Monday, March 15, 2010

Beastly - Alex Flinn



Buat ukuran gue, menghabiskan waktu tanpa buku dan/atau internet itu merupakan hal yang bisa dibilang tidak lazim, tapi berhubung beberapa waktu kemaren itu memang sedang tenggelam dalam kegiatan kristik, jadi memang buku dan/atau internet sempet terlupakan. Maklum, kristik, baca buku, dan online adalah kegiatan yang tidak cukup dilakukan hanya 1 jam atau 2 jam. At least menurut perhitungan gue sih seperti itu.

Setelah sempat mengalami sedikit kejenuhan dengan kristik, 2 hari terakhir ini gue menghabiskan waktu dengan kembali membaca buku lama. Setelah puas dengan dua buku, tiba-tiba teringat akan satu buku yang gue beli secara 'impulsif' di Periplus Plaza Indonesia kemaren itu. Judulnya Beastly, by Alex Flinn.

As always, udah cukup lama liat ini covernya, termasuk di Amazon.com, tapi tidak tertarik baca karena sudah bisa ditebak, ceritanya tentang Beauty & The Beast. Another version of Beauty and the Beast. Dan jujur gue agak ragu. Tapi kemaren di Periplus menjadi tertarik karena, selain tidak ada buku lain, ada tulisan di covernya "now a major motion picture. READ IT before you SEE IT!" Tulisan begitu biasanya cukup ampuh buat gue. Kecuali untuk buku yang emang jelas-jelas enggak bakal gue baca, seperti Atonement atau My Sister's Keeper.

Beli hari Rabu, the day I saw Alice in Wonderland, baru gue baca hari Minggu kemaren, Minggu malam, sampe nyaris jam setengah 5 pagi, dan langsung gue selesaiin tadi pagi around 9, mungkin, dan sekarang gue nulis reviewnya :)

Oh, harus gue akui, andai gue tidak sengaja melihat trailer-nya di apple.com, mungkin gue tidak tertarik untuk baca ini novel. Klik ini "Beastly" untuk liat trailer-nya di apple.com.

So...seperti yang udah ditebak, Beastly merupakan retelling of The Beauty and the Beast.

I am a beast.

A beast. Not quite wolf or bear, gorilla or dog but a horrible new creature who walks upright—a creature with fangs and claws and hair springing from every pore. I am a monster.

You think I'm talking fairy tales? No way. The place is New York City. The time is now. It's no deformity, no disease. And I'll stay this way forever—ruined—unless I can break the spell.

Yes, the spell, the one the witch in my English class cast on me. Why did she turn me into a beast who hides by day and prowls by night? I'll tell you. I'll tell you how I used to be Kyle Kingsbury, the guy you wished you were, with money, perfect looks, and the perfect life. And then, I'll tell you how I became perfectly . . . beastly.


Jika biasanya cerita Beauty and the Beast lebih banyak menyoroti 'kesialan' Beauty, tentang bagaimana ia akhirnya bisa berada di tempat the Beast, maka Beastly lebih menyoroti the Beast, tentang bagaimana ia bisa menjadi the Beast, bagaimana ia 'menyesuaikan diri', tentang bagaimana akhirnya ia belajar dari situasi yang ia alami, dan tentang bagaimana akhirnya dia bisa menerima dirinya, situasinya, lingkungannya, dan kemudian jatuh cinta pada Beauty.

Enggak perlu dibilang, semua juga udah bisa nebak kalo ceritanya pasti happy end. Dan ceritanyapun juga sederhana, tanpa terlalu banyak twist. Secara grafik, ceritanya memang jadi terkesan datar. Tidak ada situasi yang bener-bener bikin deg-deg-an, atau situasi yang bikin down, atau situasi yang bikin bener-bener happy. Yang ada 'cuma' beberapa percikan kecil-kecil, tapi toh meskipun kecil, percikan-percikan itu ada dan terasa. Cukup lah untuk membuat gue ikutan keki dengan sosok Kyle Kingsbury, atau ikutan nyengir begitu Kyle berhasil bicara pada 'Beauty', dan lega/seneng/sedih ketika akhirnya Kyle memutuskan untuk melepaskan 'Beauty'.

Yang membuat gue menilai bahwa ini buku bagus adalah, cerita ini mengalir dengan mudah. Ditambah lagi, buku ini diawali dengan group chatting of Unexpected Changes, and guess who joined in that group? You have a mermaid who longed to be a human (SilentMaid), a prince who turned into a frog (Froggie), A man who turned into a bear (Grizzlyguy), and our own Beast (BeastNYC).

