Apa jadinya kalo lu punya temen wartawan?
Well...it depends.
Kalo temen lu adalah wartawan senior...yah kemungkinan besar sih lu bakal dapet berita duluan.
Tapi, kalo temen lu adalah calon wartawan...yah kemungkinan besar sih apa yang gue alamin :). Dengan suksesnya, gue dan Yan didapuk (bahasa mana sih ini?) jadi fotografer dadakan.
Not that I complained!
Jadi begini ceritanya... Hari Sabtu tgl 8 November 2008 kemaren, gue (dan Yan) dimintain tolong oleh Sufei nemenin dia ke acara Sinofest VIII yang diadain di halaman Museum Bank Mandiri. Jujur aja, gue gak tau dimana Museum Bank Mandiri itu. Kata Sufei, yang bertanya pada Geral, Museum Bank Mandiri adalah Museum Fatahillah.
Well...gue kaget setengah mati.
Maksud gue, bisa ya (emang boleh?) Museum Fathillah diganti jadi Museum Bank Mandiri simply just because Bank Mandiri yang (kita asumsikan waktu itu) merenov/clean up tuh museum. Sabtu pagi, minta dianter bokap dengan tujuan Kota.
Pas nyampe di lampu merah Glodok (sebelum halte Kota) untungnya mata gue dengan cepat melihat berbagai spanduk Sinofest yang dipasang di...none other than Bank Mandiri itself, yang berada tepat berhadap-hadapan dengan halte busway Kota.
Ya ampun!!! Untung gue belum nunggu di halaman Museum Fatahillah!!
Gue, seperti layaknya pegawai yang baik, dateng lebih dulu. Baru kemudian Sufei dateng. Itupun dia sempet salah tempat. Hoki gue dah dateng duluan. Kalo salah tempat 'kan gak lucu aja.
Jadi...Sinofest VIII 2008 adalah acara punya anak UI, fak Sastra Cina. Sorry banget gue gak inget nama lengkapnya. Yang pasti, acara kemaren hari Sabtu itu merupakan hari terakhir dari rangkaian acara tiga hari. Dua hari sebelumnya diadakan di Depok dan hari terakhir diadain di Kota.
Sesuai tuntutan pekerjaan, Sufei langsung melakukan tugasnya. Apalagi kalo bukan wawancara? Gue rasa anak-anak itu sempet mendapat serangan panik, ketika Sufei mulai bicara. Bukan apa-apa, mereka panik karena tiba-tiba mereka dihadapkan langsung pada orang Beijing asli, yang emang jago bahasa Indonesia! Mereka jadi serasa mendapat ujian lisan ditempat!!
Overall...buat gue acaranya...cukup menarik sih...jujur aja, pas baca susunan acara-nya, yang menarik perhatian gue adalah acara baca puisi dan opera Cina-nya. Gabungan antara penasaran dan tertarik. Penasaran karena gue pingin tahu, apa yang akan mereka persembahkan dan tertarik karena baru kali ini gue liat presentation tersebut. Dan setelah lihat persembahan dua acara tersebut...gue bisa melihat bahwa Opera Cina tersebut merupakan highlights dari acara Sinofest itu (entah untuk hari itu or untuk seluruh rangkaian kegiatan Sinofest).
Untuk pembacaan puisi, gue kurang tertarik, karena gue rasa mereka lupa memperhitungkan faktor suara. Pembacaan puisi yang dilakukan di lapangan, sekecil apapun lapangannya, tetep aja lapangan yang berarti suara akan menyebar. Ditambah kehadiran beberapa orang/tamu/pengunjung, yang masing-masing menimbulkan suara, udah pasti tambah bikin suara yang baca puisi jadi susah untuk didengar. Yang baca puisi emang 10 orang sih, tapi 'kan tetep aja suaranya menyebar dan dari 10 orang itu belum tentu tiap orang memberikan suara sebesar 100%. Jadi yah...sayang aja.
