Sepertinya hari-hari ini gue cukup banyak berhubungan dengan pernikahan. Dua pernikahan dalam sebulan, buat seseorang yang tidak terlibat dalam WO gue rasa bisa dibilang udah cukup banyak. Meskipun dari dua itu hanya satu yang benar-benar wedding, sedangkan yang satu lagi masih merupakan persiapan.
Gak nyangka banget, hari-hari Rany melajang tinggal dihitung dengan jari. Dan bukan itu saja, tapi juga kenyataan bahwa seorang Rany Restiani, yang biasa berkutat dengan motor dan mobil, aktif di berbagai pergerakan hingga aktif di AMPG (Angkatan Muda Partai Golkar), akhirnya akan menikah juga. Dan jadi perempuan hahahaha....
Selama ini jadi sekitar 8-9 tahun berteman, jarang sekali menemukan Rany dalam situasi yang menunjukkan bahwa dia feminin. Jadi, pada saat dia mengatakan bahwa dia akan menikah, tentu semua mengeluarkan pertanyaan yang senada.
"Yakin?"
"Udah siap?"
"Emang udah bisa jadi istri?"
"Udah siap jadi ibu?"
Dari pertanyaan standar sampe pertanyaan yang menggoda.
Dari seluruh temen-temen gue, cuma Rany yang Muslim dan orang Sunda, sedangkan kita semua Kristen-Katolik dan Chinese pula. Jadi, yah...kita saling belajar satu sama lain. Dan sama seperti waktu Ingrid dan Angga married, udah pasti gue dan temen-temen yang lain bakal bahu membahu untuk membantu. Meskipun kali ini porsi nya lebih sedikit dibandingkan waktu Ingrid & Angga kemaren, tetep aja kita kebagian tugas. Gak tanggung-tanggung, Pager Ayu dan Pager Bagus. Khusus Ingrid & Angga, kebagian jadi Among Tamu.
Tadi, gue dateng ke rumah Rany karena katanya ada rapat panitia, dan gue diminta datang paling gak untuk mewakili teman-teman lain yang sebagai Pager Ayu dan Pager Bagus. Ingrid dan Angga juga diminta dateng. Jadilah tadi kita bertiga dateng ikut rapat.
No, I'm not going to talk about the meeting. Yang pasti sih, semua sudah dipikirkan, sudah dijabarkan bahkan sudah ada jobdesc nya masing-masing bagian. Although...gue kaget juga sih, ketika nama gue tiba-tiba dimasukkan ke dalam seksi Pudok.
Hieh!!!
Duh...gue serasa de javu (inget waktu gue baca rundown acara wedding Meta, nama gue tiba-tiba ditaro sebagai PIC untuk acara resepsi).
Untung...untung aja semua masih dapat diatasi lah.
Anyway, dari seluruh acara tadi itu, ada satu yang agak-agak mengganggu gue.
Yaser, calong pengantin pria, gak dateng. Begitu juga dengan pihak keluarganya.
What???
Buat gue itu sangat menganggu sekali. Oke lah, pada beberapa adat, pihak perempuan yang sibuk menyiapkan segala pernikahan, jadi pihak pria gak usah ribet ngurus apapun, tinggal tau beres istilah kasarnya. Tapi...yah apa iya lalu jadi angkat tangan sama sekali?
Apalagi gue tahu, bahwa pihak Rany untuk mengundang pihak Yaser untuk datang. Ini gak ada sama sekali. Dimana manner-nya?
Jujur aja, gue merasa Rany dan Yaser belum siap untuk menikah. Bukan soal kesiapan mental mereka pribadi, tapi lebih pada kesiapan mereka sebagai pasangan. Itu yang belum gue dapet. Apalagi kalau denger cerita-cerita Rany yang masih suka sebel dengan sikap dan tingkah laku Yaser. Masih banyak ganjalan-ganjalannya gitu lho.
Sempet ngomong ke Yan, Ingrid dan Angga, bahwa gue ngerasa bahwa Yaser berusaha TERLALU keras untuk bisa masuk ke kita-kita. Kalau pada akhirnya bisa menerima kita, sih, gue rasa no problem ya. Yang gue takutkan cuma nanti setelah menikah kalau tiba-tiba Rany dilarang untuk bergaul sama kita-kita, bagaimana?
Gue nanya ke Ingrid dan Angga, apa perlu kita intervensi dulu, menanyakan dengan jelas dan pasti soal kesiapan Rany untuk menikah. Ingrid bilang udah telat karena toh semua sudah siap dan mengingat tabiat Rany yang lebih memilih dirinya menderita dibandingkan ortu-nya, pasti memilih untuk menjalankan saja.
