Thursday, March 19, 2009

Bahasa Gado-Gado

Beberapa minggu yang lalu, gue baca Femina, edisi 28 Feb – 6 Mrt 2009. Yah masih bisa terbilang baru lah. Gue tertarik sama artikel yang judulnya “Bahasa Gado-Gado” :) dijamin semua pada ngerti dan tau sama yang dimaksud dengan bahasa gado-gado ini.

Gue sendiri gak inget dan gak ngeh kapan gue mulai termasuk salah satu orang yang menggunakan bahasa gado-gado ini ke dalam percakapan sehari-hari [termasuk ke dalam tulisan]. Apa karena gue kemudian mulai membaca buku bahasa Inggris? Karena seinget gue sih, waktu SMA rasanya gue gak ‘separah’ ini. Yah...mungkin pengaruh juga kali ya, karena SMA gue ‘kan di “desa” hahahaha.

Nah, pas baca artikel di Femina ini, gue baru ngeh kalo kadang, bahasa yang kita pake itu, bukannya tambah keren, malah jadi salah. Kayak gini nih contohnya, “Eh, tahun depan aku mau married, nih!”. Ngaku aja deh, itu kalimat yang seriiiiinnngg banget di denger, atau bahkan kita ucapin. Tapi secara tata bahasa salah. Iya ‘kan? [Hm...tapi gue kemudian tiba-tiba kepikiran, bagaimana dengan tata bahasa kalimat, “She’s getting married”? Itu salah gak?]

Yah terlepas apakah salah atau tidak itu tata bahasa, tapi yah emang harus diakui bahwa kadang kita salah menggunakan bahasa Inggris. Kayak waktu gue di Malang, di rumah tante, cucian yang udah disetrika mulai dikembalikan ke lemari baju masing-masing dan salah satu tante gue nanya, “Ini baju siapa?” dan gue langsung menjawab “me..me...me...”, dan tante gue yang lain [tante gue emang banyak di rumah itu] bilang, “’Kan salah. Bukannya kemaren mama [maksudnya nyokap gue] dah bilang harusnya dijawab dengan ‘mine’?” Emang bener sih...cuma kemudian gue berkelit bilang, ‘kan bukan mau bilang ‘punya saya’ tapi sekedar bilang ‘gue’ hehehe

Dan di lain waktu Yan yang kemudian ngomel atau protes supaya gue [dan dia sendiri] juga membiasakan untuk tidak berbicara bahasa gado-gado, atau Dito yang meminta gue supaya tidak terlalu sering menggunakan istilah bahasa Inggris dalam tulisan gue [cerpen], karena kesannya jadi malah terlalu angkuh dan sombong, yang kemudian membuat gue untuk sebisa mungkin tidak menggunakan bahasa Inggris, kecuali memang tidak ada istilah yang tepat dalam bahasa Indonesia untuk menggambarkan apa yang gue maksud, atau untuk sekedar supaya orang tidak terlalu mengerti apa yang gue omongkan. Emang sih, sekarang udah semakin banyak orang yang bicara dalam bahasa Inggris, tapi berapa banyak sih persentasi-nya?

Memang harus diakui, kadang ada beberapa istilah dalam bahasa Inggris yang lebih bisa menggambarkan situasi/emosi kita dibandingkan dalam bahasa Indonesia dan ada beberapa istilah asing yang kebetulan belum ada dalam bahasa Indonesia. Sekarang yah tinggal kitanya aja mau gak menggunakan istilah yang ada dalam bahasa Indonesia ke dalam bahasa percakapan sehari-hari.

Gue kepikiran sama kata ‘marah’ atau ‘angry’. Kalo buka thesaurus di MS Word, bakal keluar banyak tuh sinonim ‘angry’, dan gue pikir [yakin] di kamus tesaurus bahasa Indonesia, kata ‘marah’ punya sinonim yang sama banyak. Sekarang tinggal menggunakannya dalam bahasa percakapan.

Liat gak, betapa gue mencoba setengah mati untuk tidak menggunakan bahasa Inggris dalam tulisan gue ini hehehehe..

Yah gue sih seneng-seneng aja kalau kemudian pemerintah menggalakkan penggunaan bahasa Indonesia, itu tindakan yang bener. Tapi yah apa kemudian yang bahasa Inggris lalu jadi ‘di-Indonesia-kan’? ‘Kan malah jadi lucu. Kok jadi kayak orang China atau Korea, yang nyaris seluruh tulisan Inggris dirubah ke dalam lafal pengucapan mereka. Paling gampang diliat itu judul film. Tau film “Full House” nya Song He Kyo sama Rain? ‘Kan judul Korea-nya Pull-e Hause. Atau Pramuka, dalam bahasa Inggris Scout, dia jadi Sekaute. Gue rasa sama aja kayak bahasa Mandarin. Tanya Sufei untuk jelasnya.

Tapi yah...itulah bahasa Indonesia...yang masih mencari jati diri, tapi lebih sering kelibas sama bahasa asing :)
Paling gak, gue masih termasuk salah satu orang yang memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik [meskipun belum benar]. Sekarang, tinggal bagaimana mengurangi penggunaan bahasa gado-gado, dan seandainya mau menggunakan bahasa Inggris pun, sebisa mungkin gunakan dalam satu kalimat utuh [atau setidaknya lebih dari sekedar satu kata doang yang diganti] hahaha...

Oh ya, di majalah Femina juga kemudian memberikan daftar padanan istilah komputer dan internet yang memang harus diakui paling cepat berkembang dan memberikan istilah-istilah baru. Ini ada beberapa senarai [daftar] istilah tersebut

Online - daring (dalam jaringan)
Offline - luring (luar jaringan)
Keyboard - papan ketik, papan kunci [gue lebih milih papan ketik]
Mouse - tetikus
Hard disk - cakram padat [bedanya dengan Compact Dics apa ya?]
Download - mengunduh (unduh) [hehehe dah sering gue pake nih!]
Upload - memunggah (punggah) [punggah apa unggah ya?]
Wireless - nirkabel [udah cukup sering denger]
Browsing - meragut [hm....lucu nih :)]
e-mail - surat elektronik (surel)
taskbar - bilah tugas
account - akun
domain - ranah
dan masih banyak lagi.

Jadi...marilah kita mulai menggunakan bahasa Indonesia yang baik [meskipun belum tentu benar] :)

1 comment:

Anonymous said...

Kita memang sudah mulai terbiasa untuk berbicara campur2 Inggris, tapi yg paling penting adalah melihat siapa pendengarnya, dan menyesuaikan bahasa kita dgn org tersebut.

Gw kmrn ikut seminar bareng ze di Untar, dan salah satu pembicaranya adalah Pak Monty. Satu hal yg gw perhatikan, ketika dia memakai bahasa Inggris, selalu dalam satu frasa atau satu kalimat. Jadi gak menyelipkan kata2 inggris dlm kalimat indonesia. Dan setelah itu, pasti dia (coba) utk terjemahkan lagi ke dalam bahasa Indonesia. Paling tidak yg kira2 bermakna sama lah.

Buat gw, sejauh yg gw tahu, itu adalah cara terbaik menggunakan bahasa Gado-Gado. Gw kyknya hrs belajar jg nih.. :)

Free Delivery on all Books at the Book Depository
Please e-mail me directly if you have any question about things that I wrote in this blog at celotehze@yahoo.com