Sedangkan untuk Opera Cina, well...meskipun ceritanya sederhana (Ramayana) dengan cast yang juga sedikit, berhasil mencuri perhatian penonton/pengunjung. Apalagi ditambah dengan adanya sinopsis singkat tentang jalan cerita tersebut, jadi meskipun pengunjung tidak mengerti apa yang dikatakan (dibawakan dalam bahasa Cina - ya iya lah, namanya juga Opera Cina), paling gak dengan adanya sinopsis singkat jadi tahu jalan ceritanya. Tinggal gue sama Yan aja yang bercanda-canda dan mendubbing sendiri dengan bahasa Inggris hehehe...
Rahwana (yang merah) & salah satu tokoh (yang namanya gue gak tau)
Rahwana
Rama & Shinta
Rahwana menculik Shinta
Hanoman
Acara selebihnya sih buat gue...yah...penghias aja lah...antara kurang menarik dengan kurang persiapan. Buat gue sih lebih ke kurang persiapan. Kalau mereka ada persiapan, rasanya bisa dibikin lebih menarik.
Oh...ada satu acara, Tarian Cina (gak tau namanya apa) yang juga cukup mencuri perhatian. Tariannya sederhana, cuma gerakan yang lebih mengandalkan gerakan pita (jadi seperti peserta pesenam indah yang menggunakan alat itu lho), tapi karena energik dan ceria plus pitanya memberi efek yang hidup juga, jadinya para penonton tertarik dan jadi ikutan merasa happy.
Waktu acara baru setengah jalan, Yan udah nanya ke gue, apa gue ada 'keluhan' soal acara. Siapa tahu gue melihat hal-hal yang seharusnya bisa diperbaiki dsb...gara-gara gue paling bawel kalo ngeliat acara yang berjalan lancar. Hehehe...waktu ditanya gue gak bisa jawab apa-apa, karena yah...acara berjalan lancar. Gak ada yang tiba-tiba berhalangan or else. Tapi...begitu gue pulang dan duduk di BW menuju Gading...baru deh keluar semua skenario yang (menurut gue) lebih bagus. Telat banget!
Yang pasti sih, hari itu gue capek banget. Meskipun bisa dibilang gak ngapa-ngapain, tapi mungkin karena panas dan banyak berdiri, jadi berasa sekali lelah dan letih :) tapi tetep have fun kok. Apalagi juga sekalian bisa lihat-lihat Museum Bank Mandiri seperti apa. Dan cukup seru juga, ngeliat tuh barang-barang lama, ngeliat ruangan-ruangan lama, yang kini berubah fungsi :))
Ada kejadian lucu waktu meliput Sinofest.
Kamera gue ini bisa dibilang baru. Baru beli sebelum jalan-jalan ke Thailand kemaren itu, which was on May 2008 kl gak salah inget. Sebelumnya gue juga pake Sony, cuma yang gue punya ini lebih bagus dari yang kemaren (iya lah...kl sama mah males aja beli!). Dari dulu, gue tuh pingin banget bisa shoot continously. Yang artinya, gue bisa ngambil beberapa foto dalam waktu yang singkat. Kadang, kalo lagi mencoba nge-shoot orang yang bergerak yang ada malah blur or gerakannya ilang sama sekali. Biasanya, dengan shoot continously, kekurangan tersebut bisa diminimalkan.
Di kamera gue yang baru, ternyata punya fungsi tersebut. Ada keterangannya pula, shoot continously when the shutter button is held. Gue kira dengan mengheld tuh button sekali, maka secara otomatis kamera gue akan shoot continously. Gue ngebayanginnya kayak kamera Lisa yang gede itu. Yang, setau gue, cukup teken sekali, maka otomatis nge-shoot sendiri. Ternyata tidak sodara-sodara!! Gue harus mencet tuh button untuk bisa shoot continously. Dan hal itu baru gue ketahui pada saat di Sinofest itu.
Hasilnya?
Memory 1 Gb gue abis!!!
