memang tidak bisa dijadikan ukuran. Tapi ngeliat cara mereka masuk kelas, melihat posisi tempat duduk mereka, dan bagaimana mereka bersikap, menunjukkan kalau mereka memang diijinkan/dibiarkan bersikap sebagaimana maunya mereka. Tentu dalam taraf kewajaran.
Sekali lagi, bukan berarti gue tidak suka sikap seperti itu, tapi kesannya jadi tidak dididik. Itu aja. Mungkin karena mereka terbiasa 'dibiarkan', jadi tidak ada tuntutan atau keharusan dalam bersikap/bertindak/bertingkah laku, dan mungkin, dalam mengerjakan tugas, jadinya yah...mereka cenderung santai.
Sedangkan untuk anak-anak mantan muridku yang tercinta...well...harus diakui mereka kurang kritis. Bukannya tidak kritis, tapi kurang. Paling hanya segelintir anak saja yang banyak bertanya, dan ujung-ujungnya, sorry to say, tapi malah mendapat cap sebagai anak bawel yang banyak bertanya. Ironis memang, dan so sorry kalo gue termasuk salah satu guru yang pernah ikut memberikan label tersebut. Walaupun jujur aja, pembelaan gue adalah, gue gak bermaksud untuk memberikan label tersebut dalam konotasi negatif hehehe...tapi ya itu lah anak-anak yang sekolah di Sanmar.
Di satu sisi, yang amat sangat gue banggakan dari Sanmar adalah tingkat disiplinnya yang emang gak bisa dan tidak boleh dipertanyakan. Ya ampun! Kalo dibandingin sama Sanur sih, Sanmar tuh masih jauuuuuuuuuuhhhhhhhh banget deh!!! Sanmar tuh masih bisa dibilang lebih santai dibandingin Sanur. Tapi itu yang bikin Sanmar jadi beda. Dan kita bukan saja diajarkan bagaimana menjadi anak yang pintar, tapi juga diajarkan bagaimana harus bertindak, sopan santun, dan bagaimana menjadi anak cewek or cowok yang punya manner.
Walaupun harus gue akui, melihat kelas-nya yang seperti itu (kelas bahasa inggris sih, tapi tiap kelas ada komputer untuk masing-masing guru dan ber-AC pula), membuat gue sempat berpikir ulang.
Dulu, Ingrid pernah nanya: Dengan banyaknya sekolah dengan embel-embel bertaraf international, gue bakal menyekolahkan anak gue dimana? Di sekolah international tersebut or di sekolah biasa seperti Sanmar dsb. Jawaban gue waktu itu, sebagai seorang Serviam sejati (halah!), tentu langsung gue jawab SANMAR!!!
Tapi tadi waktu ngeliat kelasnya, dan ngeliat salah satu buku yang dipake, untuk sesaat gue sempat berpikir ulang.
Dan kembali berpikir ulang begitu ngeliat anak-anak muridnya hahaha...
Ada kejadian yang lucu yang juga membuat gue terheran-heran. Entah karena mereka terbiasa berbicara bahasa inggris atau gimana, jadinya bahasa Indonesia mereka itu...jadi agak kurang.
Ini ada beberapa kata-kata yang mereka tidak tahu. Entah tidak pernah dengar atau sekedar lupa.
Jambangan
Kelakar
Lencana
Pandai besi
tempa
cendikiawan
Well...gue...kaget dan heran. Shocked a little juga.
Maksud gue...ya ampun!!! Gue juga termasuk orang yang sekarang kalo bicara udah campur-campur bahasa Inggris. Dah jarang banget gue mengucapkan kata 'atau' karena lebih sering dan lebih cepat bilang or. Juga termasuk orang yang merasa bahwa kata-kata dalam bahasa inggris kadang lebih bisa menggambarkan perasaan gue. TAPI bukan berarti bahasa Indonesia lu jadi jeblok/jongkok 'kan? Kalo lu tinggal di luar negeri sih maklum banget. Lha ini tinggal di INDONESIA tetep aja gak tau? Lagian itu 'kan bukan bahasa tingkat tinggi. Mati gak sih lu??!!
Gue cuma bisa geleng-geleng kepala dan yah...itu...terheran-heran.
Tz, adek gue juga bengong. Apa mereka tidak dapet pelajaran peribahasa? Atau pantun?
Tinggal gue yang bilang, kalo tadi sepertinya gue tidak melihat ada guru untuk pelajaran bahasa Indonesia!!! Hahahaha....mungkin gue yang salah liat kali ya...tapi kalo emang beneran gak ada pelajaran bahasa Indonesia sih...KETERLALUAN lah yauw!!!
Yah...tapi itu emang sekedar sisi lain/sisi yang lucu tapi aneh aja sih dari pengalaman hari ini.
Yang lainnya? Yah...paling gue ngeliatin tuh anak-anak dan jadi ingat waktu dulu masih jadi guru BP. Terus 'ngelabain' tuh para brondong-brondong yang suer cakep-cakep juga!!! Gue rasa dah gede pada ganteng-ganteng tuh! Hehehe...
Or ngeliatin mereka pada 'berkeluh kesah' waktu disuruh ngerjain Kraeplin Test - itu loh, tes yang lembarannya selebar setengah halaman koran, isinya deret angka dari atas sampe bawah dan tugasnya adalaha menjumlahkan dua angka dari bawah ke atas - dan selalu berkeluh kesah tiap kali mereka harus pindah jalur. Tinggal gue aja yang ketawa-ketawa ngeliat mereka ngerjain. Abis...tiap kali mereka harus pindah selalu aja menghela napas panjang dan komentar macem-macem hahaha...
Kelar dari test, gue Meta dan Yosi pergi makan di Supermal dulu, baru kemudian pulang naik bus Karawaci yang berhenti di Grogol. Dari Grogol (CL) gue lanjut naik taksi. Sakit pala dan kaki sakit bo...gak tahan gue.
Overall...hari ini fun aja. Ketemu anak-anak yang lucu-lucu itu, menyadari kalo gue gak bisa galak (hm...baru tuh!), menyadari kalo bahasa Indonesia tetep lah harus dikuasai secara baik, dan belajar untuk jadi observer yang lebih handal aja.
Sabtu besok, gue kembali 'bertugas' dan kita liat aja nanti seperti apa.