Chatting mereka begitu membuat gue kaget dan tertawa karena lucu. Paling lucu Froggie, karena dia ngetiknya disingkat-singkat karena buat dia susah ngetik dengan "webbed feet" as he put it. Apalagi kemudian dia bilang hal tersusah menjadi kodok adalah karena soal makan lalat, karena dia enggak suka lalat. Hahahaha...that part of the story is funny!

Selain itu, bagian ketika 'Beauty' akhirnya masuk kedalam kehidupan the Beasty yang membuat gue juga suka. I didn't see it coming. Tapi ketika akhirnya terjadi, well..gue sedikit kaget dan langsung teringat akan film Disney (satu-satunya referensi Beauty and the Beast yang gue punya cuma dari Disney), dan baru ngeh kalo buku yang gue baca ini adalah cerita versi lain Beauty and the Beast, jadi pasti si 'Beauty' lambat laun akan muncul. Gue cuma enggak nyangka kalo "cara masuknya" seperti itu. I kinda like it.

Di satu sisi, setelah gue pikir-pikir, gue agak kurang puas dengan hubungan antara 'Beauty' dan the Beast di buku ini. Menurut gue terlalu singkat. Well...enggak pendek-pendek amat sih, tapi rasanya kurang dalam, penggambaran hubungan mereka kurang 'lama' (?).

Hal lainnya adalah tidak adanya situasi konflik yang membuat pembaca (dalam hal ini gue) menjadi tegang. Sekali lagi, yang ada cuma percikan sedikit.

Dan, mungkin, along the way, cukup ada beberapa pertanyaan-pertanyaan, keanehan, kejanggalan, yang ditemukan (gue sih enggak menemukan, but you know me...anything is possible in my opinion, no matter how imposibble they were).

Tapi, meskipun begitu, ini buku tetap enak dibaca, terutama buat pecinta kisah Beauty and the Beast, dan penggemar cerita YA romance. Yang pasti, gue sih enggak nyesel beli ini buku dan ceritanya membuat gue tertarik, sampe pingin langsung baca sampai selesai. Karena akhirnya Kyle akhirnya learned his lessons, berubah kembali menjadi dirinya sendiri, he gets 'Beauty' to be his girl, and everyone live happily ever after :)

10 comments:

mia said...

Kayaknya bagus buku ini Ze...
Btw, dirimu ga suka baca cerita vampir ya? Aku lagi mau lanjut baca Vampire Academy 2 Ze, bagus banget, seremnya dapet, kocaknya dapet. Tapi setelah baca the lost symbol dulu, buku yang tebelnya ngalah2in alkitab ini sengaja dipersiapkan buat bekel nyepi :)

Unknown said...

Asik juga kok untuk dibaca. Jujur, aku emang enggak nyangka, karena 'kan ceritanya standard abis, tapi ternyata pengarangnya bisa ngebawa cerita sederhana ini dengan enak.

Ah...dari kemaren tuh mau nanya kamu, bagus apa enggak itu Vampire Academy. Di Periplus kemaren itu berjejer tuh buku. Masih ragu-ragu sampe sekarang. Yang Richelle Mead punya 'kan?

Baca review di mana pun semuanya bilang bagus, tapi entah kenapa masih ragu-ragu. Sekarang masih ragu-ragu, tapi udah bertambah dengan tertarik :)

Next time ke toko buku aku beli deh. And we'll see ;)

Btw...lagi Nyepi ya? Cerita lengkap ya hahahah

mia said...

Iya, masalahnya bacaan banyak, jadi berasa dosaaa banget nambah buku lagi hihi. Nanti aja, ini makanya ngebut baca biar bisa kristik juga. Ikutan goodreads juga yukz Ze..

VA bagus! Pepaduan yang pas, vampir, sexy stuff, tokoh2nya Rusia gitu :)

Yup, yang Mead punya, ternyata doi banyak juga ngarangnya n rata2 bagus semua pengen baca house of night juga, sama tentang sekolah vampir, tapi bagusan VA kata orang2 di GR.

Tadi baru liat ogoh2 ma Sufei, doi dapet dicuim ma motor pulak, hehe. Okeh deh, besok aku posting deh di blog :)

Ditogendut said...

First and foremost... WHATTT?! Referensi pertama lo tentang Beauty And The Beast adalah dari Disney??? Ck... ck... ck... Buat gue malah cerita itu adalah salah satu fairy tales pertama yang gue tahu. N dari pertama gue tahu cerita itu, gue beneran tertarik banget sama ceritanya.