Apalagi kalo bukan untuk ngeshoot continously di acara itu :)
Tinggal Sufei yang ngoceh-ngoceh karena gue foto barongsai ada kali 70 kali hehehe...
Hari itu emang seru. Capek...tapi fun. Dah lama gak jalan-jalan ke Museum :)
Well...it depends.
Kalo temen lu adalah wartawan senior...yah kemungkinan besar sih lu bakal dapet berita duluan.
Tapi, kalo temen lu adalah calon wartawan...yah kemungkinan besar sih apa yang gue alamin :). Dengan suksesnya, gue dan Yan didapuk (bahasa mana sih ini?) jadi fotografer dadakan.
Not that I complained!
Jadi begini ceritanya... Hari Sabtu tgl 8 November 2008 kemaren, gue (dan Yan) dimintain tolong oleh Sufei nemenin dia ke acara Sinofest VIII yang diadain di halaman Museum Bank Mandiri. Jujur aja, gue gak tau dimana Museum Bank Mandiri itu. Kata Sufei, yang bertanya pada Geral, Museum Bank Mandiri adalah Museum Fatahillah.
Well...gue kaget setengah mati.
Maksud gue, bisa ya (emang boleh?) Museum Fathillah diganti jadi Museum Bank Mandiri simply just because Bank Mandiri yang (kita asumsikan waktu itu) merenov/clean up tuh museum. Sabtu pagi, minta dianter bokap dengan tujuan Kota.
Pas nyampe di lampu merah Glodok (sebelum halte Kota) untungnya mata gue dengan cepat melihat berbagai spanduk Sinofest yang dipasang di...none other than Bank Mandiri itself, yang berada tepat berhadap-hadapan dengan halte busway Kota.
Ya ampun!!! Untung gue belum nunggu di halaman Museum Fatahillah!!
Gue, seperti layaknya pegawai yang baik, dateng lebih dulu. Baru kemudian Sufei dateng. Itupun dia sempet salah tempat. Hoki gue dah dateng duluan. Kalo salah tempat 'kan gak lucu aja.
Jadi...Sinofest VIII 2008 adalah acara punya anak UI, fak Sastra Cina. Sorry banget gue gak inget nama lengkapnya. Yang pasti, acara kemaren hari Sabtu itu merupakan hari terakhir dari rangkaian acara tiga hari. Dua hari sebelumnya diadakan di Depok dan hari terakhir diadain di Kota.
Sesuai tuntutan pekerjaan, Sufei langsung melakukan tugasnya. Apalagi kalo bukan wawancara? Gue rasa anak-anak itu sempet mendapat serangan panik, ketika Sufei mulai bicara. Bukan apa-apa, mereka panik karena tiba-tiba mereka dihadapkan langsung pada orang Beijing asli, yang emang jago bahasa Indonesia! Mereka jadi serasa mendapat ujian lisan ditempat!!
Overall...buat gue acaranya...cukup menarik sih...jujur aja, pas baca susunan acara-nya, yang menarik perhatian gue adalah acara baca puisi dan opera Cina-nya. Gabungan antara penasaran dan tertarik. Penasaran karena gue pingin tahu, apa yang akan mereka persembahkan dan tertarik karena baru kali ini gue liat presentation tersebut. Dan setelah lihat persembahan dua acara tersebut...gue bisa melihat bahwa Opera Cina tersebut merupakan highlights dari acara Sinofest itu (entah untuk hari itu or untuk seluruh rangkaian kegiatan Sinofest).
Untuk pembacaan puisi, gue kurang tertarik, karena gue rasa mereka lupa memperhitungkan faktor suara. Pembacaan puisi yang dilakukan di lapangan, sekecil apapun lapangannya, tetep aja lapangan yang berarti suara akan menyebar. Ditambah kehadiran beberapa orang/tamu/pengunjung, yang masing-masing menimbulkan suara, udah pasti tambah bikin suara yang baca puisi jadi susah untuk didengar. Yang baca puisi emang 10 orang sih, tapi 'kan tetep aja suaranya menyebar dan dari 10 orang itu belum tentu tiap orang memberikan suara sebesar 100%. Jadi yah...sayang aja.