Yah...semoga saja ini semua cuma kecemasan gue saja. Semoga ini hanya sebuah pemikiran gue saja. Dan semoga, ketika Rany menikah, they will live happily ever after.
Gak nyangka banget, hari-hari Rany melajang tinggal dihitung dengan jari. Dan bukan itu saja, tapi juga kenyataan bahwa seorang Rany Restiani, yang biasa berkutat dengan motor dan mobil, aktif di berbagai pergerakan hingga aktif di AMPG (Angkatan Muda Partai Golkar), akhirnya akan menikah juga. Dan jadi perempuan hahahaha....
Selama ini jadi sekitar 8-9 tahun berteman, jarang sekali menemukan Rany dalam situasi yang menunjukkan bahwa dia feminin. Jadi, pada saat dia mengatakan bahwa dia akan menikah, tentu semua mengeluarkan pertanyaan yang senada.
"Yakin?"
"Udah siap?"
"Emang udah bisa jadi istri?"
"Udah siap jadi ibu?"
Dari pertanyaan standar sampe pertanyaan yang menggoda.
Dari seluruh temen-temen gue, cuma Rany yang Muslim dan orang Sunda, sedangkan kita semua Kristen-Katolik dan Chinese pula. Jadi, yah...kita saling belajar satu sama lain. Dan sama seperti waktu Ingrid dan Angga married, udah pasti gue dan temen-temen yang lain bakal bahu membahu untuk membantu. Meskipun kali ini porsi nya lebih sedikit dibandingkan waktu Ingrid & Angga kemaren, tetep aja kita kebagian tugas. Gak tanggung-tanggung, Pager Ayu dan Pager Bagus. Khusus Ingrid & Angga, kebagian jadi Among Tamu.
Tadi, gue dateng ke rumah Rany karena katanya ada rapat panitia, dan gue diminta datang paling gak untuk mewakili teman-teman lain yang sebagai Pager Ayu dan Pager Bagus. Ingrid dan Angga juga diminta dateng. Jadilah tadi kita bertiga dateng ikut rapat.
No, I'm not going to talk about the meeting. Yang pasti sih, semua sudah dipikirkan, sudah dijabarkan bahkan sudah ada jobdesc nya masing-masing bagian. Although...gue kaget juga sih, ketika nama gue tiba-tiba dimasukkan ke dalam seksi Pudok.
Hieh!!!
Duh...gue serasa de javu (inget waktu gue baca rundown acara wedding Meta, nama gue tiba-tiba ditaro sebagai PIC untuk acara resepsi).
Untung...untung aja semua masih dapat diatasi lah.
Anyway, dari seluruh acara tadi itu, ada satu yang agak-agak mengganggu gue.
Yaser, calong pengantin pria, gak dateng. Begitu juga dengan pihak keluarganya.
What???
Buat gue itu sangat menganggu sekali. Oke lah, pada beberapa adat, pihak perempuan yang sibuk menyiapkan segala pernikahan, jadi pihak pria gak usah ribet ngurus apapun, tinggal tau beres istilah kasarnya. Tapi...yah apa iya lalu jadi angkat tangan sama sekali?
Apalagi gue tahu, bahwa pihak Rany untuk mengundang pihak Yaser untuk datang. Ini gak ada sama sekali. Dimana manner-nya?
Jujur aja, gue merasa Rany dan Yaser belum siap untuk menikah. Bukan soal kesiapan mental mereka pribadi, tapi lebih pada kesiapan mereka sebagai pasangan. Itu yang belum gue dapet. Apalagi kalau denger cerita-cerita Rany yang masih suka sebel dengan sikap dan tingkah laku Yaser. Masih banyak ganjalan-ganjalannya gitu lho.
Sempet ngomong ke Yan, Ingrid dan Angga, bahwa gue ngerasa bahwa Yaser berusaha TERLALU keras untuk bisa masuk ke kita-kita. Kalau pada akhirnya bisa menerima kita, sih, gue rasa no problem ya. Yang gue takutkan cuma nanti setelah menikah kalau tiba-tiba Rany dilarang untuk bergaul sama kita-kita, bagaimana?
Gue nanya ke Ingrid dan Angga, apa perlu kita intervensi dulu, menanyakan dengan jelas dan pasti soal kesiapan Rany untuk menikah. Ingrid bilang udah telat karena toh semua sudah siap dan mengingat tabiat Rany yang lebih memilih dirinya menderita dibandingkan ortu-nya, pasti memilih untuk menjalankan saja.
Yah...semoga saja ini semua cuma kecemasan gue saja. Semoga ini hanya sebuah pemikiran gue saja. Dan semoga, ketika Rany menikah, they will live happily ever after.