Well, secara gue kan emang udah "beast" dari gue kecil, jadi gue tahu banget lah feelin si Beast waktu Beauty minta ijin ninggalin dia buat pulang ke rumah bokapnya.

Btw, versi yang gue baca pertama kali itu nggak beda jauh sama versi Disney. Bedanya cuman nggak ada Gaston, dan nggak ada Enchanted Rose (dan para pembantu Beast juga nggak dibahas).

Bedanya yang paling utama sama versi Disney adalah, Beast yang gue baca pertama kali itu adalah seorang penyihir yang entah bagaimana(nggak diceritain) berubah wujud jadi Beast. Sama seperti versi Disney, untuk kembali normal dia harus belajar tentang True Love (eughhh...), dan sama seperti versi Disney juga, dia dapat pelajaran itu dari Beauty.

Bedanya yang lain lagi adalah, waktu Beauty pergi, Beast minta si Beauty cepetan kembali. Kalo gue nggak salah inget Beast minta dia balik dalam waktu 3 hari. Waktu itu Beauty juga udah terkiwir-kiwir terhadap si Beast, jadi dia oke-oke aja dengan permintaan Beast itu. Selain itu Beast juga membawakan Magic Mirror kepada Beauty (sama kaya Magic Mirror yang ada di versi Disney)

Sayangnya, si Beauty keenakan di rumah orang tuanya sehingga dia memperpanjang masa liburannya itu sampe seminggu. Setelah seminggu itu Bauty baru inget lagi sama Beast, n Beauty pengen tahu kabarnya Beast. Maka dia pake lah Magic Mirror buat ngelihat kabarnya Beast.

Ternyata eh ternyata, Beast-nya udah sekarat. (insert tears here)

Langsung lah Beauty kebakaran jenggot, lintang pukang, ketintalan, gulung koming, ngacir balik ke istananya Beast.

Sayangnya Beauty telat, pas dia nyampe si Beast udah ma'eyot. *_*
(insert more tears here)

Termehek-meheklah si Beauty sambil curhat ke Magic Mirror, satu-satunya benda pemberian Beast ke Beauty. (flooding of tears may start from here)

Tiba-tiba tuh Magic Mirror glowing-glowing, n menampilkan pesan terakhir dari Beast untuk Beauty. Ternyata, True Love yang menjadi pembebas Beast dari kutukan itu adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, kalo Beast bisa belajar tentang True Love sepenuhnya maka dia akan bebas dari kutukan. Tapi kalau Beast sampai kehilangan True Love pertama yang ia dapatkan sebelum dia benar-benar mengerti tentang True Love, maka dia akan mati.

Ditogendut said...

Well, karena Beauty pergi melebihi waktu yang diperjanjikan antara mereka, sepertinya itu sudah termasuk kategori kehilangan True Love (mungkin maksudnya itu artinya Beauty masih lebih sayang sama keluarganya daripada sama Beast sampe dia tega melanggar janji sama Beast. Gue nggak tahu juga, nggak dijelasin juga. Namanya juga cuman buku cerita bergambar, jadi ceritanya nggak bisa terlalu detil juga kan? Hehehe... More importantly, itu buku cerita buat anak kecil juga, jadi emang nggak mungkin dibuat terlalu detil)

Back to the story. Pesan akhir si Beast adalah, dia berterima kasih kepada Beauty untuk kenangan2 indah yang sudah mereka lewati bersama, dan Beast bersyukur bahwa dia bisa menghabiskan hari-hari terakhirnya dengan lebih tenang karena dia sekarang tahu bahwa meskipun dia belum bisa mengerti True Love sepenuhnya, tapi dia sudah bisa mencicipi paling tidak sepersekian dari rasanya True Love. (tear level risen exponentially here)

Denger itu jadilah si Beauty lebih termehek-mehek lagi. Gue mikir sekarang, kalo tuh cerita dijadiin film jaman sekarang, mungkin si Beauty-nya bakal dibikin gila karena rasa bersalah kali ya? Well, overall, it's quite a disturbing story, karena cerita buat anak kecil kok kayanya tragis gitu, tapi begitu gue tahu tentang Little Mermaid yang asli, trus juga The Tin Soldier, gue langsung mikir kayanya emang pembuat cerita2 anak2 itu memang bertujuan untuk menghadapkan anak2 pada KEJAMNYA DUNIA sedini mungkin. Haeh... ada-ada aja...

Ups... tapi ceritanya belum kelar. (kalo kelar disitu pasti lo mencak2, karena super sad ending gitu).