Sedangkan untuk Opera Cina, well...meskipun ceritanya sederhana (Ramayana) dengan cast yang juga sedikit, berhasil mencuri perhatian penonton/pengunjung. Apalagi ditambah dengan adanya sinopsis singkat tentang jalan cerita tersebut, jadi meskipun pengunjung tidak mengerti apa yang dikatakan (dibawakan dalam bahasa Cina - ya iya lah, namanya juga Opera Cina), paling gak dengan adanya sinopsis singkat jadi tahu jalan ceritanya. Tinggal gue sama Yan aja yang bercanda-canda dan mendubbing sendiri dengan bahasa Inggris hehehe...
Rahwana (yang merah) & salah satu tokoh (yang namanya gue gak tau)
Rahwana
Rama & Shinta
Rahwana menculik Shinta
Hanoman
Oh...ada satu acara, Tarian Cina (gak tau namanya apa) yang juga cukup mencuri perhatian. Tariannya sederhana, cuma gerakan yang lebih mengandalkan gerakan pita (jadi seperti peserta pesenam indah yang menggunakan alat itu lho), tapi karena energik dan ceria plus pitanya memberi efek yang hidup juga, jadinya para penonton tertarik dan jadi ikutan merasa happy.
Waktu acara baru setengah jalan, Yan udah nanya ke gue, apa gue ada 'keluhan' soal acara. Siapa tahu gue melihat hal-hal yang seharusnya bisa diperbaiki dsb...gara-gara gue paling bawel kalo ngeliat acara yang berjalan lancar. Hehehe...waktu ditanya gue gak bisa jawab apa-apa, karena yah...acara berjalan lancar. Gak ada yang tiba-tiba berhalangan or else. Tapi...begitu gue pulang dan duduk di BW menuju Gading...baru deh keluar semua skenario yang (menurut gue) lebih bagus. Telat banget!
Yang pasti sih, hari itu gue capek banget. Meskipun bisa dibilang gak ngapa-ngapain, tapi mungkin karena panas dan banyak berdiri, jadi berasa sekali lelah dan letih :) tapi tetep have fun kok. Apalagi juga sekalian bisa lihat-lihat Museum Bank Mandiri seperti apa. Dan cukup seru juga, ngeliat tuh barang-barang lama, ngeliat ruangan-ruangan lama, yang kini berubah fungsi :))
Ada kejadian lucu waktu meliput Sinofest.
Kamera gue ini bisa dibilang baru. Baru beli sebelum jalan-jalan ke Thailand kemaren itu, which was on May 2008 kl gak salah inget. Sebelumnya gue juga pake Sony, cuma yang gue punya ini lebih bagus dari yang kemaren (iya lah...kl sama mah males aja beli!). Dari dulu, gue tuh pingin banget bisa shoot continously. Yang artinya, gue bisa ngambil beberapa foto dalam waktu yang singkat. Kadang, kalo lagi mencoba nge-shoot orang yang bergerak yang ada malah blur or gerakannya ilang sama sekali. Biasanya, dengan shoot continously, kekurangan tersebut bisa diminimalkan.
Di kamera gue yang baru, ternyata punya fungsi tersebut. Ada keterangannya pula, shoot continously when the shutter button is held. Gue kira dengan mengheld tuh button sekali, maka secara otomatis kamera gue akan shoot continously. Gue ngebayanginnya kayak kamera Lisa yang gede itu. Yang, setau gue, cukup teken sekali, maka otomatis nge-shoot sendiri. Ternyata tidak sodara-sodara!! Gue harus mencet tuh button untuk bisa shoot continously. Dan hal itu baru gue ketahui pada saat di Sinofest itu.
Hasilnya?
Memory 1 Gb gue abis!!!