So, Beauty akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya sambil berkata bahwa Beast sebenarnya tidak hanya True Love si Beauty, tapi juga her First Love.

As a goodbye gesture, Beauty memberi ciuman kepada (mayatnya) Beast. (storm of tears may start here)

Lalu... tadaaa... as usual Beast hidup kembali, berwujud kembali menjadi manusia (albeit he is a wizard, presumably named Dumbledore, but no, Dumbledore's gay, so I guess it was probably Vodemort), and they lived happily ever after.

The End.

Well, itu adalah versi Beauty And The Beast pertama yang gue baca. Nggak beda jauh sih sama versi Disney, meskipun lebih banyak traumatic affects untuk anak2 kecil. Hehehe...

Oh iya, Beast yang ada di buku itu wujudnya beda sama Beast yang di Disney. Kalo di Disney kan mukanya lebih mirip serigala/anjing, sementara kalo di buku itu Beast jelas-jelas kepalanya tuh kepala kucing. Wakaka...

Unknown said...

oke...one by one ya...

@Mia..kemaren dah buka wikipedia dan cari info soal VA itu hihihihi...biasa mau cari tau dulu ceritanya gimana. So far sih gue tertarik, tapi...kok rasanya kalo gue baca bisa "stress" ya...mungkin gue akan kumpulin dulu bukunya sampe semua seri-nya lengkap baru baca or gue baru beli bukunya setelah seluruh seri-nya dalam format paperback lengkap. Seri terakhir baru terbit akhir tahun ini sepertinya.

Looking forward to read VA.

Soal Sufei kecium motor...hm...biasa itu non. Pernah denger cerita dia MENCIUM mobil? Atau pernah denger dia NYARIS dicium truk? Nah...itu baru seru hahahaha...

Tapi gak papa...cerita seputar Nyepi tetap dinanti.

@Dito...hm...cerita Beauty and the Beast mungkin pertama kali emang bukan dari Disney, tapi To waktu itu 'kan gue masih kecil, versi Disney yang gue tonton aja waktu itu gue masih SD (bener SD 'kan? Orang The Little Mermaid aja waktu SD kelas 6), jadi cerita-cerita fairy tales sebelum Disney ya gue mana inget. Alhasil nyaris seluruh fairy tales yang melekat di kepala gue ya punyanya Disney.

Tapi, kemaren itu toh gue akhirnya browsing wikipedia dan baca juga ceritanya Beauty and the Beast yang "asli" dan yah seperti yang lu ceritain, emang ceritanya seperti itu.

Gue rasa Magic Mirror itu memegang peranan penting, karena di buku Beastly ini pun Magic Mirror-nya ada.

Soal Enchanted Rose, emang beda dari Disney, tapi yang namanya bunga mawar, juga pegang peranan, meskipun mungkin tidak penting, di buku ini, karena toh awal cerita mengapa Beauty bisa sampe ditawan di tempat Beast 'kan karena mawar bukan?


Dongeng jaman dulu/asli emang tragis dan kejam-kejam. Gue pernah baca dongengnya Grimm...hieh...bener-bener grimm deh. Sedikit yang happy end. Andai happy end, yang jahatnya pasti sengsara!! Gile bener deh!

Ditogendut said...

Yup, waktu film Beauty And The Beast keluar memang gue juga baru umur 10 tahun (tahun 91, gue inget banget tuh). Tapi gue udah tahu cerita itu sejak gue masih TK kalo nggak salah. Makanya gue excited banget waktu tuh film keluar, karena itu cerita yang gue emang demen banget.

Bayangin, gue masih kecil gitu aja udah ngerti kalo gue nggak bisa terlalu ngarep kalo Disney kemungkinan kecil akan memproduksi film dimana protagonis utamanya berwujud Buruk Rupa bagitu. Secara sampe sejauh itu kan Disney selalu membuat tokoh2 yang "normal" wujudnya. Lha ini Beast kan jelas2 harus deformed abis.

Makanya begitu tuh film diberitakan sedang dibuat, gue ngerasa amazed banget karena Disney berani ngeluarin tokoh yang literally hard to be loved by children. (yang paling disturbing buat gue adalah, waktu itu gue baru 10 tahun tapi udah mikir gitu, hieh...)

Soal cerita anak2, iya tuh, kenapa kok pasti tragis2 banget sampe ngalahin cerita2 Shakespeare gitu ya? Gue sih nggak heran lho bisa ada Perang Dunia I n II di awal abad 20, lha wong orang2nya tumbuh dengan cerita2 yang mengerikan gitu.

Bener kan? Kaya cerita Little Mermaid aja deh, mana berani Punjabi bikin sinetron yang ceritanya tragic ending gitu, padahal lo tahu sendiri tuh Punjabi n d gang kalo bikin sinetron pasti ceritanya tragis2 bego gitu.

Masih kebayang2 tuh endingnya Little Mermaid yang asli. Little Mermaidnya dihadapkan pada pilihan antara membunuh pangerannya atau dia akan berubah menjadi buih. Pilihan itu juga baru ada setelah keluarga Little Mermaid mengorbankan semua rambut mereka (gue langsung ngebayangin sekelompok putri duyung gundul skin head gitu, hieh...)

Perlu dibuat penelitian tuh, kenapa kok cerita anak2 pada tragis2 gitu. Kalo nggak tragis, isinya diskriminasi (Ugly Duckling), atau distrust (gue lupa judulnya, tapi ceritanya tentang putri yang nggak bisa tidur karena ada kacang polong diselipkan di antara lapisan kasur2 bulu angsar, haeh...) atau Siti Nurbaya versi super menyedihkan (tin soldier), pembunuhan berencana dan pembunuhan oleh anak2 dibawah umur (Hansel and Gretel), pencuri (Robin Hood sama cerita yang tentang kacang polong ajaib itu, gue lupa namanya).

Baru sekarang2 ini kan cerita2 anak2 dibuat pasti happy ending. Atau bahkan dibuat super duper cuddly seperti Care Bare, Teletubbies, n sejenisnya. Dulu mah anak2 belum bisa baca udah langsung dihadapkan pada segala macam trauma. Masing2 dari 7 Deadly Sins semua dijadiin bahan buat cerita anak2 (mungkin kecuali Lust kali ya, secara bisa langsung kena sensor, hehehe...).

Oh iya, udah denger tentang proyek film animasi Disney selanjutnya? Tapi kayanya kali ini nggak berkisar diantara para Princess. Lumayan lah, biar nggak bosen.

Unknown said...

Disney next project bukannya Rapunzel ya? Setau gue sih itu...

Soal cerita anak-anak yang tragis...well...mungkin ada hubungannya juga dengan lingkup sosial alias sikon waktu jaman itu kali To. Jaman itu 'kan masih jaman baheula, jaman kaum aristokrat berkuasa, segala kings and queens and knight, udah gitu gak gitu tralu mementingkan perkembangan anak, jadi yang namanya fairy tales itu bisa jadi sasarannya bukan untuk anak-anak, tapi lebih ke orang dewasanya. Mungkin lho ya.

Andai untuk anak-anak, yah keliatannya sih dari awal emang udah dikasih tau bahwa hidup itu berat (seperti yang udah lu bilang), bahwa nasib lu enggak akan berubah (kalo emang jadi rakyat jelata ya udah rakyat jelata aja).

Apapun alasannya, tebakan gue emang lingkup sosial pada waktu itu emang pengaruh.

Kalo sekarang 'kan beda. Perkembangan anak bener-bener diperhatikan, karena semuanya baru pada ngeh kalo mau membentuk pribadi dewasa yang bertanggung jawab dsb, kudu dilakukan dari kecil. Dan, dengan semakin berkurangnya kelompok aristokrat, orang jadi bisa dan mampu untuk mencapai apapun yang mereka inginkan. Termasuk menikah dengan sang pangeran/putri, dsbnya.

Jadi keinget cerita Cinderella hahaha...yang satu itu emang beda kali ya :)

Soal Little Mermaid, gue dah pernah cerita bukan? Betapa kagetnya gue ketika gue tau yang Disney punya happy end!! Malah temen-temen gue yang bingung waktu gue bilang kalo Mermaidnya enggak happy end alias mati jadi buih. Nah lho! Tinggal gue aja yang bengong. hahaha...

Unknown said...

Buku barunya yg judulnya A kiss in time belum mba'? Menurut aku itu lebih bagus (salah satunya karena aku juga lebih suka cerita sleeping beauty sih dibandingin Beauty and the Beast ;p)...

Unknown said...

@Angystia...

Belum nih! Udah diunduh tapi belum sempet dibaca. Keliatannya lucu deh :)

Hm...sleeping beauty sama beaut and the beast...tough choice :) aku pilih cinderella aja deh hahaha

Free Delivery on all Books at the Book Depository
Please e-mail me directly if you have any question about things that I wrote in this blog at celotehze@yahoo.com