Apalagi kalo bukan untuk ngeshoot continously di acara itu :)
Tinggal Sufei yang ngoceh-ngoceh karena gue foto barongsai ada kali 70 kali hehehe...
Hari itu emang seru. Capek...tapi fun. Dah lama gak jalan-jalan ke Museum :)
6 comments:
(marah-marah mode - on) ZEN.... I.... A....!!!! Kok bisa-bisanya museum Bank Madiri dibilang Museum Fatahilah?! Gak terima gue! Yang satu ngebahas apa, yang lain ngebahas apa, gak nyambung kali! Gue sebagai maniak museum gak terima! (marah-marah mode - off)
Hehehe...
Huhuhu... Ada opera Cina-nya ya? Jadi inget sama West Wing. Di salah satu episodenya tokohnya menyatakan opera Cina sebagai 'death and shrieking'. Wakaka...
Well, emang ada benernya juga sih dibilang gitu. Secara suara ceweknya kan lebih melengking daripada penyanyi cewek India. Mwahahaha... Tapi soal death-nya, kayanya masih lebih parah shakespeare (yang satu cerit, tokohnya mati semua).
Tapi koreo-nya emang beda ya Ze? Mereka jauh lebih luwes n lebih banyak atraksi daripada opera Barat.
Oh well, untuk ini Sinofest, jadi gue masih nggak apa-apa. Karena gue cuman suka Forbidden City doang dari Cina. Tapi kalo sampe Nihonfest, n gue nggak diajak...! Gue kirimin Sadako yang asli ke rumah lo semua masing-masing! Ga perduli di rumah lo semua nggak ada sumurnya lagi, biarin aja dia muncul dari bak mandi! Yang penting lo semua patut digerayangin sama Sadako kalo sampe nggak ngajak2 gue kalo pergi ke Nihonfest. Grrr...
Secara gue demen banget sama Jepang (kecuali angka bunuh diri-nya yang masih tertinggi di dunia).
Uhuhuhu... ngebayangin Nihonfest, yang pertama muncul di kepala gue pasti kimono, upacara minum teh, sushi, n kalo beruntung mungkin ada kabuki juga. Kyaaa!!! Pengen nonton!
Kok jadi nyasar ke Nihonfest ya? Oh well... Gapapa... (lho?)
Btw, foto-fotonya di Sinofest-nya mana, kok cuman foto lo doang? Jangan bilang opera-nya nggak lo foto. Hieh... Btw, mereka full costume gak?
Kostum lumayan lengkap juga...tapi yah sederhana lah...ceritanya aja juga sederhana...lagian kalo terlalu panjang, takutnya penonton keburu tidur lagi :)
Foto?
Ntar gue pasang deh.
Khikhikhi... barongsai yang hijau imut banget. Udah gitu lo kasi keterangan "I'm tired", jadi keliatan tambah imut. (udah mulai error, barongsai kok dibilang imut)
Btw, yang main jadi Rahwana-nya cewek ya?
Rahwana cewek? Enggak kok...setau gue ya...yang cewek sepertinya cuma si Shinta doang deh...
Hehehe...tuh barongsai pasti capek abis...mereka ngambil angpao yang tinggi nyaris gak berhasil...tapi in the end berhasil sih...
Kayanya sih cewek lho yang main jadi rahwana. Mungkin emang cuman angle fotonya or something, tapi kok bentuk badannya seperti badan cewek ya? You know, the breast part, n ikat pinggang yang ketinggian, n bahu yang agak sempit dibanding pinggul. But just as I said, I might be wrong. Hahaha...
hahaha...
Dit, yang main jadi Rahwana itu cowok kok, gw lihat dia waktu lagi proses make up.
Tapi emang menurut gw, sang pemain itu terlalu "lembut" memerankan rahwana, harusnya lebih gahar lagi. Lebih bajingan, gitu hahaha...
but overall semua pemain bagus. I particulary like Shinta, asli luwes banget.
Btw ze, minta dong foto gw yg bareng Sinta.
Post a Comment